Mengutip bio twitter Scott Eastwood; Get busy livin' or get busy dyin'
Yosh!
Aku jatuh cinta sama Scott Eastwood!
Tiba-tiba saja dia ada dimana-mana.
Contohnya.
Aku sudah menaruh perhatian pada film Suicide Squad yang bakalan tayang tahun depan. Bukan, bukan karena tertarik sama pemeran super-heronya tapi pada pemeran Joker di akhir trailer.
The Longest Ride, aku baru sempat menontonnya. Dan astaga! Astagah! ASTAGAH!!! Itu film keren banget. Feel-nya kerasa, bikin baper iya, Tapi romantis abissss. Kisahnya ada dua, yang muda dengerin kisah dari yang tua dan mereka belajar dari kisah itu buat mecahin masalah mereka sendiri yang juga familiar. Seruuu, harus ditonton! Serius! Nggak bakal nyesel deh. Kecuali kalau lo benci baperan yaa jangan nonton. Blah ni film bikin baper abisss tapi bikin ketagihan juga. Bukan ketagihan baper, ahh kebanyakan baper, yang penting lo tau maksud gue apaan.
Akhir-akhir ini malas nonton film romantis. Sebenernya. Malah kebanyakan nonton film horror, nahan takut tapi kena mimpi buruk juga. Film romantis bikin sakit hati. Menipu. Nggak realitas.
Nggak ada cinta abadi. Nggak ada orang yang nggak bosan dengan satu orang yang sudah bersamanya bertahun-tahun. Nggak ada orang yang rela ngelepasin mimpinya, passion-nya, bagian dirinya hanya demi menjada orang lain yang baru ditemui tapi mengaku cinta. Dihh. Seenggaknya itu yang ku percaya.
Tau kan kepribadian seseorang bergantung pada suasana disekitarnya? Kepercayaan seseorang?
Disekitarku semuanya seperti tempat pembuangan akhir. Datang dan pergi.
Nggak jauh-jauh. Keluargaku nggak utuh lagi. Walaupun itu sudah ditembel dengan orang asing yang bahkan tak ku tau asal-usulnya dan bagaimana orangnya sesungguhnya selama 3 tahun terakhir, itu tak mengubah semuanya. Tak mengobati luka yang ada. Makin kesini malah makin memperburuk. Parah.
Oh for god sake!
Aku baru tujuh belas tahun, nyaris delapan belas! Ini bukan saatnya untuk luka-lukaan. Memikirkan masalah dengan sok tau padahal tidak ada orang yang meminta pendapatku. Aku hanya perlu melakukan tugasku sebagai pelajar; belajar. Dan tetek bengek lainnya seperti main, main, dan main.
Melakukan yang kusukai, iya kan?
Iya, aku emang gampang frustasi. Tapi aku juga gampang bosan dan bosan itulah yang akan membawa rasa frustasi pergi. Bosan frustasi melulu.
Aku tidak pernah berpikir aku dewasa. Aku masih suka nonton film cartoon. Menghidupkan musik keras-keras. Makan seenaknya. Melakukan tugas hanya kalau sedang mood atau saat disuruh.
Ini waktuku untuk memilih apa yang ingin ku lakukan sekarang dan (mungkin) nanti.
Ini bukan waktunya menyerah dan memaklumi sikap-sikap brengsek orang-orang diluar sana. Sesekali setiap orang pantas diberi pelajaran untuk tidak bersikap seperti bajingan di tempat umum. Inilah saatnya untuk berdiri untuk diri sendiri. Tidak membiarkan orang lain menganggapmu lemah, rendah, dan tidak pantas. Inilah saatnya untuk menyadarkan orang buta diluar sana bahwa mereka harus membuka mata dengan lebar untuk melihat orang lain dan menghormati orang lain karena mereka tidak benar-benar buta, mereka hanya melihat diri mereka sendiri dengan egois.
Aku tidak memerlukan puluhan orang untuk jadi temanku jika dibelakangku mereka akan membicarakanku. Aku hanya perlu satu teman, yang setia, pantas, dan mengerti diriku. Dan aku bisa melakukan sebaliknya. Naas melihat bagaimana seseorang mencoba menjadi orang lain hanya untuk disukai.
Formalitas. Aku benci formalitas. Apalagi setiap kali harus berbicara pada orang dewasa atau yang lebih tua, memaksaku untuk memakain topeng kesopanan, dan yang jelas tidak membuatku nyaman.
Aku tidak perlu melakukan apa yang orang lain ingin aku lakukan.
Aku tidak perlu berbicara apa yang orang lain ingin dengar.
Aku tidak perlu memikirkan apa yang orang lain ingin aku pikirkan.
Hanya ada aku dan diriku.
Dalam hidupku.
Menghadapi dunia.
Dengan caraku.
Ini mungkin random. Ini tulisan mendadak di malam hari sebelum tidur, sama seperti lalu-lau.
Saat aku menyadari.
This is not the time to give.
This is the time to give a shit.
Yosh!
Aku jatuh cinta sama Scott Eastwood!
Tiba-tiba saja dia ada dimana-mana.
Contohnya.
Aku sudah menaruh perhatian pada film Suicide Squad yang bakalan tayang tahun depan. Bukan, bukan karena tertarik sama pemeran super-heronya tapi pada pemeran Joker di akhir trailer.
Yup. Yang ini. Mwahahah
Calon psikopat gue emang. Eh amit amit dahh
Dan ternyata om ganteng Scott Eastwood juga bakalan ada di film itu. Walaupun aku nggak tau pasti dia jadi apa, berharapnya sih dia jadi sekutunya Joker. Bakalan keren pasti. Berharap. Ok.The Longest Ride, aku baru sempat menontonnya. Dan astaga! Astagah! ASTAGAH!!! Itu film keren banget. Feel-nya kerasa, bikin baper iya, Tapi romantis abissss. Kisahnya ada dua, yang muda dengerin kisah dari yang tua dan mereka belajar dari kisah itu buat mecahin masalah mereka sendiri yang juga familiar. Seruuu, harus ditonton! Serius! Nggak bakal nyesel deh. Kecuali kalau lo benci baperan yaa jangan nonton. Blah ni film bikin baper abisss tapi bikin ketagihan juga. Bukan ketagihan baper, ahh kebanyakan baper, yang penting lo tau maksud gue apaan.
Akhir-akhir ini malas nonton film romantis. Sebenernya. Malah kebanyakan nonton film horror, nahan takut tapi kena mimpi buruk juga. Film romantis bikin sakit hati. Menipu. Nggak realitas.
Nggak ada cinta abadi. Nggak ada orang yang nggak bosan dengan satu orang yang sudah bersamanya bertahun-tahun. Nggak ada orang yang rela ngelepasin mimpinya, passion-nya, bagian dirinya hanya demi menjada orang lain yang baru ditemui tapi mengaku cinta. Dihh. Seenggaknya itu yang ku percaya.
Tau kan kepribadian seseorang bergantung pada suasana disekitarnya? Kepercayaan seseorang?
Disekitarku semuanya seperti tempat pembuangan akhir. Datang dan pergi.
Nggak jauh-jauh. Keluargaku nggak utuh lagi. Walaupun itu sudah ditembel dengan orang asing yang bahkan tak ku tau asal-usulnya dan bagaimana orangnya sesungguhnya selama 3 tahun terakhir, itu tak mengubah semuanya. Tak mengobati luka yang ada. Makin kesini malah makin memperburuk. Parah.
Oh for god sake!
Aku baru tujuh belas tahun, nyaris delapan belas! Ini bukan saatnya untuk luka-lukaan. Memikirkan masalah dengan sok tau padahal tidak ada orang yang meminta pendapatku. Aku hanya perlu melakukan tugasku sebagai pelajar; belajar. Dan tetek bengek lainnya seperti main, main, dan main.
Melakukan yang kusukai, iya kan?
Iya, aku emang gampang frustasi. Tapi aku juga gampang bosan dan bosan itulah yang akan membawa rasa frustasi pergi. Bosan frustasi melulu.
Aku tidak pernah berpikir aku dewasa. Aku masih suka nonton film cartoon. Menghidupkan musik keras-keras. Makan seenaknya. Melakukan tugas hanya kalau sedang mood atau saat disuruh.
Ini waktuku untuk memilih apa yang ingin ku lakukan sekarang dan (mungkin) nanti.
Ini bukan waktunya menyerah dan memaklumi sikap-sikap brengsek orang-orang diluar sana. Sesekali setiap orang pantas diberi pelajaran untuk tidak bersikap seperti bajingan di tempat umum. Inilah saatnya untuk berdiri untuk diri sendiri. Tidak membiarkan orang lain menganggapmu lemah, rendah, dan tidak pantas. Inilah saatnya untuk menyadarkan orang buta diluar sana bahwa mereka harus membuka mata dengan lebar untuk melihat orang lain dan menghormati orang lain karena mereka tidak benar-benar buta, mereka hanya melihat diri mereka sendiri dengan egois.
Aku tidak memerlukan puluhan orang untuk jadi temanku jika dibelakangku mereka akan membicarakanku. Aku hanya perlu satu teman, yang setia, pantas, dan mengerti diriku. Dan aku bisa melakukan sebaliknya. Naas melihat bagaimana seseorang mencoba menjadi orang lain hanya untuk disukai.
Formalitas. Aku benci formalitas. Apalagi setiap kali harus berbicara pada orang dewasa atau yang lebih tua, memaksaku untuk memakain topeng kesopanan, dan yang jelas tidak membuatku nyaman.
Aku tidak perlu melakukan apa yang orang lain ingin aku lakukan.
Aku tidak perlu berbicara apa yang orang lain ingin dengar.
Aku tidak perlu memikirkan apa yang orang lain ingin aku pikirkan.
Hanya ada aku dan diriku.
Dalam hidupku.
Menghadapi dunia.
Dengan caraku.
Ini mungkin random. Ini tulisan mendadak di malam hari sebelum tidur, sama seperti lalu-lau.
Saat aku menyadari.
This is not the time to give.
This is the time to give a shit.
Comments
Post a Comment