Skip to main content

[CERPEN] I Love My Neighbor


“Yuna”

“…”

“Yunaaaa”

“…?”

“YUNAAAAAAAA!!!!”

“Zzz”

Bam! Bam! Bam! Brak! Buk! PLAK!

“AAAWWWW” Yuna meringis dan tubuhnya semakin melingkar di atas tempat tidurnya yang nyaman dan hangat saat sebuah serangan mendadak menyerang belakang kepalanya. Ia membalik tubuhnya dari posisi tengkurap dan melotot pada kakaknya yang sudah melotot lebih dulu, ia melepas headset yang menempel di telinganya sebelum berteriak “APAAN SIH KAK?!”

“Apaan, apaan” kakaknya—Yozi mencibir dengan sebal, “telinga itu jangan di sumpel-sumpel” Yozi menarik telinga kanan Yuna dengan gemas sementara Yuna semakin histeris berteriak, “kalau di panggil nggak denger, nanti kalo gue manggil-manggil ada kebakaran gimana hah? Mau lo ditinggal kebakar sendiri di rumah gara-gara nggak denger orang manggil?”

“Ih jadi lo mau gitu rumah kita kebakaran?” Yuna melirik kakaknya dengan sinis.

“Kan cuman perumpamaan! Ih adek gue jenius amat astagah!” Yozi semakin keras menarik telinga Yuna sebelum akhirnya melepaskannya. “Cepet turun sana! Mom manggilin lo sampe dia ubanan tuh”

Brak! Jdar! Jdar! Jdar! 
Yuna berlari menuruni tangga dengan heboh sambil berteriak, “Ihh mom! Kakak bilangin mom ubanan!”

“Eh buset! Itu cuman perumpamaan! Anjir dah! Adek gue jeniusnya nggak nahan!” Yozi ikut berlari mencoba untuk menangkap Yuna tetapi adiknya sudah sampai di dapur dan bersembunyi di belakang mamanya yang kebetulan sedang berdiri sambil memegang pisau di tangan kanan, sementara tangan kirinya memegang potongan kepala ayam.

“Apa? Kamu bilang mama ubanan? Berarti kamu bilang mama tua gitu?” mama bertanya dengan sengit.

“Hihi, mom” Yozi meringis, “Zizi cuman bercanda, Nana tuh yang berlebihan”

Yuna mendelik, “ih nggak mom! Kak Zizi tuh jelas-jelas bilang kalau mom ubanan cuman gara-gara manggilin Nana, kan kurang ajar dia mom”

Mama tersenyum dan meletakan pisaunya, “iya Zizi kurang ajar ya” mama membelai pipi Yuna dengan lembut sebelum mencubitnya dengan keras, “kamu juga kurang ajar dipanggilin dari zaman dinosaurus nggak nyaut-nyaut”

“Aw aw aw iyaw mom sawry sawry” Yuna meringis kesakitan sementara Yozi tertawa diam-diam dengan puas.

Mama mengambil kantong kertas yang penuh berisi apel malang—oleh-oleh papa yang baru pulang dari Malang semalam. “nih anterin sama tetangga”

Yuna menatap kantong kertas yang kini ditangannya itu dengan aneh seakan ia baru melihatnya untuk pertama kali, “anterin ke tetangga? Sejak kapan mama deket sama tetangga?”

“Sejak dia kemarin beliin mama oleh-oleh tas dari Hongkong seharga 100 juta” mama menjawab dengan asal, “udah sana cepet”

“Kenapa nggak Kak Zizi aja sih?”

“Ih seenaknya aja ngelempar-lempar suruhan orang tua” Yozi berlalu pergi dengan langkah-langkah cepat dan menghilang dibalik pintu kamarnya.

...

Yuna melengos. Memeluk kantong kertas ia menyeberangi jalan, memasuki halaman orang seakan itu miliknya dan mengetuk pintu dengan keras sampai tangannya berdenyut. Hening. Tidak ada langkah-langkah cepat dari dalam rumah untuk membukakan pintu. Yuna mengetuk lagi. Seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Kali ini ia menggedor. Masih sepi. Mungkin tidak ada orang. Ia mendengus dan melangkah keluar halaman.

“Hei! Gue pikir ada zombie apocalypse digedor-gedor kayak gitu” Yuna memutar badan, menemukan Aiden dengan sudut bibir terangkat dibalik pintu yang akhirnya terbuka.

Yuna membalik langkah, “gue pikir nggak ada orang atau yang lebih parah ada orang mati di dalam” Yuna menyerahkan kantong kertas yang sejak tadi dipeluknya, mengabaikan pelototan horror Aiden, “nih oleh-oleh dari bokap sebagai ucapan terimakasih karena nyokap lo udah ngasih nyokap gue tas seharga rumah”

Bingung dengan ucapan Yuna yang ngawur Aiden menahan lengannya, “nggak mau mampir?” Aiden mengedikkan kepala ke arah pintu.

“Nggak ah trauma gue” Aiden berdecak dan tanpa memperdulikan lolongan Yuna ia menyeretnya masuk dan menutup pintu. “heh pelecehan seksual nih namanya”

“Dih geer, apa juga yang bisa dilecehin dari lo” Aiden berjalan menuju dapur dan menaruh kantong kertas di atas meja sebelum mengambil satu buah apel dari dalamnya, Yuna mengikuti di belakangnya, “dada lo rata” sontak Yuna menutup dadanya dengan lengan, shock berat dadanya ditunjuk-tunjuk dengan buah apel dengan kurang ajar, “rambut selalu acak-acakan dan baju lo kebanyakan longgar nggak ada yang ngepas, nggak sexy tau” Aiden cekikikan sambil mengusap apel ke kausnya dan memakannya sementara Yuna mencak-mencak dibelakangnya.

“Bener-bener bikin trauma gue kesini, gue pulang” Yuna hendak berjalan menuju pintu saat lagi tangannya digapai Aiden.

“Eits, tunggu dong” Aiden mengunyah apel sebelum melanjutkan, “temenin gue sebentar kenapa, bosen nih gue”

Yuna bersidekap, “dan itu urusan gue karena” ia pura-pura berpikir sebelum menyaut dengan keras, “oh iya, itu bukan urusan gue!”

Lolongan Yuna terdengar lagi saat Aiden tau-tau saja menggendongnya dan membawanya ke arah kamarnya, lalu mengunci pintu. “ayo lanjutin yang kemarin lagi, ya ya ya? Pleaseee”

Aiden menurunkan Yuna di atas tempat tidurnya, “ini nih yang bikin gue trauma, sakit di gue, enak di lo tau”

“Elo aja yang belum biasa, ini namanya juga olah raga tau, ikutin zaman dong” Aiden mematikan lampu, sudah tau bahwa Yuna akhirnya setuju melanjutkan hal yang mereka lakukan kemarin sepulang sekolah. Saat Aiden merasa bangga menemukan mainan baru dan satu-satunya orang yang bisa diajaknya hanyalah Yuna; cewek cuek dan jutek yang sudah hampir tiga tahun ini pindah di dekat rumahnya.

Yuna melepas sweater oversize yang dikenakannya dan menampakkan kaus putih ketat dan celana pendek. “sini”

Aiden memberikan sebuah stick dan Yuna menerimanya dengan jijik seakan benda itu sudah mencoreng harga dirinya, “gue mengutuk hari dimana lo akhirnya dapat Xbox keluaran terbaru ini” umpatnya.

Aiden tertawa dengan puas, “eh harta paling berharga gue nih, harganya nyaris setahun uang jajan gue tau”

“Siapa juga yang suruh lo beli” Yuna mengambil posisi di samping Aiden, di depan Tv LCD besar, “ini bukan horror kan?” Yuna melirik ke arah Aiden dengan garang, heran kenapa cowok ini senang sekali mengerjainya. Kemarin ia hampir mati karena harus bermain game horror bersama cowok ini, level hard, pakai Oculus Rift pula. Awalnya kata Aiden itu game The Sims, tapi begitu Yuna memakai Oculus ternyata game horror. Nyaris ia pipis dicelana, di rumah tetangga.

“Nggak, ini dance kok” Aiden mengelus puncak kepala Yuna dengan gemas, “kan nggak lucu kalau gue nari-nari sendiri kayak orang gila, enak lagi kalau ada lo”

Tatapan mata Yuna melembut tapi masih belum sepenuhnya percaya, “terus ngapain pakai matiin lampu segala?”

Aiden meraih remot kecil, “biar gue bisa ngidupin ini” ia memencet salah satu tombol dan ruangan gelap itu langsung ditaburi lampu-lampu warna-warni. Seperti klub disko. Yuna melihat sekeliling dengan kagum, Aiden senang sendiri melihat ekspresi kagum cewek di depannya itu.

“Ok permintaan maaf diterima” senyum Yuna.

Lagu Gangnam Style melantun dan mereka berusaha mengikuti gerakan dengan benar untuk melihat siapa yang punya score lebih tinggi dan yang jelas, pihak yang score nya lebih kecil harus diberi hukuman. Dan seperti biasa Aiden kebanyakan curang dan Yuna jadi pihak yang tertindas.

...

“Sesorean juga lo kan disitu” cecar Yozi begitu Yuna menutup pintu, “mangkanya gue bebanin tugasnya ke elo”

“Terima kasih tuan sudah memikirkan hamba yang hina ini” balas Yuna dengan sarkastik dan memutar bola mata sambil mendaki tangga menuju kamarnya.

Yozi berdecak, “adek biadab lo emang, gue aduin ke mom kalau lo sama Aiden pacaran baru tau lo”

Mata Yuna melotot dua kali lipat ukuran normal, “idih dapet info darimana lo gue pacaran sama dia? Jangan ngaco lo kak” Yuna menjulurkan lidah mengejek sebelum menutup pintu kamarnya dan menguncinya.

“Mati gue” keluh Yuna begitu ia menutup pintu dan bersandar dibaliknya, “udah tadi kalah trus hukumannya suruh bikin bento, kalo mom tau gue bangun pagi cuman buat bikinin si Aiden bekal bento unyu-unyu bakal mikir apa dia” Yuna menggeram sendiri dan menjambak-jambak rambutnya dengan frustasi. Tapi pada akhirnya ia membuka laptop dan browsing tutorial membuat bento unyu yang sehat dan lezat.

Jam 03.00 pagi. Wah rekor dunia, rekor sepanjang hidup Yuna. Tidak pernah ia bangun sepagi ini sebelumnya, dan begitu bangun malah hanya untuk mempersiapkan bekal untuk tetangganya yang rese dan nyebelin. Anehnya begitu Yuna mulai membuat Bento mengikuti tutorial yang dikiranya paling gampang, ia malah sama sekali tidak merasa kantuk. Ia malah merasa bersemangat. Ia ingin membuat bento yang enak dan ia ingin melihat ekspresi Aiden saat ia menerimanya dan mendengar pujian Aiden saat ia merasakannya. Membayangkan saja membuatnya bersemangat. Baiklah ayo berusaha! Serunya dalam hati.

Yuna selesai membuat bento pas pukul 5. Tepat saat penghuni rumah mulai terbangun. Cepat-cepat ia menyembunyikan dua kotak bento yang sudah dibungkus rapi dengan kain warna oranye dan berlari ke kamarnya untuk bersiap-siap ke sekolah.

“Aneh padahal semalam mom udah bersihin dapur kenapa pagi ini berantakan” Yuna membeku saat ia mendengar mamanya berkeluh kesah pada papa.

Yozi ikut nimbrung, “hayo mom, jangan-jangan pas malam ada cewek melayang yang lagi main masak-masakan di dapur kita hihihi” tentu saja Yozi kena bogem mentah dari mama pagi-pagi dan tawa menggelegar dari papa yang geli sendiri melihat kelakuan anak sulungnya yang masih kekanak-kanakan.

“Eh Nana kenapa malah bengong gitu?” papa mengangkat alis, bingung menatap Yuna yang berjongkok dari tadi tapi tali sepatunya belum juga selesai diikat.

Yuna tersadar dan segera berdiri setelah mengikat tali sepatunya dengan asal, “engga kok pa, Nana berangkat dulu yaa” cepat-cepat ia berlari keluar rumah. Dan langsung mengagetkan Aiden dengan meloncat dibelakang jok motornya, “ayo cabut” serunya. Sambil terkikik geli Aiden melajukan motornya.

...

Sekolah Aiden dan Yuna berbeda. Tapi Aiden berjanji akan memberi komentar tentang bento dadakan yang dibuat Yuna setelah sepulang sekolah nanti. Karena itu Yuna merasa deg-degan, tangannya berkeringat dingin, seakan ia seperti akan mendapatkan surat kematian.

Motor Aiden melintasi Yuna menuju halaman rumahnya. Yuna berlari menuju rumah Aiden tapi mendapati cowok itu tidak sendiri, ada cewek semampai berambut panjang dengan seragam berukuran dua kali lebih kecil dari ukuran sebenarnya dan rambut panjang terurai seperti model iklan shampo.

Tanpa sadar senyum Aiden melebar begitu melihat Yuna, “hey”

Yuna melambai dengan senyum canggung dan salah tingkah yang begitu kentara. “ehm, gue, gue, mau…” sebelum Yuna menyampaikan maksudnya cewek yang dari tadi berdiri dengan percaya diri di samping Aiden menyela sambil menyerahkan kotak bekal dengan bungkusan kain yang familiar.

“Aid, nih kotak bekalnya tadi” daripada berbicara suaranya lebih terdengar seperti bisikan yang berdesir, membuat bulu kuduk Yuna meremang.

Pikiran-pikiran negative sudah menjalari pikiran Yuna, apa Aiden memberikan bento yang dibuat Yuna sepagian pada cewek itu? Memang benar Yuna membuat dua buah bento, tapi saat Aiden melihat dua buah bento ia meminta semua, katanya takut kurang. Jadi Yuna memberikannya tanpa merasa keberatan sedikit pun, toh ia tidak terbiasa membawa bekal. Tapi mungkin Aiden memang meminta dua karena ingin memberikannya pada cewek itu, memakannya berdua. Hanya berdua. Kata itu berdengung di telinga Yuna seperti seseorang baru saja meneriakkannya tepat di telinganya. Hanya berdua. Berduaan.

“Eh anu nggak jadi deh, besok aja” gawat suaranya terlalu lantang, jadi terkesan aneh, “anu kayaknya kak Zizi manggil gue, hmm gue cabut duluan, dahh”

“Eh kotak bekalnya, woy” sebelum Aiden mencegah Yuna sudah menyeberang jalan menuju rumahnya, untung tidak ada kendaraan yang lewat kalau ada bisa gawat. “kenapa dia kabur gitu sih” Aiden bergumam pada diri sendiri. Yuna membuka pintu rumahnya, masuk, lalu menutupnya. Ups terlalu keras. Ia tidak bermaksud membantingnya. Ah sudahlah. Yuna berlalari menuju kamarnya tanpa menghiraukan seruan mama. Alasan hebat, kak Zizi manggil, padahal Aiden tau betul Yozi punya kegiatan klub photography setiap hari senin dan ia pulang sore sekali.

...

Sejak saat itu Yuna menghindari Aiden. Alasan mengembalikan kotak bekal dihiraukannya. Kata Yuna simpan saja, nggak dipakai juga di rumah. Bukan nggak dipakai, tapi nggak pernah, karena itu baru. Yuna baru membelinya malam-malam sebelumnya, untung super market di dekat rumah menjualnya.

Yozi bingung sendiri melihat Yuna yang tidak pernah mampir ke rumah Aiden lagi, begitu juga sebaliknya. Dia pikir Yuna dan Aiden putus gara-gara ia mengancam akan mengadu pada mama soal hubungan mereka. Jadi merasa bersalah. Tapi lalu merasa bodoh setelah ia tau apa yang sebenarnya sedang terjadi.

“Knocky knocky” Yozi berdiri di ambang pintu kamar Yuna, mengagetkan adiknya yang tengah menonton episode terbaru Naruto Shippuden tepat saat akhirnya pasangan favoritnya—Sasuke dan Sakura, menikah.

Yuna membetulkan kaca matanya yang melorot, “kenapa kak?”

“Boleh ngomong?” wajah Yozi serius. Membuat Yuna menaikkan alis, juga merinding. Ia sama sekali tidak suka wajah serius Yozi. Terakhir ia melihat wajah itu tahun lalu saat ia bertengkar dengan Papa akan masuk fakultas mana dan mengambil jurusan apa. Pada dasarnya Yozi memang keras kepala, menurun dari mama. Jadi papa tidak pernah bisa menang. Sebaliknya Yuna berhati lembut, gampang luluh, seperti papa, membuatnya selalu kalah dari Yozi.

Yuna beralih duduk dari posisi berbaringnya, “ngomong apa kak?” Yozi menutup pintu, lalu mengambil laptop Yuna, meminggirkannya agar Yuna bisa fokus padanya dan tidak mencari-cari alasan untung menghindar.

Akhirnya Yozi duduk di depan Yuna, “lo ada apa sama Aiden?”

Yuna berusaha menjaga ekspresi terkejutnya, kaget kenapa tiba-tiba kakaknya jadi kepo soal Aiden. Tapi Yozi terlalu mengenal adiknya, ia menyadari perubahan ekspresinya walaupun hanya kerutan sedikit di sudut mata, “nggak kenapa-napa kok, kenapa nanya?” Yuna memeluk boneka minionnya, berusaha untuk tidak salting.

“Yahh nanya doang” Yozi berbaring dan menatap bintang-bintang yang ditempel adiknya di langit-langit kamar, ia tersenyum “gue mau tau asal usul dua kotak bento yang ada di dapur”

Yuna tidak bisa menyembunyikan ekspresi kagetnya kali ini, “kotak bento nya ada di dapur kak?”

“Iya, tadi Aiden yang nganterin, yaa gue terima, terus dia suruh nyampein ke elo kalau waktu itu hhmmmphhhh” tau-tau saja Yozi sudah di bekap dengan bantal oleh Yuna, sontak ia meronta, “heh ngapain sih lo?!” bentaknya galak sambil merapikan rambut, “kalau lo bukan adek gue udah gue laporin ke polisi lo sebagai percobaan pembunuhan pada cowok ganteng”

Lawakan yang biasanya dibalas Yuna dengan lemparan sandal berbulunya tepat dimuka Yozi kali ini dibalas dengan keheningan yang terasa janggal. Yuna menarik selimutnya dan meringkuk dibaliknya sambil menutup telinga.

“GUE NGGAK MAU DENGER! PERGI SANA!”

Yozi tersenyum. Setengah tersentuh, setengah jijik dengan tingkah adiknya sendiri. Lagi-lagi kalau Yuna bukan adiknya sudah di lemparnya Yuna ke selokan di depan rumah. Dia memutar mata dengan geli dan berjalan keluar, sengaja sedikit membanting pintu agar Yuna tau ia sudah tidak ada.

Yuna mengintip dari balik selimut. Mungkin kakaknya sudah kembali ke sarangnya sendiri. Sambil berjinjit-jinjit ia mengintip keluar kamar, mengawasi, pintu Yozi tertutup rapat berarti ia sudah kembali memelototi majalah porno yang diam-diam disembunyikan dilaci pakaian dalam. Hhh, Yuna merasa mual hanya memikirkannya. Masih dengan berjinjit-jinjit ia menuruni tangga menuju dapur.

Mengambil sebotol air dingin dari kulkas Yuna langsung meneguknya tanpa repot-repot memakai gelas. “Hai” Yuna tersedak sampai rasanya seperti dicekik monyet. Ia terbatuk-batuk untuk beberapa saat sebelum memelototi Aiden dengan mata merah.

“Jangan ngagetin anjir!” Aiden tertawa sambil mengelus punggung Yuna, membantu cewek itu melewati fase tersedak garis miring tercekik air. “ngapain lo disini?” sulutnya.

“Kakak lo nyuruh gue masuk, jadi gue masuk” Aiden menjawab dengan enteng.

Yuna mendengus, berusaha menenangkan diri agar tidak mencekik cowok tinggi dengan kaus kuning di depannya ini, “iya, terus ngapain lo masuk kesini?”

“Mau ketemu elo.”

“Kenapa?” Yuna bertanya, nyolot.

“Kenapa lo ngehindarin gue dari kemaren?” Aiden balik bertanya.

“Kenapa lo mau ketemu gue?” Yuna meralat.

“Mau jelasin kalau emang kakak lo bener kalau lo berpikir kayak yang dia pikirin.”

“Hah?”

Aiden tersenyum, “cewek kemaren itu—“

“Aaahhaahahhhh, lalalalal~ tralalalala~ gue nggak mau denger” Yuna menutup telinga, heboh sendiri dengan berputar-putar di lingkaran imajinasi.

Aiden jadi gemas sendiri. Ia memegang kedua bahu Yuna, menempelkan cewek itu di tembok terdekat dan menguncinya dengan mendekatkan badannya. Yuna melotot, entah karena apa. Aiden menyeringai, tau ia sudah nyaris menang.

“Nah sekarang lo baru diem,” Aiden berhenti sejenak hanya untuk mengamati struktur wajah Yuna yang tidak dilihatnya selama beberapa hari terakhir, “cewek kemarin itu partner project sains gue, kemaren itu kami mau ngerjain project kami buat pekan sains bulan depan, iya dia suka sama gue, iya dia jelas-jelas PDKT sama gue, tapi gue nggak suka sama dia, nggak dengan cara romantis” alis Yuna bertaut, bingung, “kotak bekal kemaren mau jatuh pas kami lagi di jalan jadi dia megangin kotak itu buat gue karena itu dia balikin pas udah nyampe di rumah gue, yang makan bekalnya gue semua, selain telur gulungnya yang keasinan yang lain enak, banget. Gue ketagihan mangkanya gue pengen balikin kotak bekalnya biar lo bisa bikinin gue bekal bento lagi”

Aiden melepaskan pegangannya pada Yuna dan mengambil jarak satu langkah ke belakang, “jadi telurnya keasinan?” tanya Yuna ragu-ragu.

“Tsk” Aiden berdecak dengan gemas dan mencubit kedua pipi Yuna dengan geram, “dari semua yang gue omongin itu doang yang lo tangkep?”

Yuna mengaduh tapi lalu menunduk, tidak berani menatap balik Aiden. “jadi lo mau dibikinin bento lagi?”

Aiden bersiap-siap akan mencubit pipi Yuna lagi, tapi cewek itu cepat-cepat menghindar ke seberang meja makan. “kenapa gue nggak suka sama cewek itu secara romantis, tanyain itu dong”

“Kenapa?” Yuna bergumam tidak jelas.

“Kenapa apanya? Yang jelas gue nggak denger”

“Kenapa lo nggak suka sama dia? Siapa yang lo suka?” kali ini Yuna mau menatap Aiden. Ia ingin melihat kesungguhan dan cengiran tengil yang disunggingkannya.

“Karena gue suka sama elo, gue pikir lo nggak cuman bodoh tapi juga nggak peka” Yuna merengut dibilang bodoh dan nggak peka tapi pada akhirnya dia tersenyum juga. Aiden melewati meja makan dan bersandar di depan Yuna. Mengamati apa yang ingin dikatakan gadis itu selanjutnya. Tapi kata itu tidak kunjung keluar.

“Tsk” decakan keras Yozi membuat Aiden dan Yuna mengalihkan pandangan, “dia suka sama lo juga, udah kalian sekarang resmi pacaran, titik. Begitu doang susah amat” ia menatap adiknya dengan geli, “udah official kan? Udah nggak HTS-an lagi jangan merengut-rengut kayak oma gitu kenapa”

“Kak, lo nguping ya dari tadi?” Yuna mendelik pada Yozi, yang kena tatapan maut malah santai-santai saja.

Yozi mengangkat bahu, “oh jelas dong, nggak cuman gue kok yang nguping, ada mom sama nyokapnya Aiden, mereka nguping dari kamar, kalau gue sih udah jongkok di tangga dari tadi, kalian aja yang terlalu fokus sama diri sendiri, dih egois” Yozi nyerocos tanpa berhenti. Mirip mama, percis. Sekarang nggak langka lagi cowok cerewet jadi mama nggak khawatir. Malah senang ada copy-an dirinya versi cowok. Membuat Yuna berpikir ia adalah papanya versi cewek, kok jadi horror ya. Hhhh.

Tak lama mama dan tante Aura—mamanya Aiden keluar dari kamar sambil senyum-senyum jail menatap Aiden dan Yuna. Membuat Yuna ingin menggali lubang dan mengubur diri sendiri sedalam-dalamnya.

“Cieee akhirnya! Mom punya besan tetangga sendiri” Mama berseru senang sambil sedikit melonjak-lonjak membuat rambut pendeknya yang di blow seperi mengambang di udara.

“Nanti resepsinya tinggal bikin tenda di jalan aja ya, nyatuin rumah” Tante Aura ikut nimbrung, tak kalah ingin terlihat antusias.

“Tuh udah sampe ada rencana resepsi segala, iri gue” Yozi melirik adiknya yang telinganya sangat merah. Malu. Mungkin rasanya sampai ingin bunuh diri. Aiden menyadari itu dan ia langsung menyambar tangan Yuna dan kabur dari tempat itu secepat dan sejauh-jauhnya.

Sebelumnya Yuna tidak pernah merasakan kehangatan ganjil dari tangan Aiden. Sampai akhirnya semua perasaan ganjal yang tak ia mengerti terjelaskan. Aiden masih tetap jail tapi itulah yang membuatnya jadi seseorang yang sangat berarti untuk melewatkan waktu bersama. Yuna seperti punya Yozi versi kedua. Tapi Aiden tidak secerewet Yozi, jailnya pada Yuna di level yang sama dengan Yozi. Gantengnya lebih unggul Aiden sedikit. Iya, kini ia sadar kalau Aiden sudah lama punya tempat spesial di hatinya. Begitu pula sebaliknya.


The End.



Please Read Me;

Terima kasih jika kamu berhasil mencapai bagian ini.
Aku akan senang jika bisa mengetahui pendapatmu tentang CERPEN I Love My Neighbour. Tinggalkan comment, jejak, apapun di blog ini supaya kamu bisa kembali. Itu akan sangat membantuku dan membuatku bersemangat untuk lebih banyak menulis.
Akan ada cerita baru yang akan ku upload setiap weekend.

Please leave a comment and click here to follow my blog.
Share this to your friends or families.

Bye.


♦♦♦


Cerita fiksi ini milikku, ideku dan imajinasiku! 
Kesamaan nama tokoh, tempat kejadian dan cerita hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. 
Segala bentuk tindakan (copy-paste, mengutip, memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan) yang bertujuan untuk menjadikan tulisan ini sebagai milikmu sangat dilarang!  

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Laporan PKL/PRAKERIN PowerPoint Bahasa Inggris Kurikulum 2013

Hai ... Aku termasuk korban kurikulum 2013, angkatan pertama percobaan malah. Aku tau kurikulum 2013 itu ribet banget, jadi jalanin aja yah adek-adek ku muah~ Aku murid SMK N 2 Batam Kelas XI Akuntansi 3 Baru saja menyelesaikan PKL selama 4 bulan (Juli - Oktober) di PT. Unisem Batam Banyak pengalaman yang ku peroleh Salah satu alasan ku memilih SMK adalah kepingin merasakan yang namanya PKL, dan siapa sangka ternyata bener-bener tak terlupakan. Berikut adalah hasil laporan PKL/PRAKERIN punyaku. Karena sepertinya setting di Microsoft PowerPoint 2011 aku beda dari google jadi sepertinya ada beberapa gambar dan tulisan yang melenceng dari tempatnya, mohon di maklumi yah ^^~ Kuharap ini bisa membantumu yang terdampar disini untuk mencari sesuatu, hehe..

Drama Negosiasi 4 orang pemain: Perencanaan Penggusuran

Hello everybody~  \nyanyi Shinee - Everybody\ Ehem.. okay.. so.. gue lagi dapet tugas dari Guru Bahasa Indonesia (Guru yang sama yang ngasih gue tugas buat puisi -_-) disuruh buat Drama dengan tema Negosiasi, dan perkelompok itu sebanyak 4 orang, dan inilah hasil naskah drama ala kadarnya yang gue buat malem2 -uh- >< Kelompok gue belum nampil sih, tapi... aah.. gak tau deh nanti nampilnya bakal kayak mana. Sebenernya gue gak asing lagi sih sama yang namanya "DRAMA" tapi tetep bikin kretek-ktetek :v

Perjalanan Perubahan Warna Rambut

Dulu, kalau aku berani mencoba mewarnai rambutku mungkin aku akan langsung di bakar di perapian. Tapi sekarang beda tahun, beda cerita dan sepertinya beda jaman. Aku pertama kali mewarnai rambutku saat tahun baru 2014. Waktu itu warna yang muncul seharusnya dark blonde , tapi karena rambutku hitam banget, warna itu hanya muncul saat terkena cahaya atau sinar matahari. Karena kurang puas akhirnya aku pergi ke salon lagi. Salon yang selalu ku datangi sebelumnya adalah salon teman mamaku. Tapi, karena lokasinya jauh akhirnya aku memilih salon yang ada di mall terdekat. Aku memilih salon tertutup, seperti salon yang khusus untuk wanita-wanita hijab yang ingin merawat rambut tanpa mengumbar aurat (kira-kira begitu) dan isinya wanita semua. Warna yang ku pilih lagi-lagi blond e. Setelah hampir dua jam waktu ku habiskan di salon itu rambut ku malah berwarna oranye sedikit kekuning-kuningan. Ternyata tadi tanpa aku sadari orang yang mengurusi rambutku menambahkan bleach karena rambu...