Semuanya menyebalkan.
Semuanya balik menyerangku.
Semuanya menodongku.
Aku tak tau apa yang sebenarnya terjadi. Aku tidak mengerti sama sekali. Awalnya aku merasa semuanya baik-baik saja. Tapi lalu dari mulut ke mulut aku tau kebenaran sebenarnya. Aku bisa merasakan sengatan rasa sakit di daerah yang sudah mendapat banyak luka.
Temanku sendiri menjauhiku tanpa alasan jelas. Aku mendengar, ia mengira, aku membencinya? Mana mungking aku mau meminjamkan hal yang sangat ku suka dan kujaga baik-baik pada orang yang ku benci? Mana mungkin aku mengenalkan orang yang kubenci pada orang tuaku? (Kau bisa tanya pada mamaku kalau aku tidak banyak mengenalkan temanku padanya, mamaku bahkan tidak tau siapa dan siapa temanku, karena aku tidak pernah merasa perlu memberitahunya orang yang tidak penting untukku.)
Tapi saat itu, saat aku merasakan tatapan tajam penuh kebencian yang tak ku mengerti dari seseorang yang tak begitu ku kenal baik, aku tau ini saatnya aku diam. Aku tidak menyalahkan siapapun yang ingin menceritakan uneg-uneg nya pada orang lain. Tapi aku ingin tau apa yang kau ceritakan padanya hingga aku merasa dibenci oleh orang yang bahkan tak pernah bicara padaku. Aku merasa akulah the bad guy disini. Aku merasa kau membuatku terlihat buruk dipandangan orang lain. Dan aku masih bertanya-tanya, haruskan aku meminta maaf akan hal yang bahkan aku tidak tau dan tidak ku mengerti yang telah ku perbuat? Bisakah kita bicarakan saja bersama?
Aku merasa tidak dihargai. Aku tidak keberatan membagi apa yang kupunya, toh aku tidak merasa rugi. Aku malah merasa senang jika aku bisa membuat orang lain senang. Tapi jika aku tidak dihargai seperti ini masihkah aku harus memberimu yang kau minta?
Aku benci orang yang berkata padaku, "Hidupmu enak."
Aku harap hidupku enak, damai, tentram.
Aku harap hidupku sempurna, seperti hidupmu.
Orang tuamu masih utuh.
Kau tinggal di bawah atap dengan orang yang kau kenal sejak kecil dan bukannya orang asing yang sama sekali tidak kau kenal dan sama sekali tidak pernah menghargai keberadaaan dan apa yang kau lakukan.
Kau masih tinggal di daerah yang sama sejak kecil, daerah yang kau kenal, orang-orangnya, kebiasaannya, dan bukannya berpindah-pindah dan harus beradaptasi-beradaptasi-beradaptasi hingga kau lelah.
Kau punya saudara yang selalu bisa kau andalkan dan bukannya saudara kandung satu-satunya yang sama sekali tidak pernah mengajakmu bicara.
Kau bisa merasa bebas dan nyaman di rumahmu sendiri dan bukannya takut untuk pergi ke kamar mandi atau canggung jika harus menonton tv bersama.
Aku benci hidupku.
Aku mengutuk hari dimana mamaku bertemu dia.
Aku selalu membayangkan, apa yang terjadi jika aku tidak pernah pindah dari kampung halamanku? Apa yang terjadi jika keluargaku tidak pulang kampung saat hari raya beberapa bulan setelah pindah? Apa yang terjadi jika papaku tidak meninggal?
Aku bahkan tidak bisa melihatnya untuk terakhir kali.
Aku bahkan tidak bisa mengingat bagaimana wajahnya jika aku tidak melihat foto.
Aku rindu papaku..
Aku tidak tau kenapa setiap orang yang kusayang selalu meninggalkanku, menjauh dariku.
Papa, Mama, Saudara kandungku satu-satunya, keluargaku, sahabatku.
Aku mulai sadar, selama ini aku selalu sendiri.
Mamaku menyalahkanku kenapa aku selalu menyendiri, asik sendiri, mengasingkan diri, dia sama sekali tidak mengertiku. Mamaku sudah jauh tidak mengenalku.
Orang-orang tidak pernah menghargai apa yang kulakuakan, apa yang kukenakan, apa yang kusuka, aku.
Aku mengenakan benda ini, jelek, tidak cocok.
Aku melakukan ini pada rambutku, rambutmu jelek, mengembang, kasar.
Aku menyukai ini, apa ini? Dasar tidak punya selera.
Aku begini, apa sih jelek, hitam, gendut.
Mataku sudah diambang kebutaan.
Dan aku yakin aku diambang ketulian. Aku sudah merasakan denyut-denyut di telinga kiri, tapi aku tidak peduli dan tetap menjejalkan headphone dengan volume maximal tanpa peduli apapun.
Aku benar-benar mulai kesulitan bernafas, semua ingus yang berdesakan ini.
Mataku juga mulai kabur, dan trackpad ku sudah ditetesi bulir-bulir air mata.
Aku tidak pernah menulis hal seperti ini jika benar-benar tidak ada orang yang bisa kuceritai.
Aku tidak bisa menampung kebencian lagi.
Aku tidak sanggup menanggapi semua emosi kalian.
Aku ingin berhenti.
Comments
Post a Comment