Skip to main content

English Club Outing Day & Social Anxiety



Sepanjang pertumbuhan masa remajaku, aku menyadari aku bukanlah orang yang terlalu menyukai aktifitas diluar ruangan. Hal itu kusimpulkan dari banyaknya aktifitas diluar ruangan yang ku alami sama sekali tidak meninggalkan kesan dan perasaan menyenangkan, malah membuatku merasa depresi. Tapi, lalu aku mendapat kesimpulan lain, aku menyukai aktifitas apapun itu, asalkan aku berada diantara orang-orang yang tepat.

Ada dua poin yang ingin ku tulis di sini, poin pertama tentang menempatkan diri di tempat yang tepat dan poin kedua, betapa menyenangkannya aktifitas Outing English Club sabtu kemarin.

Jadi, aku memutuskan untuk mendaftarkan diri pada sebuah club atau extracurricular atau himpunan mahasiswa atau apapun sebutannya. Yea aku tau, wow! Si introvert sialan ini benar-benar ingin bergaul? Dunia pasti sedang gila. Aku jarang menyebut diri sendiri introvert karena kadang aku merasa cukup baik dalam bersosialisasi, yahh intinya aku adalah anggota English Club. Kenapa aku memilih club itu sebagai tambahan kegiatan di hari pekan? Hanya satu, aku merasa percaya diri dengan kemampuan bahasa inggrisku. Kurang lebih. Jadi kupikir, well I'll definitely nailed this! Dan sejauh ini yea, aku sangat menikmatinya. Dan kesempatan Outing sabtu kemarin benar-benar membuatku merasa senang. Segala judgmental ku pada seluruh anggota club terbalik 360°. 

Aku benar-benar merasa senang. Segala perasaan dan sinar matahari hari itu benar-benar menyerap dalam diriku. Rasanya seperti sudah lama sekali aku merasakan perasaan ini. Terakhir kali aku merasakannya sepertinya saat aku pergi tamasya ke pantai sebagai pesta perpisahan kelas 9 SMP. Sudah kurang lebih 4 tahun yang lalu. Ahh aku merindukan masa-masa itu.

Berkumpul bersama, bercanda dan menyanyi bersama di bus selama di perjalanan, melakukan segala aktifitas dengan senyum, segala hal itu benar-benar terlewat begitu saja tanpa menyadari waktu yang berlalu cepat. Tau kan betapa waktu bisa terasa sangat begitu cepat saat kau benar-benar menikmati suasana, sangat tidak adil.

Sampai hari pun aku seperti masih mendengar suara dan tawa kami hari itu. Terlalu melankolis? Entahlah, aku memang orang yang sentimentil.

Hari minggunya aku pergi menghabiskan waktu, melakukan sesuatu, dan saat itulah aku sadar kesalahan apa yang selalu kulakukan selama ini, berulang-ulang terus menerus.

Aku terlalu memikirkan orang lain sampai aku tidak sadar dimana aku harus menempatkan diriku. Aku terlalu ingin tatapan dan pujian orang lain sampai aku tidak tau apa yang benar-benar ku sukai.

Hari minggu itu aku pergi ke tempat yang selalu ingin ku datangi selama ini dan selalu ingin ku coba lakukan selama ini. Aku tidak akan mengatakan apa itu, tapi yang hanya bisa ku katakan hal itu melibatkan seluruh dinding yang dilapisi kaca dan Speaker besar yang mendengungkan musik dengan keras.

Aku sudah memutuskan untuk bergabung pada sebuah grup atau komunitas. Awalnya, oh, ini keren. Oh, kami masih pertama bertemu jadi lebih baik aku mengamati dulu. Lalu, oh, tidak ada yang bisa ku katakan, tidak ada percakapan yang bisa ku sambung, karena sepertinya mereka hanya menyimpan percakapan itu untuk mereka sendiri. Memang sih aku diundang disitu oleh satu orang saja, dan bukannya seluruh orang, tapi ku pikir seluruh anggota secara pasiv sudah menyetujui. Aku sudah mengharapkan suasana hangat yang menyambut tapi aku hanya merasa dingin. Dan terakhir, aku benar-benar terlupakan, aku tidak ingin datang lagi. Aku ingin keluar. Tempat dan hal yang kulakukan memang aku menyukainya, tapi orang-orangnya, aku tidak menyukainya.

Aku selalu berkata pada diri sendiri, ini salahku. Aku saja yang terlalu tertutup, pendiam, tidak bisa bergaul. Itu omong kosong bodoh! Dusta! Keluar dari zona aman? Keluar dari gelembung? Cih, yang benar saja. Itu hanyalah kebohongan besar.

Sudah berkali-kali aku berusaha keluar dari zona amanku.
Aku pergi menemani sahabatku latihan basket di sekolah lain. Di tempat asing dan orang-orang asing. Aku bersiap-siap, berpikir betapa semangatnya aku akan bertemu orang-orang baru. Begitu sampai, oh dingin. Canggung. Akhirnya aku duduk jauh dari lapangan basket dan mendengar sorakan seru mereka. Aku benar-benar merasa sangat runtuh sampai seseorang mengatakan, "ngapain sih? Kayak obat nyamuk aja." Atau kurang lebih seperti itu, aku tidak terlalu yakin. Padahal aku juga membantu membeli sekardus minuman untuk mereka, orang-orang asing.

Aku pernah mengikuti sebuah seminar rohani. Secara pribadi aku tidak ingin ikut, tapi pihak sekolah menyuruh, jadi aku pergi. Aku duduk diantara orang yang tidak kukenal, padahal kami satu angkatan, hanya beda jurusan. Seseorang yang ku kenal duduk jauh di depanku dan hanya melambai padaku. Tau kan saat ada sesi dimana kau diingatkan pada dosa-dosa mu pada orang tua dan temanmu? Si pembawa seminar pasti merasa kalau kami semua mengenal satu sama lain saat ia menyeruh kami menepuk bahu orang di samping kami. Orang disampingku menepuk bahuku begitu keras sampai aku ingin menonjok mukanya. Setelah itu si pembawa seminar menyuruh untuk meminta maaf pada teman sendiri dan memeluknya. Dan tebak apa? Tidak ada seorang pun yang bisa kupeluk.

Apa aku harus benar-benar pergi ke psikolog untuk mendapat pernyataan resmi bahwa mungkin aku punya kecemasan akan bersosialisasi? Atau mungkin kesimpulan gampangnya aku hanyalah tidak terlalu pandai atau kurang wawasan untuk memecah kecanggungan dan membuat percakapan kecil?

Entahlah, intinya aku terlalu sering mendapati diri diantara orang-orang yang membuatku merasa sendiri. Manusia memang seharusnya ahli dalam bersosialisai karena itu adalah bagian dari hidup. Tapi mungkin aku memang tidak ahli dalam bersosialisasi, tidak dalam 24 jam nonstop. Mungkin keahlianku hanya keluar disaat aku sedang sendirian.

Ahh aku mulai melantur.
Terlalu banyak interupsi yang terjadi saat ku menulis postingan ini. Jadi sejenak aku kehilangan segala hal yang ingin ku utarakan.

Yang jelas, aku sudah lelah berada di tengah-tengah orang yang membuatku merasa sendiri. Memang aku sering mendengar buatlah banyak teman. Bentuklah banyak koneksi. Tapi jika banyak teman malah membuat mentalku jatuh dan banyak koneksi malah membuatku merasa direndahkan apakah harus tetap dilakukan?

Lebih baik aku hidup dengan sedikit teman yang melihat dan menerima diriku sebenarnya apa adanya.
Yang sampai saat ini belum kutemukan.
Jika, disana benar-benar ada.






Comments

Popular posts from this blog

Contoh Laporan PKL/PRAKERIN PowerPoint Bahasa Inggris Kurikulum 2013

Hai ... Aku termasuk korban kurikulum 2013, angkatan pertama percobaan malah. Aku tau kurikulum 2013 itu ribet banget, jadi jalanin aja yah adek-adek ku muah~ Aku murid SMK N 2 Batam Kelas XI Akuntansi 3 Baru saja menyelesaikan PKL selama 4 bulan (Juli - Oktober) di PT. Unisem Batam Banyak pengalaman yang ku peroleh Salah satu alasan ku memilih SMK adalah kepingin merasakan yang namanya PKL, dan siapa sangka ternyata bener-bener tak terlupakan. Berikut adalah hasil laporan PKL/PRAKERIN punyaku. Karena sepertinya setting di Microsoft PowerPoint 2011 aku beda dari google jadi sepertinya ada beberapa gambar dan tulisan yang melenceng dari tempatnya, mohon di maklumi yah ^^~ Kuharap ini bisa membantumu yang terdampar disini untuk mencari sesuatu, hehe..

Drama Negosiasi 4 orang pemain: Perencanaan Penggusuran

Hello everybody~  \nyanyi Shinee - Everybody\ Ehem.. okay.. so.. gue lagi dapet tugas dari Guru Bahasa Indonesia (Guru yang sama yang ngasih gue tugas buat puisi -_-) disuruh buat Drama dengan tema Negosiasi, dan perkelompok itu sebanyak 4 orang, dan inilah hasil naskah drama ala kadarnya yang gue buat malem2 -uh- >< Kelompok gue belum nampil sih, tapi... aah.. gak tau deh nanti nampilnya bakal kayak mana. Sebenernya gue gak asing lagi sih sama yang namanya "DRAMA" tapi tetep bikin kretek-ktetek :v

Perjalanan Perubahan Warna Rambut

Dulu, kalau aku berani mencoba mewarnai rambutku mungkin aku akan langsung di bakar di perapian. Tapi sekarang beda tahun, beda cerita dan sepertinya beda jaman. Aku pertama kali mewarnai rambutku saat tahun baru 2014. Waktu itu warna yang muncul seharusnya dark blonde , tapi karena rambutku hitam banget, warna itu hanya muncul saat terkena cahaya atau sinar matahari. Karena kurang puas akhirnya aku pergi ke salon lagi. Salon yang selalu ku datangi sebelumnya adalah salon teman mamaku. Tapi, karena lokasinya jauh akhirnya aku memilih salon yang ada di mall terdekat. Aku memilih salon tertutup, seperti salon yang khusus untuk wanita-wanita hijab yang ingin merawat rambut tanpa mengumbar aurat (kira-kira begitu) dan isinya wanita semua. Warna yang ku pilih lagi-lagi blond e. Setelah hampir dua jam waktu ku habiskan di salon itu rambut ku malah berwarna oranye sedikit kekuning-kuningan. Ternyata tadi tanpa aku sadari orang yang mengurusi rambutku menambahkan bleach karena rambu...