Skip to main content

[CERPEN] Pilihan Kedua


AN; Kalau boleh ngebacot sebentar cuman mau bilang, sebenernya ini cerpen yang aku tulis di kertas double folio waktu aku SMP, nemu di tumpukan buku-buku dan ngakak sendiri pas baca. Dari awal sampai pertengahan cuman aku ubah dikit kata-katanya dan ending-nya ngasal banget. Jelas lah, udah berapa tahun lalu coba ini cerpen aku tulis nggak mungkin banget aku ingat ending yang pengin aku buat dulu, makanan yang tadi siang ku makan saja boro-boro keingat. Judulnya awalnya pengin ku ubah tapi nggak jadi karena berasa malah ngerusak. Yahh mau ngasih tau aja soalnya cerpen ini berdasarkan kisah nyata. Cupu banget kan? Haha.


***


Jam pelajaran ketiga kelas ku sama sekali tak dimasuki makhluk bernama guru. Sebagai murid kelas 3 SMP yang normal, tentu saja kelas menjadi ribut. Tapi suara ribut teman-temanku sama sekali tak dapat ditangkap gendang telingaku seakan-akan aku mengalami budek mendadak. Yang bisa kudengar satu-satunya hanya suara seseorang yang bicara padaku semalam.

Flashback seakan terjadi di otakku. “Kita putus aja” kata itulah yang terus terulang  di otakku. Cowok yang selama berbulan-bulan dan berepot-repot PDKT padaku justru dalam waktu 1 bulan langsung memutuskan hubungan denganku. Maksud ku, apakah itu masuk akal? Apa itu hanya sebuah permainan untuknya seakan-akan setelah berusaha mati-matian membuatku menyukainya lalu pada waktu singkat langsung melunturkan rasa suka yang bahkan ia sendiri yang menciptakannya.

“Adel” aku menoleh pada temanku, Wiwid, yang memanggilku dari ambang pintu kelas. “Udah bel tuh, kantin yuk” ajaknya. Aku menggeleng pelan dan meletakkan kepalaku di meja dengan lemas. Kudengar langkah Wiwid berlalu pergi diikuti suara langkah teman-temanku yang lain. Termasuk Andros, cowok brengsek yang sejak tadi kupikirkan. Yup, dia brengsek tapi aku tetap memikirkannya karena aku terlanjur menyukainya.

Akhirnya kelas sepi. Semuanya sudah keluar kelas dengan urusan masing-masing, hanya tinggal aku yang duduk berdiam di kelas. Mataku perlahan terpejam, setitik demi setitik air tanpa sengaja keluar dari sudut mataku.

“Hey,” seseorang dengan sengaja mengagetkanku dari belakang, membuant ku tersentak dan reflek menoleh ke belakang. Mikey berdiri disitu dengan cengiran lebarnya. “Ya ampun, lo nangis?” cengirannya hilang dan tangannya beralih ke pipiku, mengusap air mataku.

“Nggak, gue nggak nangis! Gue ngantuk mangkanya keluar air mata” dustaku menangkis tangannya menjauh dari wajahku. Ekspresinya seketika berubah. “Kenapa?” tanyaku heran. Tangannya yang tadi memegang lembut pipiku tiba-tiba menarik paksa lenganku dengan kasar dan menyeretku keluar kelas. “Kenapa sih lo? Lepasin! Sakit tauk” aku mencoba memberontak tapi pegangannya beralih ke telapak tanganku dan menggenggamnya erat.

Mikey mengajakku—atau lebih tepatnya menyeretku, ke kantin dan mendudukkanku di kursi tengah-tengah kantin. Dari tempat duduk ini semua seluk beluk kantin dapat terlihat dengan mudah. “Gue laper, temenin makan ya” cengir Mikey yang duduk di depanku. Aneh, tadi saat ia menyeretku paksa ke kantin mukanya lebih serius dari muka maling jemuran tapi sekarang mukanya balik menjadi muka-muka konyol Mikey yang biasa ku kenal.

“Lo sakit ya?” celetukku tak bisa menahan rasa heran.

“Nggak, kan gue udah bilang gue laper” hardiknya berjalan pergi ke salah satu kios makanan. Aneh.

Bel pulang akhirnya berbunyi, membuat hatiku terlonjak senang karena bisa pulang dan menghindarkan diri dari perasaanku pada Andros yang terkutuk.

“Adel, lo nggak mau kabur pulang kan? Kita kan ada latihan dance, shownya dua minggu lagi lho” cerocos Jesy menghadang langkahku. Oh iya, dance, kelompok yang awalnya surga kini berubah neraka. Bagaimana tidak? Kelompok perwakilan kelasku dalam mengikuti lomba antar kelas dan terdiri dari enam orang ini terdapat Andros didalamnya. Satu kelas dengan Andros sudah cukup sulit apalagi satu kelompok. Tentu awalnya aku tidak berpikir seperti ini karena diakan pacarku tapi sekarang hanya mantan yang perlu dilupakan agar tidak karatan.

“Eh i-iya, nggak kok” jawabku gugup karena Andros sekarang berdiri disampingku. Diikuti semua anggota kelompok—Mikey, Rena, Fikri. Cinta satu malam memang menyenangkan tapi mantan satu malam sangat menyakitkan.

“Ya udah, ayo cabut! Rena, lo naik motor sama gue” Andros menggandeng Rena. Bukan malah menolak atau memberontak karena seenaknya dipegang, Rena malah kegirangan. Iya itu mungkin karena ia tak sanggup menolak Andros yang notabene cowok ganteng terpopuler di sekolah.

Hatiku miris melihatnya. Sudah luka disiram air jeruk pula. Baru semalam putus Andros langsung bersikap biasa seperti tidak ada yang terjadi. Perasaannya padaku seketika lenyap setelah mengucap kata putus. Berbeda denganku yang jelas-jelas masih mengharapkannya.

“Oke deh, kalau gitu Adel, lo sama gue ya? Gue nggak mau ngebonceng cewek garang itu” Mikey melirik Jesy yang mendengus kesal kemudian berjalan dulu ke tempat parkir bersama Fikri.

“Huuh rese banget sih Mikey, oh iya kok lo nggak sama Andros? Kalian seriusan udah putus?” Jesy nodong.

“Jangan dibahas” bête ku naik kadarnya.

Perjalanan menuju studio dance tempat kami biasa latihan tak membutuhkan waktu lama. Aku dan Mikey sampai lebih dulu, diikuti Andros-Rena dan Fikri-Jesy. Kami langsung masuk ke studio kosong berdinding cermin dan duduk di lantai dengan gaya pewe masing-masing. Lelah merambati tubuh kami. Latihan ini kami rutinkan tiga kali seminggu langsung sepulang sekolah agar kami bisa siap dan memenangkan perlombaan kelas yang diadakan berbarengan dengan acara perpisahan kelas IX itu. Walaupun UN minggu depan akan dimulai dan kami kelas IX diharuskan belajar lebih ekstra lagi, kami tidak akan menelantarkan kelompok yang dibentuk untuk membanggakan nama kelas IX-D ini, kelasku, kelas kami.

“Ehem” Andros berdehem, “gue boleh ganti pasangan nggak?” pertanyaan itu seketika membuat jantungku membeku tak berdetak. Aku hampir lupa, dalam dance yang kami bentuk bersama ini ada sebagian besar dilakukan berpasangan, Fikri-Jesy, Mikey-Rena, dan tentu saja Andros dan aku.

“Maksud lo?” Jesy yang kadang sifat bossy nya kambuh nyeletuk nggak ngerti. Matanya mendelik seakan memperingatkan.

“Ya ganti pasangan, gue sama Rena biar Adel sama Mikey” jawab Andros enteng. Aku tak percaya dibuatnya. Sampai batas inikah perasaan Andros padaku? Begitu putus semua langsung lenyap dibuatnya bahkan ia tak memberikan tanda-tanda pertemanan padaku. Hatiku tertohok seketika. Mataku mulai pedih dan kabur akan air mata yang mulai berdesakan ingin jatuh. Sekuat tenaga aku menahannya.

“Oke, malah bagus gue sama Adel, udah sejak awal gue maunya sama Adel, Rena terlalu kaku jadi susah” sembur Mikey tanpa menyadari Rena menoleh dengan tersinggung.

“Bagus deh, kalau gitu kita tukaranm gerakannya kan hampir sama jadi cuma perlu penyesuaian diri aja” tukas Andros lega dengan senyum puas.

“Gampang itu, Adel gampang ngafal kalau gue emang asli jago dance jadi nggak masalah banget, yang masalah itu malah elo” Mikey menunjuk Andros, yang di tunjuk mukanya sedater aspal, “udah Rena kaku elo lebih kaku lagi kayak ranting, ampun deh, ancur, hati-hati patah” ini cuman perasaanku saja atau Mikey mencoba untuk menyindir Andor. Oke aku akui, dari kami berenam, Mikey lah yang paling jago dance tapi dibagian Rena dan Andros kaku kayak ranting itu kelewat nyindir.

“Maksud lo?!” Rena yang dari tadi diam mulai buka mulut dengan rasa marah sampai memuncak di ubun-ubun.

“Udah, udah! Kalian kenapa sih?” Fikri teriak dengan suara cempreng yang melengking. “Entah nih, kok jadi sindir-sindiran, udah ayo mulai latihan” dengan nada jelas-jelas bossy dan dongkol Jesy meotot ke segala arah.

Semua menurut dan mulai berdiri di posisi masing-masing. Fikri menyetel music dan kami mulai bergarak menghapal gerakan dance modern yang kami susun sedemikian rupa. Aku masih berusaha menahan air mata, masih terngiang jelas ucapan Andros tadi hingga tanpa sadar sudah saatnya masuk ke bagian berpasangan. Sekarang yang memegang pundakku Mikey, padahal biasanya Andros. Sekarang yang memegang tanganku Mikey, padahal biasanya Andros. Tanpa kusadar lagi-lagi aku dan Mikey melakukan gerakan dan komposisi yang tepat. Perlahan aku melirik Andros dan Rena, mereka tampak kesulitan mengatur gerakan tapi mereka berusaha menyesuaikan bahkan sambil tertawa-tawa.

Saat itu juga aku tak dapat menahan air mataku. Bendunganku pecah. Air mataku tumpah. Mikey tiba-tiba membalik badanku menghadapnya yang tadi memunggunginya. “Gara-gara nangis gue salah gerakan ya?” isakku pelan. Sebuah topi langsung dipasang Mikey dikepalaku, menutup sebagian wajahku, lumayan menutupi wajahku yang penuh air mata. Apa ini? Apa Mikey sengaja melakukannya?

“Tenang, lo aman, keluarin aja mereka nggak tau kok” bisik Mikey tepat disamping telingaku. Saat itu barulah terpikir, Mikey tau aku akan menangis. Musik berhenti, sempurna dengan formasi terakhir kami.

“Lihat kan? Kita sama-sama menanganinya dengan baik” suara Andros terdengar bangga. Kenapa aku merasa kalimat itu punya makna lain? Yang dia maksud menangani dance atau menangani putusnya kami?

“Adel, kapan lo pakai topi?” Fikri kepo. Aku diam tak tau berbuat apa, aku bisa menahan sesegukan tapi aku tak bisa menahan air mata yang terus mengalir.

“Kepo lo fik, suka-suka dia dong” Mikey berusaha melindungiku. Ia bahkan menarikku ke belakang bahunya seakan kalau tidak digitukan Fikri akan tiba-tiba menerjangku.

“Setdah, kan cuman nanya” Fikri jadi sewot dan monyong kayak corong bocor.

“Udah yuk, kita cari makan, laper nih baru nanti latihan lagi” Jesy mengusulkan tapi tetap ada nada suruhan disuaranya. Semua setuju dan mengikuti langkah Jesy keluar studio. Kecuali aku dan Mikey.

Kakiku lemas. Aku mulai terduduk, menangis sekencang-kencangnya dan menutup wajahku dengan telapak tangan. Mikey ikut duduk didepanku, perlahan membuka topi dikepalaku.

“Cukup” bentaknya dingin. Aku mendongak dan menatapnya dengan mata merah. “udah cukup lo nangis buat dia, gue nggak mau lo nangis karena dia!” bentaknya mulai marah.

“Gue nggak peduli! Ini bukan urusan lo!” balasku tak kalah dingin sambil beranjak pergi. Aku pulang saat itu juga, tak peduli Jesy mencak-mencak karena marah aku tetap ingin pulang. Aku tak sanggup menghadapi sisa hari itu.

keesokan harinya. Pagi-pagi aku sudah diganggu dengan pemandangan tidak mengenakkan. Andros dan Rena berjalan riang sambil bergandengan dari tempat parkir sampai kelas. Wiwid dan Jesy langsung menarikku mengungsi ke pojok kelas.

“Gila! Baru satu hari dia putus sama lo sakarang dia jadian sama Rena, bener-bener cowok brengsek” Wiwid emosi tingkat dewa. Tapi emosinya jauh lebih rendah levelnya dari emosiku.

“Lo pasti nyesel udah pernah suka sama cowok brengsek kayak Andros” Jesy nimbrung. Pernah? Sekarang masih lagi!!!

“Buang aja jauh-jauh cowok kayak dia! Dasar sampah!” Wiwid emosinya makin meluap-luap. Aku bangga karena dia sahabatku, dalam hati aku berterima kasih dia bisa merasakan yang kurasakan, walau tidak semuanya.

“Udah wid, kok jadi elo yang emosi” Jesy menyenggol Wiwid. Wiwid nyengir, aku ikutan nyengir. Cengiran paling pahit yang nggak ada lucu-lucunya.

Hari itu berlalu terasa lambat bagiku. Kelas heboh dengan adanya couple baru dan aku langsung dibuang jauh-jauh layaknya lalat sampah. Begitu bel pulang berbunyi aku langsung cepat-cepat pergi keluar kelas. Langkahku berjalan mulus sampai tiba-tiba Mikey menahan tanganku dan menarikku ke dekatnya.

“Jangan lari! Melarikan diri cuman untuk pengecut” Mikey berbisik dengan nada dinginnya kemarin. Aku lupa hari ini juga ada latihan. Kenapa harus seperti ini? Apa yang bisa kulakukan? Lagi-lagi mataku pedih. “Jangan nangis! Nangis juga cuman untuk pengecut” seakan membaca ekspresiku Mikey lanjut berbisik.

“Ayo woy cepet cabut! Ini latihan terakhir kita minggu ini, karena minggu depan UN jadi latihan di stop sementara” Andros nyerocos penuh perintah. Ia pun berjalan dulu sambil menggandeng Rena.

Mikey entah plagiat atau apa, ia ikut menggandengku. “Tetep di deket gue” bisiknya. Tak tau aku bingung atau bodoh, aku malah menurut.

Latihan selesai dengan gerakan dan komposisi nyaris sempurna. Yang lain tersenyum puas tapi tidak aku yang kini berusaha menyibukkan diri dengan mengelap keringat agar terhindar dari kelakuan Mikey yang hampir terkutuk.

“Lo nggak usah nempel-nempel deh, risih tau” protesku akhirnya. Mikey malah nyengir. “Diem deh, lo ngancurin chemistry kita, liat Andros ngelirik jealous tuh” katanya nyaris tak terdengar olehku saking pelannya. Aku menoleh bingung, “maksud lo?” Mikey hanya nyengir, membuatku merasa semakin bodoh. Dalam hati kurutuki dia.

Saru minggu UN yang seharusnya kujalani dengan keseriusan malah penuh dengan kebingungan. Bukan, bukan bingung soal UN tapi bingung soal Mikey. Mendadak dia jadi ojek tanpa upah yang mengantar jemputku sekolah. Lengket seperti permen karet yang menempel di bawah sepatu. Mengikutiku kemana-mana. Mengekorku. Anehnya, aku tidak merasa keberatan. Aku merasa seperti sudah terbiasa dengan keberadaannya. Aku selalu nyaman dengan adanya Mikey disampingku, seakan memang disinilah seharusnya ia berada. Disampingku. Memang ini tempat Mikey. Memikirkannya saja aku merasa sudah gila. Memang sudah sinting aku karena selalu memikirkan Mikey yang konyol, tidak pernah serius, dan selalu membuatku tertawa.

UN selesai. Jesy yang bossy langsung menyuruh kami semua datang ke studio. Satu minggu penuh tidak latihan ia mulai khawatir kalau nanti formasi kami akan berantakan. Jesy selain bossy memang selalu berlebihan, ia selalu dikuasai rasa panik yang justru akan menghancurkan pekerjaannya. Karena itu sekarang aku dan Mikey sudah selonjoran di tengah-tengah studio. Tanpa sengaja kami datang terlalu awal karena terlalu bersemangat. Lagipula aku juga rindu ruangan ini.

Saat aku dan Mikey sedang menonton salah satu dari sekian banyak video dance cover di ponselnya, tanpa sengaja aku melihat Andros lewat ekor mataku. Ia hanya berdiri diambang pintu. Seakan ia mendadak kena kutuk jadi arca. Ekspresinya tak terbaca. Dengan hal yang tidak biasa, tanpa Rena disampinya.

“Oke!” Mikey berseru dan loncat berdiri. Agak mengagetkanku. “Ayo kita coba” tangannya terulur. “Coba apa?” tanyaku bingung dan hanya menatap telapak tangannya yang besar. “Dancenya!” Mikey meraihku dan menarikku beridiri, lalu ia berlari kearah speaker dan mencolokkan ponselnya disana. Aku menoleh kearah pintu, Andros belum pergi. Ia masih disitu tapi agak menyembunyikan diri ke belakang pilar. Kuputuskan untuk mengabaikannya, karena sepertinya Mikey juga begitu. Musik berdentum kencang, Mikey berlari kearahku. Seperti magnet kami mulai menggerakkan tubuh mengikuti irama.

Ada beberapa gerakan yang asal tapi malah terasa natural dan membuat kami tertawa terpingkal-pingkal. Musiknya yang ngebeat dan gerakan yang cenderung banyak sekali kontak fisik tanpa sadar memicu degup jantungku. Musik berhenti, kami mengakhirinya dengan clear. Mikey setengah mendekapku, wajahnya tepat di depan wajahku, hidung kami bersentuhan. Rasanya ingin mencubit cengiran konyol di depan wajahku ini, tapi ku urungkan niatku dan menyadarkan kepalaku dipundaknya. Tak peduli kalau keringat kami yang bercucuran akan saling bercampur.

Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan bersaut-sautan. Diiringi siulan. Jesy, Rena dan Fikri menghebohkan diri sementara Andros dengan muka gelap dan suram berdiri menjauh di sisi lain ruangan.

Fikri bersiul dengan panjang. “Gila kalian! Keren banget itu tadi!” ia merangkul Mikey dan mengacak-acak rambutnya. Jesy dan Rena memberiku acungan jempol yang kubalas dengan merangkul mereka di kedua sisiku. Tak kusangka kangen juga aku dengan mereka. Walaupun hanya satu minggu kami jarang bertemu tapi baru kusadari betapa berpengaruhnya mereka dihidupku. Bahkan Rena yang sekarang pacaran dengan mantanku. Bahkan Andros yang memutuskanku tanpa alasan.

Latihan hari itu berjalan lancar. Aku mulai banyak tertawa, thanks to Mikey. Yang lain juga terlihat senang. Kecuali Andros yang banyakan diam. Tapi untungnya tidak ada yang mengangggapnya aneh. Kebanyakan hanya mengira Andros sedang capek atau tidak enak badan.

Malamnya, tanpa mengharap apa-apa SMS dari Andros muncul di layar ponselku. Mengajak bertemu di mini market 24 jam dekat rumah. Tempat kami biasa bertemu dulu. Sontak saja aku menganggap Andros sudah gila. Sudah beberapa minggu ini dia terus mengabaikanku, kenapa tiba-tiba saja dia menyuruhku bertemu dengannya seakan semuanya baik-baik saja. Berusaha melupakan SMS laknat itu akupun terlelap dalam tidur tanpa mimpi.

Keesokan harinya, seperti biasa Mikey menjemputku. Walaupun sudah selesai UN kami diharuskan masuk hanya untuk setor muka dan basa-basi pada guru dan adik-adik kelas. Saat aku dan Mikey baru memasuki gerbang menuju koridor utama, seseorang menarik tanganku dan menyeretku kembali keluar sekolah. Kembali ke tempat parkir sekolah yang mulai sepi karena bel tanda masuk sudah berbunyi. Semuanya terjadi begitu cepat sampai-sampai aku tidak sempat melihat siapa oknum kurang ajar yang sudah menyeretku seperti aku hanyalah hewan peliharaan yang tidak ada imut-imutnya.

“Andros?”

Andros dengan ekspresi yang tak bisa kubaca berdiri dengan kaku di depanku. Tangannya masih menggenggam pergelangan tanganku seakan kalau tidak begitu aku akan mengambil langkah seribu darinya.

“Adel.”

Alisku terangkat, “iya?” pelan-pelan kutarik tanganku dari genggamannya yang mulai erat, kutekan dalam-dalam rasa gundah yang ada di ujung lidah.

“Kita balikan ya?” serasa seperti kesambar petir di siang bolong, aku sukses melongo. Kutatap Andors seakan-akan dia gila. “Gue, aku…”

Cepat-cepat aku menangkupkan tanganku di depan wajah, sedikit menyesalinya karena sekarang aku jadi terlihat seperti orang bodoh, tapi banyak bersyukur karena tindakan bodohku berhasil menghentikan omong kosong Andros. “Andros, please, jangan diterusin” wajah Andros semakin tidak bisa kubaca, “gue, kita, kita selesai” susah payah kukatakan itu, “lo yang mulai dan lo juga yang nyelesain, jadi please jangan lo mulai lagi, jangan bikin gue mengulang rasa yang udah susah-susah gue simpan, nggak, gue nggak buang kok tapi gue simpan sebagai kenangan indah”

Kuturunkan tanganku yang mulai sedikit bergetar jadi ku kepalkan saja dan ku sembunyikan dibalik badan, seakan semua perasaanku, kebohonganku sekarang ini sedang kusembunyikan di dalam kepalan tangan yang ada di balik badanku. “makasih buat satu bulan ini, makasih udah kasih gue kesempatan buat ada di samping lo walaupun cuman sebentar tapi itu udah jadi masa lalu dan perasaan waktu itu udah gue simpan, gue nggak mau…” ku ralat perkataanku setelah sekali hembusan nafas panjang, “gue nggak bisa ngambil perasaan itu lagi”

Wajah Andros melembut, “Adel, sory, gue, gue yang salah, gue yang bodoh!”

“Nggak, bukan salah lo, mungkin emang dari awal udah seharusnya kayak gini, dari awal kita udah nggak bisa bersama” aku menggeleng, berusaha tersenyum.

“Sory” hanya itu yang sanggup dikatakan Andros sebelum sekali lagi aku mengucapka terimakasih dan berjalan meninggalkan tempat parkir sepi itu. Meninggalkan Andros dengan segala kenangan dan kebohongaku.

Mata Mikey melihat kesana-kemari dengan liar sebelum berhenti padaku. Apa dia sedang mencariku? Sebelum dia sempat berlari kearahku, aku sudah duluan berhambur kearahnya dan memeluknya. Badannya langsung kaku karena mendadak kuterjang seperti itu. Tapi lalu ia mulai rileks dan mengangkat tangannya untuk mengusap puncak kepalaku begitu ia mendengar isakanku.

Aku, Mikey, Jesy, Fikri, Rena dan Andros sudah siap dengan kostum kami dibelakang panggung. Saling menatap kostum untuk memastikan tidak ada yang kurang. Bukan kostum yang ribet-ribet banget sebenarnya. Kami semua sama-sama memakai kemeja berwarna putih. Pembedaannya dibuat menurut pasangan, karena memang walau dance ini kami bentuk beregu tapi tetap saja menonjolakan inti dance berpasangan.

Jesy mengikat rambutnya tinggi-tinggi, memakai rok span kotak-kotak warna merah, tiga kancing baju atasnya sengaja tidak dikancing, cardigan yang digantungkan di bahu dengan sepatu kets merah senada. Ricky juga menggantung cardigan di bahunya, celananya berwarna merah maroon dan bajunya sengaja dikeluarkan, rambutnya sengaja dibuat messy. Mereka berdua memamerkan tema bad couples.

Rena dengan rambutnya yang agak dibuat bergelombang memakai rompi imut berwarna pink, rok span levies pendek, dan wedges berwarna senada dengan rompinya. Andros dengan celana abu-abu, baju yang dikancing rapi, tatanan rambut rapi dan pakai jas pula namun dengan tampangnya yang sangar membuat mereka berdua memamerkan tema perfect couples.

Mikey dengan topi dikepala, lengan baju yang dilipat sampai siku, celana pendek selutut warna hitam, dan sepatu warna senada mengimbangi aku. Rambutku yang kubiarkan untouch, lengan baju juga kulipat sampai siku, rok span pendek warna hitam yang kuimbangi dengan stocking jaring-jaring sependek lutut dan sepatu kets wedges warna putih membuat kami memamerkan tema naughty couples. Tapi semua itu kami imbangi dengan memasang pin sayap burung di bagian dada sebelah kiri. Pin dengan gambar yang melambangkan kebebasan dan juga persahabatan.

Andros memimpin kami semua memasuki panggung, memberi hormat pada penonton yang heboh bersorak dan bersiul, lalu mengambil posisi tepat saat musik dimulai. Awalan yang bagus, formasi sempurna, semuanya sempurna. Dalam setiap gerakan yang sudah kami latih dengan giat terbukti dengan tidak adanya kesalahan alias penampilan kami yang sempurna. Jesy dan Fikri menebarkan senyum kemana-mana seakan merekalah penguasa panggung, Andros dan Rena yang sudah tidak terlalu kaku lagi terlihat sangat santai dan luwes, sementar Mikey, topi yang dipakainya sempat jatuh saat ia melakukan backflip tapi lalu ia mengambilnya lagi dan bersikap seakan tidak pernah terjadi dan itu semakin membuat riuh penonton. Aku bahkan merasa pendengaranku mulai rusak karena diantara teriakan histeris junior cewek yang meneriaki Mikey dengan penuh rasa kagum aku juga mendengar namaku diteriakan dengan penuh semangat. Dengan haru aku menatap Mikey sekilas tapi ia malah mengedipkan sebelah matanya padaku dengan genit. Sial wajahku terasa panas.

Di formasi terakhir kami tanpa sengaja aku menangkap mata Andros yang sesaat menatapku dan melempar senyum. Hanya sesaat tapi aku tau betul bahwa itu berarti kami berdua akan baik-baik saja.

Klimaksnya tepat saat musik berhenti kami langsung berpose. Lagi-lagi posisi Jesy dan Fikri yang ada di tengah membuat mereka seperti menguasai panggung. Andros dan Rena yang ada di sebelah kiri saling merangkul dengan senyum lebar ke arah riuhnya penonton. Mikey dan aku yang ada di sebelah kanan tak sanggup menahan tawa, tangan Mikey melingkar dipinggangku dan senyumnya yang tengil tepat berada di depan mukaku. Ia memiringkan topinya dan mengecup ujung mataku sesaat sebelum kembali meluruskan topi dan melambai dengan bangga ke arah penonton. Aku mendengar beberapa teman seangkatan dan junior kami terkikik geli melihat adegan yang dibuat Mikey barusan. Memang tidak banyak yang memperhatikan karena Mikey menutupinya dengan topi, tapi tetap saja aku membenamkan mukaku di bahu Mikey saat menuruni panggung dan menekan rasa untuk membunuh Mikey saat itu juga dengan tongkat microphone. Tapi ku urungkan niat terkutukku itu karena aku ingin menjaga Mikey agar bisa selama mungkin ada disampingku.


>>>>>>>>>>>>>>>                fin

AN; Sekedar info(lagi), mungkin dance-nya bisa dibayangin kayak gini? Haha. Nggak terlalu ngebayangin gimana pastinya choreography mereka sih. Dan cuman ini dance couple yang bisa ku ingat karena emang aku suka banget. Hyuna Ily! (huahh sempet-sempetnya fangirling Hyuna hihihi)









Please Read Me;

Terima kasih jika kamu berhasil mencapai bagian ini.
Aku akan senang jika bisa mengetahui pendapatmu tentang CERPEN Pilihan Kedua. Tinggalkan comment, jejak, apapun di blog ini supaya kamu bisa kembali. Itu akan sangat membantuku dan membuatku bersemangat untuk lebih banyak menulis.
Akan ada cerita baru yang akan ku upload setiap weekend.

Please leave a comment and click here to follow my blog.
Share this to your friends or families.

Bye.


♦♦♦


Cerita fiksi ini milikku, ideku dan imajinasiku! 
Kesamaan nama tokoh, tempat kejadian dan cerita hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. 
Segala bentuk tindakan (copy-paste, mengutip, memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan) yang bertujuan untuk menjadikan tulisan ini sebagai milikmu sangat dilarang!  

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Laporan PKL/PRAKERIN PowerPoint Bahasa Inggris Kurikulum 2013

Hai ... Aku termasuk korban kurikulum 2013, angkatan pertama percobaan malah. Aku tau kurikulum 2013 itu ribet banget, jadi jalanin aja yah adek-adek ku muah~ Aku murid SMK N 2 Batam Kelas XI Akuntansi 3 Baru saja menyelesaikan PKL selama 4 bulan (Juli - Oktober) di PT. Unisem Batam Banyak pengalaman yang ku peroleh Salah satu alasan ku memilih SMK adalah kepingin merasakan yang namanya PKL, dan siapa sangka ternyata bener-bener tak terlupakan. Berikut adalah hasil laporan PKL/PRAKERIN punyaku. Karena sepertinya setting di Microsoft PowerPoint 2011 aku beda dari google jadi sepertinya ada beberapa gambar dan tulisan yang melenceng dari tempatnya, mohon di maklumi yah ^^~ Kuharap ini bisa membantumu yang terdampar disini untuk mencari sesuatu, hehe..

Drama Negosiasi 4 orang pemain: Perencanaan Penggusuran

Hello everybody~  \nyanyi Shinee - Everybody\ Ehem.. okay.. so.. gue lagi dapet tugas dari Guru Bahasa Indonesia (Guru yang sama yang ngasih gue tugas buat puisi -_-) disuruh buat Drama dengan tema Negosiasi, dan perkelompok itu sebanyak 4 orang, dan inilah hasil naskah drama ala kadarnya yang gue buat malem2 -uh- >< Kelompok gue belum nampil sih, tapi... aah.. gak tau deh nanti nampilnya bakal kayak mana. Sebenernya gue gak asing lagi sih sama yang namanya "DRAMA" tapi tetep bikin kretek-ktetek :v

Perjalanan Perubahan Warna Rambut

Dulu, kalau aku berani mencoba mewarnai rambutku mungkin aku akan langsung di bakar di perapian. Tapi sekarang beda tahun, beda cerita dan sepertinya beda jaman. Aku pertama kali mewarnai rambutku saat tahun baru 2014. Waktu itu warna yang muncul seharusnya dark blonde , tapi karena rambutku hitam banget, warna itu hanya muncul saat terkena cahaya atau sinar matahari. Karena kurang puas akhirnya aku pergi ke salon lagi. Salon yang selalu ku datangi sebelumnya adalah salon teman mamaku. Tapi, karena lokasinya jauh akhirnya aku memilih salon yang ada di mall terdekat. Aku memilih salon tertutup, seperti salon yang khusus untuk wanita-wanita hijab yang ingin merawat rambut tanpa mengumbar aurat (kira-kira begitu) dan isinya wanita semua. Warna yang ku pilih lagi-lagi blond e. Setelah hampir dua jam waktu ku habiskan di salon itu rambut ku malah berwarna oranye sedikit kekuning-kuningan. Ternyata tadi tanpa aku sadari orang yang mengurusi rambutku menambahkan bleach karena rambu...