Sejujurnya, gue takut dibuang.
Aku takut jadi pihak yang tidak diinginkan. Aku nggak mau jadi pihak yang tidak diinginkan.
Perasaan ini, mengganggu. Bikin risih. Bikin mual.
Sedikit hal yang membuatku merasa sedikit lebih baik hanyalah, aku tidak sendirian.
Hal banyak yang membuatku kepingin muntah adalah, aku tidak bisa membantu.
Mulainya sekolah setelah sebulan libur bukan hal yang pantas dirayakan. Liburan panjang yang malah pantas banget dirayakan malah tidak ku rayakan secara maksimal. Let's say itu semua salah manusia tidak berotak penanda dunia akan segera berakhir. Manusia yang tidak pantas disebut manusia. Bahkan disebut hewan pun tidak pantas, kasihan hewannya harus disamakan serendah mereka.
Pada dasarnya aku tidak pendendam. Tapi banyak ramalan zodiak, ramalan golongan darah, ramalan bentuk jidat sampai bentuk hidung mendasarkan orang sepertiku itu gampang mendendam. Karena sakit hati? Tidak masalah, sudah biasa, merasa sudah pro dalam mengatasi sakit hati sialan itu. Sering ngerasain bukan berarti bangga. Ngerasain berarti nggak merasa terbodohi dengan hidup yang dikira isinya senang-senang doang.
Tahu rasa paling senang yang kurasakan? Momen favorit ku dalam satu hari? Mandi. Iya, saat mandi rasanya nyaman, tenteram, hanya ada aku dan diriku. Dan air dingin yang bisa menenangkan dan melemaskan otot-otot dan saraf tegang. Walaupun kadang kena semprot nyokap karena kelamaan di kamar mandi, katanya kamar mandi banyak setannya, sama kayak pasar. Tapi nyokap nggak bisa menghentikan satu-satunya momen membahagiakanku selama satu hari itu.
Setelah momen bahagia itu, yang jelas juga membuatku merasa senang dan santai langsung berubah begitu aku keluar dari kamar mandi. Aku mendengar kurang dari satu detik dan kembali lagi ke kamar mandi, pura-pura mengganti celana dengan celana yang sama--hanya sebagai alasan. Aku keluar dari kamar mandi setelah menguatkan iman, pura-pura budek aku masuk ke kamarku. Pertentangan itu, bersitegang itu, percekcokan itu, mematikan semua indraku. Rencana awalku setelah mandi ingin makan karena sudah seharian aku belum makan tapi terpaksa aku menahan rasa lapar, berbaring dilantai dengan rambut belum disisir, dan mendengarkan.
Aku tidak ingin mendengarkan, tapi aku ingin tau apa. Walaupun ada rasa pahit dan sakit.
Lucu gimana suasana hati dan emosi bisa berubah dalam sedetik. Dari seneng, jadi pengen nangis, mual dan marah. Biasanya aku berusaha menghindar. Tapi itu hanya awalnya, awalan usaha yang sia-sia karena pada akhirnya aku memang tidak bisa menghindar, harus menghadapi. Jijik.
Mendengarkan, memproses, berusaha mencari pikiran logic dan sisi positif. Percayalah itu bullshit. Tidak ada logika dan sisi positf yang bisa dipetik sama sekali. Sampah. Biadap. Mati saja sana! Mendadak rasanya teman sekolah yang tiba-tiba keluar sekolah karena hamil terlihat sebagai pilihan yang lebih baik. Tapi tidak. Tidak mungkin aku seperti itu. Aku tidak bisa menyakiti orang terpenting dalam hiduplu seperti itu. Lagipula itu terlalu hina. Dimata beliau dan Allah.
Jadi aku harus bagaimana? Mengerjakan semua hal dengan suara keras sebagai bentuk kiasan bahwa aku tidak baik? Berbicara dengan suara ketus supaya disimpulkan aku marah? Membanting pintu? Menghidupkan musik keras-keras? ITU SEMUA KU LAKUKAN! I FUCKING DID THAT ALL!!!!
WHY? Because I'm not ok. For fucks sake I feel like shit!
Aku mencoba mengalihkan perhatian dengan menonton episode terakhir Drama Korea High Society yang memang kusimpan spesial untuk ku tonton nanti. Air mata yang sudah mati-matian ku tahan malah tumpah karena terlalu familiarnya keadaanku dengan keadaan dalam drama itu. Bukan sama, hanya familiar--seperti mengingatkan. Keadaan keluarga.
Point, inti, dari 'pembicaraan' yang kusimpulkan adalah Aku akan menghancurkan nama baik sialan itu.
Aku benci diriku sendiri. Aku benci hidupku. Aku benci orang-orang yang menghancurkan hidupku.
Comments
Post a Comment