Skip to main content

Tiga Tahun (Gelap)



Dari dulu aku tau kepribadianku bukanlah yang terbaik. Darimana aku tau? Aku punya saudara, secara tidak sadar kami sering dibandingkan dan paling tidak aku mengetahui segala kekuranganku. Mungkin karena aku anak kedua, semua hal terbaik hanya terjadi saat pertama kan? Iya, pasti iya. Aku tidak menyalahkan siapapun. Aku juga tidak akan menghindarinya. Bagaimana kau melarikan diri dari dirimu sendiri?

Tiga tahun sebelumnya, semua keasingan yang bisa ku atasi, lubang dan jurang yang berhasil ku lewati, badai dan petir yang dapat ku tahan, semua perjuangan itu menghasilkan suatu hal yang memuaskan, membahagiakan, luar biasa bahagia, bagi diriku. Kelas tiga SMP, aku merindukan masa-masa itu. Tapi, lagi-lagi, sepertinya, hanya aku yang terpaksa harus meninggalkan semua itu dan berusaha membangun kembali semuanya di tempat asing lain.

Lingkungan, suasana, orang-orangnya, semuanya asing, menyebalkan, maksa. Aku yang tidak tau apa-apa, buta, tuli, bisu, aku ditarik ke tempat asing lagi. Rasa kesepian, menatap gerbang dengan banyak kerumunan setelah diturunkan begitu saja, aku menatap sekeliling berharap ada sepasang mata saja yang menatapku, tapi, aku seperti tidak ada disitu. Tidak ada yang tau aku ada disitu. Tidak ada yang melambai dan tersenyum sambil memanggil namaku.

Aku mendapatkan beberapa pasang mata yang dapat menatapku, kala itu. Tapi, lagi-lagi aku lah yang terpisah. Takdir seakan selalu berkata, apa yang ku pegang saat itu, hal yang akhirnya dapat ku pegang saat itu, selalu diambil dariku, sementara aku disingkirkan sendiri.

Aku memulai lagi, dengan senyum, percakapan, dan tawa yang dipaksakan. Aku bersumpah, aku sudah berusaha semampuku, aku berusaha melakukan apapun untuk menggapai yang ku inginkan. Tapi, lagi-lagi aku disingkirkan, Seakan aku tidak cukup baik. Seakan aku tidak dibutuhkan.

Aku mulai mempercayai, jika itu bukan untukmu mungkin hal terbaik untukmu yang lain akan terjadi. Aku pun mulai menerima yang akhirnya aku dapatkan, aku mulai menikmatinya, aku mulai meletakkan hatiku disana, tapi itu diambil lagi. Dengan paksa. Aku menangis. Benar-benar menangis. Di depan beberapa pasang mata itu. Saking tidak tahannya. Isakanku tidak mau berhenti. Aku ingin mengubur diri.

Aku memulai lagi (2). Lagi-lagi dengan senyum, percakapan dan tawa yang sangat dipaksakan. Hari itu hujan, kami berteduh berdempetan, tapi aku merasa sangat kesepian. Kali ini saja, aku berharap dewa keburuntungan ada padaku. Aku salah, memang selalu begitu. Saat itu, aku selalu bersembunyi, memalsukan semuanya, berharap tidak terlihat menyedihkan di mata orang lain. Kebohongan ini, kebohongan itu, semuanya bohong. Ribuan detik saat itu, tidak sedetikpun aku merasa bahagia.

Aku menyiasatkan hal lain. Pelarian. Mungkin seperti samsak makhluk hidup. Hal itu berhasil. Hal itu membantuku, aku merasa seperti setengah tubuhku berhasil bertahan diatas lumpur hisap. Terpercik sedikit kebahagiaan. Hal itu berlanjut. Atau ku kira begitu. Tanpa kusadari, semuanya berakhir begitu saja. Aku bahkan tidak tau mengapa, kenapa, ada apa? Tidak ada yang dapat memberiku jawaban. Karena memang tidak ada yang tau. Lagi-lagi takdir merenggutnya.

Kebahagiaanku selalu direnggut.
Kerumunan yang terasa sepi,
obrolan yang seperti dipaksakan,
tangan yang tidak dapat ku gapai,
dan pelukan kekosongan.

Kesalahpahaman.
Keheningan.
Keterpurukan.
Pertengkaran.

Tidak ada yang tau, hatiku suda tidak dapat menahan lebih banyak lagi goresan.

Aku tidak mungkin berhenti. Jadi aku harus bertahan. Aku pikir aku tidak mampu, tapi aku tidak pernah tau seberapa kuatkah aku sampai aku tidak punya pilihan lain untuk tidak kuat.

Dan, hah, aku kuat.

Aku berhasil. Jalan berliku dan berbatu itu berhasil ku lewati walaupun roda sepedaku sudah tidak berbentuk bulat lagi dan kaki ku yang kehilangan alasnya sejak awal berakhir lecet, bengkak dan berdarah.

Ditinggalkan berkali-kali. Mengejar berkali-kali. Ketidakadilan. Penyesalan. Kemarahan. Tangisan. Memang, saat aku mengingatnya kembali aku ingin menangis. Berteriak, kenapa aku? Toh sudah terjadi. Ya sudahlah.

Merasa sendiri dan kesepian. Menjadi orang terakhir yang dipilih untuk menjadi anggota kelompok. Merasa terganggu dengan teman yang berisik di dekat tempat dudukmu. Didatangi hanya saat dibutuhkan. Merasa seperti bukan menjadi bagian akan sesuatu. Keterpaksaan yang membuatmu harus melakukan hal yang kau benci. Drama percintaan murahan teman sekelas. Perkelahian antar murid dan guru. Cubitan dahsyat dan rentetan amanat yang memuakkan. Tugas dan tes yang menumpuk dan menyita banyak waktu luang. Kekecewaan karena merasa tidak didengarkan. Menangis diam-diam di balik lipatan lengan di tempat dudukmu.

Seakan semua drama di sekolah itu belum cukup, masih saja ada drama yang menunggu di rumah. Pertengkaran orang tua karena uang, hutang dan pihak ketiga. Keheningan antara saudara tiri karena kebencian yang tak terbendung. Merasa diperlakukan seperti pembantu, disisihkan, diasingkan, tidak dibutuhkan, tidak diinginkan!

Hey, tapi itulah masa SMA. (Dalam kasusku, SMK)
Bisa dibilang kisahku 85,5% kegelapan dan sisanya cahaya terang.
Menyedihkan memang. Aku selalu berharap masa terbaik ini memang menjadi terbaik untukku. Tapi seperti yang sudah kusebut, takdir tidak selalu berpihak padaku.
Karena itu sekarang aku akan berhenti berharap di tempat asing yang akan kutuju.
Semoga masa SMA mu lebih baik dariku.

xxx


















Comments

  1. Ada sesak yang menyelinap lewat kata-kata, ada tangis yang terurai dari guratan sendu yang tak terlihat. Manusia memang seperti itu hidup dengan raganya yang terkadang tak sejalan dengan hati. Tapi ini masih terlalu pagi untuk sekedar menanggis. Mengingat masa itu seseorang berkata padaku "MESKI SAHABAT TAK SELALU TERLIHAT TETAPI IA ADA" senang pernah menjadi masa kelam mu selama SMA, menjalani hari-hari tanpa rasa sakit itu bukan sesuatu yang menyenangkan. Aku pikir itu salah satu masa yang tak bisa kia hindari tapi percayalah aku ada sebagai kenangan yang kadang memang terlupakan tetapi tetap ada. Aku merindukanmu dewi, ketika aku melihat buku itu serta foto terakhir kita di acara sumpah pemuda, aku sungguh merindukanmu. Foto itu terpanjang di kamarku dan ku lihat setiap aku bangun dan kembali tidur. Faktanya kalian memang ada, sahabatku. Satu tahun gak cukup membuat kita erat. Andai waktu kelam itu tak ada, apakah aku masih menjadi kenanagan? entahlah, aku tak tahu tapi Tuhan memberikan jalan yang berbeda untuk kita. YANG TERPENTING MESKI AKU MEMPUNYAI KESIBUKAN LAIN, TEMAN BARU, DAN DUNIA BARU. AKU MASIH MERINDUKANMU. HAHAHA, terlihat fake sekali ya tapi aku sungguh-sungguh. BTW, Kemarin ke Batam kok ngak ngabarin sih, aku lihat foto sama putri tapi aku gak di ajak, hayooo aku sedih jadinya. Mau hubungin ko, aku jadi sengan. katanya seseorang yang dulunya dekat pasti akan serengang-rengangnya. Itu benar tapi pastikan kita tak akan pernah terputus. Suatu hari nanti jika kita punya umur, aku ingin melihat kita sukses, aku merindukan pelukanmu sungguh....SUNGGUH! Bahkan tangisan pun tak bisa membuatku menghilangkan kerindukan ini. Okeyy dari pada aku nyampah di koment kita akhiri saja ya. DAAAHHHH (SANGAT MERINDUKANMU)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Contoh Laporan PKL/PRAKERIN PowerPoint Bahasa Inggris Kurikulum 2013

Hai ... Aku termasuk korban kurikulum 2013, angkatan pertama percobaan malah. Aku tau kurikulum 2013 itu ribet banget, jadi jalanin aja yah adek-adek ku muah~ Aku murid SMK N 2 Batam Kelas XI Akuntansi 3 Baru saja menyelesaikan PKL selama 4 bulan (Juli - Oktober) di PT. Unisem Batam Banyak pengalaman yang ku peroleh Salah satu alasan ku memilih SMK adalah kepingin merasakan yang namanya PKL, dan siapa sangka ternyata bener-bener tak terlupakan. Berikut adalah hasil laporan PKL/PRAKERIN punyaku. Karena sepertinya setting di Microsoft PowerPoint 2011 aku beda dari google jadi sepertinya ada beberapa gambar dan tulisan yang melenceng dari tempatnya, mohon di maklumi yah ^^~ Kuharap ini bisa membantumu yang terdampar disini untuk mencari sesuatu, hehe..

Drama Negosiasi 4 orang pemain: Perencanaan Penggusuran

Hello everybody~  \nyanyi Shinee - Everybody\ Ehem.. okay.. so.. gue lagi dapet tugas dari Guru Bahasa Indonesia (Guru yang sama yang ngasih gue tugas buat puisi -_-) disuruh buat Drama dengan tema Negosiasi, dan perkelompok itu sebanyak 4 orang, dan inilah hasil naskah drama ala kadarnya yang gue buat malem2 -uh- >< Kelompok gue belum nampil sih, tapi... aah.. gak tau deh nanti nampilnya bakal kayak mana. Sebenernya gue gak asing lagi sih sama yang namanya "DRAMA" tapi tetep bikin kretek-ktetek :v

Perjalanan Perubahan Warna Rambut

Dulu, kalau aku berani mencoba mewarnai rambutku mungkin aku akan langsung di bakar di perapian. Tapi sekarang beda tahun, beda cerita dan sepertinya beda jaman. Aku pertama kali mewarnai rambutku saat tahun baru 2014. Waktu itu warna yang muncul seharusnya dark blonde , tapi karena rambutku hitam banget, warna itu hanya muncul saat terkena cahaya atau sinar matahari. Karena kurang puas akhirnya aku pergi ke salon lagi. Salon yang selalu ku datangi sebelumnya adalah salon teman mamaku. Tapi, karena lokasinya jauh akhirnya aku memilih salon yang ada di mall terdekat. Aku memilih salon tertutup, seperti salon yang khusus untuk wanita-wanita hijab yang ingin merawat rambut tanpa mengumbar aurat (kira-kira begitu) dan isinya wanita semua. Warna yang ku pilih lagi-lagi blond e. Setelah hampir dua jam waktu ku habiskan di salon itu rambut ku malah berwarna oranye sedikit kekuning-kuningan. Ternyata tadi tanpa aku sadari orang yang mengurusi rambutku menambahkan bleach karena rambu...