2 # Monster
Masa
kecilku bisa dikatakan sangat menyenangkan. Lahir dalam keluarga vampire yang
berada dalam ras tertinggi sangat berperan besar dalam hidupku. Ayahku yang
selelau terlihat sibuk melakukan banyak urusan dengan pemerintahan manusia
tetap saja punya waktu untuk bermain denganku atau paling tidak memberiku
perhatian. Sebagai gantinya, ibuku lah yang selalu bersama ku. Vampire new born
hanya boleh minum dari darah orang tuanya atau darah hewan kuno. Dengan
menggigit lengannya sendiri, ibuku akan membiarkan darahnya menetes ke sebuah
gelas wine dan beliau akan tersenyum saat melihatku meneguk habis tanpa tersisa
setetes pun.
“Zelo-ah,
kau akan tumbuh menjadi vampire yang sangat kuat, eomma yakin.” Aku mengangguk
sambil merasakan kenyamanan tangan ibu yang mengelus puncak kepalaku.
Seminggu
sekali, ayah juga akan memberiku segelas penuh darahnya. Dan kadang jika aku
beruntung, aku akan dapat meminum darah cormorant—burung
langka yang hanya bisa dikembangbiakkan oleh vampire dan kini telah berubah
menjadi spesies aneh antara campuran burung dan mamalia. Dara cormorant memiliki rasa unik yang
membuatku merasa kecanduan.
Selama
nyaris 16 tahun hidupku hanya darah orang tuaku dan darah hewan kuno yang
kurasakan. Tapi saat suatu hari orang tua ku mengatakan aku boleh meminum darah
manusia, aku tidak tau apa yang harus kurasakan. Apakah aku harus merasa
senang? Aku sudah cukup puas dengan konsumsi darahku sekarang.
“Uri
adheul, saat kau sudah berumur 16 tahun darah eomma dan appa tidak akan cukup
untukmu. Kau harus tumbuh kuat untuk bisa menjadi penerus generasi Choi,”
ayahku menjelaskan dengan lembut. Aku yang masih berumur 10 tahun benar-benar
menolak untuk meminum darah manusia, bagaimana kalau mereka kotor, bagaimana
kalau rasa mereka tidak enak, aku tidak mau. Aku yang kala itu hampir menangis
malah membuat ayahku tertawa, “apa kau pikir appa mu ini akan membiarkanmu
meminum darah sembarang manusia? Tentu saja tidak. Keluarga kita hanya boleh
meminum darah dari seseorang yang menjadi mate
mu. Ada sebuah keluarga manusia yang tumbuh di pedesaan, mereka sudah
berates-ratus tahun menjadi blood slave
untuk keluarga kita.”
“Jadi,
apa maksud appa keluarga kita membesarkan keluarga manusia di pedesaan itu
seperti hewan ternak?”
Ayahku
semakin tertawa mendengar kepolosanku, “ walaupun appa benci mengatakannya
tapi, ya, keluarga kita mengurusi keluarga manusia untuk dijadikan blood slave
seperti hewan ternak.”
***
Tepat
jam 12 tengah malam saat umurku mencapai 16 tahun, seluruh tubuhku seakan
berubah. Urat-urat dalam tubuhku berdenyut dan tanpa kusadari mendadak aku
merasa sangat haus sampai rasanya aku bisa meminum darah apapun yang dapat
kutemukan secepatnya.
Kucari-cari
gelas wine berisi darah yang selalu ibu sediakan di meja samping tempat tidur,
tapi aku tidak menemukan apapun. Dengan mulut yang penuh dengan air liur aku
berusaha bangun dari tempat tidur dan menemukan seorang manusia tak sadarkan
diri, tergeletak begitu saja di lantai. Manusia itu anak perempuan, tidak bukan
anak, dia mungkin berumur 15 atau 16 tahun. Tapi sulit dipastikan dari tubuhnya
yang mungil.
Tanpa
kusentuh aku dapat merasakan aliran darah yang mengalir di dalam tubuhnya.
Mengalir ke atas, ke bawah, dan terus saja seperti itu. Aliran darah terbesar
yang dapat kurasakan adalah aliran darah melalui bahunya dan menuju otaknya.
Hal selanjutnya yang ku lakukan hanyalah berdasarkan insting.
Aku
berlutut d sampingnya, ku dudukan dia sampai aku bisa melihat wajahnya dengan
sangat jelas. Ia benar-benar sedang tidak sadar. Apa dia sudah mati? Oh tunggu,
tentu saja tidak, detak jantungnya terdengar sangat keras. Ku turunkan kerah
bajunya sampai aku bisa melihat dengan jelas lehernya, aku sempat menjilat
taringku sebelum menancapkannya.
Gadis
itu terkejut sampai ia tersentak bangun. Aku juga terkejut tapi aku tidak bisa
menahan diri, darahnya terasa luar biasa. Rasanya sangat enak seakan darah
itu—gadis itu, dibuat hanya untukku. Ia dengan spontan berteriak, merintih dan
memberontak. Tangannya memukul-mukul punggungku, kakinya menendang-nendang ke
segala arah. Ku peluk dia semakin erat. Sedikit lagi, hanya sedikit lagi, aku
perlu… lebih banyak.
Ku tarik
taringku hanya untuk mengatakan, “berhentilah merintih, aku benci itu.”
Dia
membeku, tangannya yang memegangku bergetar hebat dan aku dapat melihat jelas
air matanya. Aku tidak bisa mengabaikan air mata itu. Walaupun ayahku sudah
berkata dengan sangat jelas, “jangan
mengasihani blood slave, jangan punya
perasaan apapun untuk mereka.” Ayah jarang sekali bicara seserius dan
semengerikan itu padaku. Mendadak jantungku berdetak sangat cepat, aku
benar-benar tidak bisa mengabaikan gadis berpakaian sederhana namun berparas
cantik ini.
Dengan
rasa nyeri yang tidak pernah ku rasakan sebelumnya, ku abaikan raut ketakutan
gadis itu, dan kutancapkan lagi taringku di sebelah lehernya yang satunya. Aku
hanya tidak suka menancapkan lagi taring ke lubang yang telah ku buat
sebelumnya. Tapi aku tidak bisa mengabaikan perasaan aneh yang kurasakan.
Perasaan yang membuatku sadar aku telah melanggar peringatan ayah.
***
Aku
sedang bersiap-siap untuk pindah. Vampire origin yang sudah dewasa atau sudah
berumur 16 tahun atau paling tidak sudah mempunyai mate akan dikirim ke daerah tertentu untuk “menduduki” daerah itu
dan bertanggung jawab menjadi pemimpin bagi ras-ras vampire terbawah di daerah
itu.
Dan aku
mendapat Distrik Gangnam sebagai tanggung jawabku. Yang berarti Danbi—mateku akan ikut pindah bersamaku.
Walaupun kami tentu saja tidak tinggal dalam satu tempat. Itu sangat dilarang,
mengkutip perkataan ayahku. Walau ada hal yang masih saja mengangguku, kalau
aku tidak boleh tinggal di satu tempat dengan Danbi kenapa Danbi seakan harus
memperoleh perlindungan lebih seakan ia akan selalu dalam bahaya. Bukankah
lebih praktis jika kami tinggal bersama dan dia bisa selalu bersamaku yang
berarti aku bisa makan kapan saja? Sepertinya tidak sesederhana itu karena
bukan seperti itu peraturan disekitar sini berlaku.
Vampire
bisa terbang atau bergerak cepat, atau bahasa manusianya menggunakan kekuatan
super, tapi aku lebih suka bermain skateboard daripada terbang. Entahlah, ibuku
bilang aku menyukai hal-hal yang dianggap vampire lain aneh. Jadi aku
mengoleksi beberapa skateboard yang memiliki desain keren. Salah satunya
hilang. Aku sedang menelusuri seluruh mansion
untuk menemukannya sampai aku mendengar pembicaraan ayah dan ibu dari ruangan
mereka.
“Kau tau
Zelo punya hati yang lembut, aku mengkhawatirkannya.” Suara ibu tampak putus
asa. Kenapa beliau khawatir padaku? “Apa kau pikir itu karena kita terlalu
memanjakannya?”
“Tentu
saja tidak, yeobo tenanglah. Dia adalah vampire new born terkuat selamat 20
generasi terakhir, aku yakin dia akan baik-baik saja. Arasseo? Dia tidak akan
memiliki perasaan apapun pada Danbi.” Ayahku menegaskan tapi semakin lama
suaranya juga semakin tidak terdengar yakin.
“Dia
jelas-jelas ragu saat akan memulainya malam itu, apa kau tidak berpikir lain?
Jika anak kita satu-satunya sampai memiliki perasaan pada blood slave-nya seluruh generasi Choi akan membuangnya, dan kita
akan dimusnahkan.”
Apa yang
baru saja kudengar?
“Vampire
origin yang memiliki perasaan pada blood
slave-nya tidak akan mampu merubah blood
slave menjadi mate yang
sesungguhnya dan hidup bahagia selamanya! Kau ingat bagaimana dulu kau sangat
kasar padaku lalu saat kau sudah berumur 100 tahun kau bisa mengubahku menjadi
vampire origin dan kita bisa memiliki Zelo. Bagaimana jika anak kita tidak
memiliki kesempatan untuk menemukan kehidupan abadi yang sesungguhnya bersama mate-nya?”
Ayah
memeluk ibu dengan erat berusaha menenagkannya, “tenang saja, semua akan
baik-baik saja.”
Sedangkan
aku merasa seperti sudah melakuakan dosa terberat dalam sejarah vampire origin.
Jadi,
vampire origin tidak boleh memiliki perasaan apapun pada blood slave, budak darah hanyalah budak darah, jika vampire sampai
memiliki perasaan pada mereka, saat vampire sudah berumur 100 tahun ia harus
mulai memiliki mate sesungguhnya,
yaitu blood slave yang selama
setengah abad terakhir tanpa disadari telah mencerna zat vampire origin lewat
gigitan-gigitan. Vampire origin sangat ketat dalam memilih pasangan karena
mereka harus menjaga kemurnian darah keturunan mereka. Belum lagi pasangan
vampire hanya bisa memiliki satu keturunan. Karena itulah slave blood kadang juga disebut mate,
karena mereka pada akhirnya juga akan menjadi mate sesungguhnya. Dan pada akhirnya vampire dan mate-nya hanya bisa bergantung dari satu
sama lain.
Bagaimana
jika aku terlanjur memiliki perasaan pada Danbi? Apa jika aku tidak bisa
mengubahnya nanti? Apa yang harus kulakukan. Aku mulai tidak menyukai lika-liku
hidup vampire yang bodoh ini. Kenapa harus begitu rumit? Kudengar merubah
manusia menjadi vampire benar-benar seperti menempatkan manusia itu dalam
neraka. Apakah sebuah perasaan benar-benar membuatmu begitu tidak ingin
menyakiti seseorang?
Aku baru
saja dapat jawaban untuk pertanyaan ku sendiri. Sudah nyaris satu tahun aku dan
Danbi pindah ke Distrik Gangnam yang terlihat lebih besar dari yang aku
bayangkan. Dan aku mencoba sekeras mungkin untuk tidak mengacuhkan Danbi. Ku
pikir Danbi akan senang karena sejak awal bertemu denganku ia terlihat seperti
mulai membenci hidupnya.
Justru,
akhir-akhir ini Danbi mulai terlihat frustasi. Karena sepertinya ia juga bisa
merasakan rasa frustasiku. Karena rasa tak terkendali itu tanpa sengaja aku
terlalu banyak menginginkan darahnya, terus menerus sampai tanpa sadar aku
sudah menyakitinya.
Saat aku
melihat Danbi menangis hingga kehilangan kesadaran, aku sangat yakin aku
benar-benar sudah menyakitinya.
To be continued ...
Comments
Post a Comment