Skip to main content

♦Sudut Gelap Ku♦


Memang di dunia ini nggak ada yang sempurna, tapi namanya juga manusia pasti selalu pengen yang sempurna. Aku contohnya. Aku tau aku naif banget. Aku selalu menganggap semuanya sempurna, seperti yang aku inginkan, baik-baik saja, dan akan seperti itu selamanya. Tapi bodohnya itu tidak mungkin, sesuatu pasti akan berubah. Pasti akan hilang, akan rusak, dan tidak akan mungkin di perbaiki lagi, tidak akan mungkin bisa kembali lagi.

Awalnya semuanya sangat menyenangkan, aku, abang, mama dan papa. Layak nya kakak-adik yang normal, saudara, aku dan abang selalu bermain bersama, kadang juga kami terlibat pertengkarang kecil yang kalau di lihat kembali sangat kekanak-kanakan dan konyol. Mama yang suka memasak dan selalu dengan senang hati membuatkan berbagai makanan enak. Papa yang sangat baik dan perhatian, selalu memberikan banyak mainan dan melimpahkan kasih sayang. Berempat kami selalu merasa bahagia dan disaat hari bahagia yang seharusnya kami lalui bersama hal buruk terjadi. Papa di renggut dari kami, di ambil lagi oleh penciptanya dan tidak ada yang bisa kami… aku lakukan selain menangis. Dari situlah semuanya berubah.

Hari itu aku sedang berkumpul bersama keluarga besarku karena besok adalah Hari Raya jadi kami semua berkumpul di rumah Kakek-Nenek. Tidak ada firasat atau tanda-tanda. Aku masih sangat ingat, aku sedang berguling-guling di atas kasur saat ponsel mama berbunyi, beliau langsung pergi ke kamar paling ujung dan membuka lemari tempat dimana ponselnya berada. Mama mengangkatnya pas di depan lemari, sesaat beliau terdiam mendengar perkataan orang di saluran lain telefon dan aku terus memperhatikan mama. Lalu itulah saat mama menyebut kata-kata itu, kata-kata dimana kau mendengar ada orang yang meninggal. Lalu mama menutup telfon dan aku lupa apa yang terjadi selanjutnya. Yang kusadari papa yang harusnya dijadwalkan terbang dari singpur ke sini agar beliau bisa menghabiskan hari raya bersama kami, bersama ku, semua itu sirna sudah.

Disaat aku seharusnya bersenang-senang memakan banyak kue dan mendapat banyak uang jajan dari orang-orang baik, aku hanya diam di rumah, melihat mama terpuruk, tertidur di kasur dan menangis. Aku tidak tau berapa lama mama terus menangis, yang ku tau selanjutnya adalah aku ikut menangis bersamanya. Dan aku benar-benar tidak ingat apa reaksi dan apa yang dilakukan abang ku saat itu, aku bahkan tidak tau apakah ia juga menangis atau tidak. Lalu para keluarga yang seharusnya datang untuk bersilaturahmi, berbagi cerita dan tawa sambil menikmati kue kering yang enak dan minuman manis yang segar, malah datang untuk berbela sungkawa, menenangkan dan ikut merasa sedih. Aku ingat tetangga ku yang selalu ikut menjaga ku dari kecil dan akrab ku panggil Bude, menepuk-nepuk kepala dan mengusap punggunggku dengan lembut saat aku terisak.

Lalu yang kutau selanjutnya, mama pergi ke singapur untuk menghadiri pemakaman, aku dan abang ingin ikut serta dibawa tapi tidak di izinkan oleh nenek lalu kami pun bersarang di rumah nenek. Mulai bersekolah disana dan memulai membangun segalanya lagi disana. Teman dan tentu saja perasaan yang sempat berantakan.

Hari demi hari, waktu demi waktu, aku mulai terbiasa, berhasil mengatasi dan melewati semuanya. Empat tahun berlalu dan saat Hari Raya yang lain datang, mama pulang, bersama lelaku lain dan dua anak cowok lain, kembar. Semuanya terasa begitu aneh dan janggal saat tiba-tiba aku harus memanggilnya ‘papa’. Aku lupa hari-hari penuh rasa canggung yang sangat menganggu itu, melibatkan beberapa perjalanan keluar kota dan lain-lain. Karena itu aku akan hanya mengaburkan bagian itu dan berlanjut ke yang selanjutnya.

Setelah lulu dari SD aku di bawa ke Batam. Membuatku meniggalkan teman-temanku dan mengalami cultur shock. Aku kembali tinggal di rumah tempat dulu keluargaku yang utuh dan sempurna tinggal. Tentu saja rumah ini masih ada dan belum atau tidak akan mungkin dijual karena papa bekerja sangat keras untuk rumah ini dan isinya. Lagipula aku tidak mungkin tinggal bersama ‘mereka’ yang walaupun rumahnya terdapat di perumahan yang cukup mewah sangat sempit karena banyak perabot dan tidak ada ruangan pula untuk ku dan abang. Tahun pertama SMP aku dan abang tinggal bersama Om dan Tante yang sengaja ikut ke Batam untuk bekerja. Tahun kedua bersama tante dan seorang pembantu. Masih tahun kedua tante pergi untuk membina keluarga sendiri dan tinggallah aku, abang dan pembantu yang entah beberapa kali berganti-ganti. Tahun ketiga masih tetap sama dan aku mulai terbiasa dan menyukai lingkunganku saat itu.

Kelulusan abang memutuskan pergi kuliah keluar kota, pembantu sudah lama di tiadakan karena terlalu banyak menimbulkan masalah dan tinggallah aku sendiri. Aku pun pindah bersama mama dan ‘mereka’ yang untungnya sudah pindah ke perumahan yang lebih sederhana tapi dengan ukuran rumah yang lebih besar. Dan aku mendapat ruanganku sendiri walaupun jauh dari kata sempurna dan agak absurd, tanpa pintu dan lebih mirip seperti ruangan kecil di atap. Tapi menjadi aku yang sangat ingin membuat semuanya sempurna, aku menyempurnakan ruangan itu sendiri. Menambahkan tv, meja, menempeli dindingnya agar terlihat ramai dan tidak membosankan. Salah satu kekurangan, dari dulu aku suka memutar musik keras-keras dan apabila itu kulakukan di ‘kamar’ ku yang sekarang itu akan membuat suaranya menggema dan memenuhi seluruh seluk beluk rumah.

Aku suka kegelapan, kadang aku membuat ruangan itu gelap sementara aku diam dan hanya diterangi lampu dari layar laptop, mendengarkan lagu lewat headset. Dan kadang itu sering membuat orang-orang yang ada di bawah menganggap aku tidak ada atau mungkin tidak menyadari kehadiranku. Aku lebih suka melihat dan mendengarkan daripada berbicara. Dan karena itu juga aku bisa mendengar setiap suara yang ada di bawah. Aku cepat hafal dengan suara orang (dan sering lupa dengan wajah mereka) dan aku sangat peka dengan bau. Aku sensitif.

Kadang aku sering diam dan mendengarkan apapun yang ada di bawah. Dan kadang aku bertanya pada kekosongan, kenapa aku disini? Aku tidak mau disini, aku ingin ada dimanapun selain disini.

Mereka, lelaki humoris yang kadang bisa sangat serius dan jika marah hanya bisa diam dan membanting pintu, yang dulunya sangat baik telah membuat kesalahan yang sangat besar, bukan padaku tapi pada mama, yang sangat kubenci karena mama tidak mau bertindak karena ia memikirkan hasil kedepannya dan malah menyakiti dirinya sendiri, cewek berkisar 20 tahun ke atas yang bekerja dimana penghasilannya untuk senang-senang semata sementara biaya hidupnya masih minta ditanggung orang tua, kembar idiot yang bahkan lebih idiot dari seidiot-idiotnya orang, yang satunya berpikir bekerja jadi montir butut yang menjijikkan itu lebih baik dan gampang daripada berjuang mendapat gelar di bangku kuliah di zaman dimana gelar adalah segalanya ini, yang satunya lagi sepertinya tidak punya urat malu sama sekali, sudah tidak naik kelas dua kali, bukannya berusaha dan pengen cepat-cepat keluar dari sekolah yang aku yakin sudah bosan sekali padanya itu malah membuat rapotnya warananya merah semua, alasannya sama bengkel kotor yang rendahan menurutnya lebih baik dari apapun, mereka bahkan ingin berhenti sekolah dan bertindak seperti pengembara jalanan alias gelandangan karena mereka kasian pada ‘papa’, karena merek dipaksa. Adakah yang lebih idiot dari mereka?

Itulah hidupku sekarang, tinggal di bawah satu atap yang ngomong-ngomong panas banget dengan orang seperti itu. Aku bahkan tidak ingin repot-repot berbicara pada mereka. Aku berusaha meminimalisir kegiatanku di ruangan bawah saat mereka disekitar. Aku hanya menyingkir jauh atau berlalu lewat atau bahkan melangkahi mereka.  Menganggap mereka tidak ada.

Aku tidak sabar agar waktu cepat berlalu karena mama menjanjikan akan cepat pergi dari sini saat itu tiba. Karena ini bukan keluarga atau orang-orang yang akan kupilih untuk tinggal bersama dan berbagi cerita, ini hanyalah takdir dan cobaan yang harus kulewati. Dan aku hanya perlu bertahan karena ini akan cepat berakhir. Iyakan?

Ini hanyalah sudut-sudut gelap yang harus kulewati walaupun terkadang aku tidak hanya selalu bisa lewat melainkan harus menetap disana untuk beberapa saat.


Inilah apa yang sebenarnya yang ada di kepalaku. Dan aku tidak peduli dengan pendapat kalian karena bukan kalian yang melewati ini. Dan aku juga tidak peduli bila salah satu diantara orang yang merasa ada di atas membaca ini, karena ini sudut pandangku dan tidak ada yang bisa kau lakukan untuk mengubah sudut pandang diatas. Karena semuanya sudah berlalu dan menggores dalam-dalam di hati.

Ini hanyalah sudut-sudut gelap yang harus kulewati dan tidak mungkin ku tempati karena tujuanku adalah tempat yang lebih terang

Comments

  1. semoga semuanya cepat berlalu, aku juga menginginkan hal yang sama, ingin agar waktu bergulir lebih cepat :")

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Contoh Laporan PKL/PRAKERIN PowerPoint Bahasa Inggris Kurikulum 2013

Hai ... Aku termasuk korban kurikulum 2013, angkatan pertama percobaan malah. Aku tau kurikulum 2013 itu ribet banget, jadi jalanin aja yah adek-adek ku muah~ Aku murid SMK N 2 Batam Kelas XI Akuntansi 3 Baru saja menyelesaikan PKL selama 4 bulan (Juli - Oktober) di PT. Unisem Batam Banyak pengalaman yang ku peroleh Salah satu alasan ku memilih SMK adalah kepingin merasakan yang namanya PKL, dan siapa sangka ternyata bener-bener tak terlupakan. Berikut adalah hasil laporan PKL/PRAKERIN punyaku. Karena sepertinya setting di Microsoft PowerPoint 2011 aku beda dari google jadi sepertinya ada beberapa gambar dan tulisan yang melenceng dari tempatnya, mohon di maklumi yah ^^~ Kuharap ini bisa membantumu yang terdampar disini untuk mencari sesuatu, hehe..

Drama Negosiasi 4 orang pemain: Perencanaan Penggusuran

Hello everybody~  \nyanyi Shinee - Everybody\ Ehem.. okay.. so.. gue lagi dapet tugas dari Guru Bahasa Indonesia (Guru yang sama yang ngasih gue tugas buat puisi -_-) disuruh buat Drama dengan tema Negosiasi, dan perkelompok itu sebanyak 4 orang, dan inilah hasil naskah drama ala kadarnya yang gue buat malem2 -uh- >< Kelompok gue belum nampil sih, tapi... aah.. gak tau deh nanti nampilnya bakal kayak mana. Sebenernya gue gak asing lagi sih sama yang namanya "DRAMA" tapi tetep bikin kretek-ktetek :v

[Kill Me Heal Me OST] Jang Jae In (Feat. Na Show) - Auditory Hallucination Lyrics | English & Romanized