Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2016

[CERPEN] Airplanes

Berlin menghentikan langkahnya dengan alis bertaut. Apa itu barusan? Lambaian hangat dan sapaan cerianya diabaikan begitu saja. Oleh sahabatnya sendiri. Ia cukup yakin jarak diantara mereka tadi cukup dekat, dan hanya ada beberapa kepala saja yang menghalangi pandangan mereka berdua, tapi, Berlin benar-benar diabaikan begitu saja. Ia yakin temannya itu dapat melihatnya, tapi ia diabaikan! Atau jangan-jangan temannya itu memang tidak melihat Berlin? “Berlin! Ngapain bengong? Ayo ngantri sini, keburu rame nih.” Kintan memanggil dari depan kios bakso dengan wajah terjepit diantara bahu orang lain. Berlin diam-diam tertawa, jangan biarkan orang kurang tinggi mengantri untukmu. Seenak apapun bakso yang sedang ia santap, selucu apapun Kintan terlihat saat kepedasan sambal, Berlin sama sekali tidak bisa melupakan kejadian tadi. “Eh, ehm, Susan baik-baik aja kan?” Kintan terbatuk pelan saat rasa pedas itu juga mulai menguasai tenggorokannya sebelum menjawab, “Hakh? Ehkm, emakh kh

Aku Berhenti.

Semuanya menyebalkan. Semuanya balik menyerangku. Semuanya menodongku. Aku tak tau apa yang sebenarnya terjadi. Aku tidak mengerti sama sekali. Awalnya aku merasa semuanya baik-baik saja. Tapi lalu dari mulut ke mulut aku tau kebenaran sebenarnya. Aku bisa merasakan sengatan rasa sakit di daerah yang sudah mendapat banyak luka. Temanku sendiri menjauhiku tanpa alasan jelas. Aku mendengar, ia mengira, aku membencinya? Mana mungking aku mau meminjamkan hal yang sangat ku suka dan kujaga baik-baik pada orang yang ku benci? Mana mungkin aku mengenalkan orang yang kubenci pada orang tuaku? (Kau bisa tanya pada mamaku kalau aku tidak banyak mengenalkan temanku padanya, mamaku bahkan tidak tau siapa dan siapa temanku, karena aku tidak pernah merasa perlu memberitahunya orang yang tidak penting untukku.) Tapi saat itu, saat aku merasakan tatapan tajam penuh kebencian yang tak ku mengerti dari seseorang yang tak begitu ku kenal baik, aku tau ini saatnya aku diam. Aku tidak menyalahkan