Alasan kenapa aku lebih memilih mendownload sendiri drama korea/film yang ingin ku tonton sebenarnya ada banyak. Sebenarnya banyak drama korea yang ku simpan dan belum ku tonton sama sekali, selain belum ada mood tapi juga ada film lain yang lebih menarik perhatianku. Tapi, sekalinya kepingin nonton drama korea, dan baru episode pertama pula, dalam menit ke 5 malah macet. Brengsek kan. Saat itulah aku baru ingat drama itu aku dapat dari salah satu temanku. Emosi dan heran kenapa sih orang-orang tidak bisa dengan benar melakukan hal kecil dan semudah mendownload saja. Kenapa harus sampai macet tanpa alasan. Kepingin mencabuti rambut sendiri rasanya. Inilah kenapa aku paling malas mengandalkan orang lain. Tidak ada yang bisa ku andalkan selain diriku sendiri, asal kau tau saja. Belum lagi ternyata semua episodenya belum lengkap. Makin menyesal aku meminta hal cacat seperti itu yang memungkinkan flashdisk dan laptopku terkena virus.
Moto ku selama ini ternyata selalu benar. Jika kau ingin melakukan sesuatu dengan benar, lakukanlah sendiri. Yang bodoh adalah aku jika aku lebih memilih menyuruh orang lain dan hasilnya tidak seperti yang ku inginkan atau malah lebih buruk.
Beberapa orang mungkin sudah tau aku hobi download. Dan itu menjadikan hati nuraniku mengkerut karena mereka seenak jidat meminta hasil download ku tanpa memikirkan waktu, wifi, dan energi ku untuk mendowload semua itu. Yahh minta itu memang hal termudah dan terenak di dunia dan akhirat. Apalagi menyedot semua data dariku dengan leluasa padahal aku tidak pernah memberi label iya. Menjadi pertarungan batin apakah aku ikhlas memberikannya. Bukannya aku pelit, tapi yang bermuka badak itu bukan aku. Sakitnya lagi yang meminta malah menyebarkannya dengan mengklaim itu darinya. Cih muak aku.
Asal tau saja aku bukan orang yang sepengertian itu. Dan aku bukan orang baik. Jangan berharap dan bergantung apa-apa padaku. Aku benci disusahkan dan dibuat repot orang lain tau. Jadi jangan menghalangi jalanku dan minggirlah.
Ya ampun! Aku sensitif sekali hari-hari ini. Sejak dua tahun terakhir aku tidak pernah lagi menyambut bulan puasa dengan suka cita. Bukan berarti aku membencinya juga. Aku hanya merasa tidak nyaman. Aku bahkan bingung apa yang harus kurasakan.
Untungnya Dinas Pendidikan kali ini lebih tau diri untuk meliburkan anak-anak sekolah yang malang. Global warming berubah menjadi Global burning dan bukanlah ide bagus jika kau membiarkan anak-anak sekolah yang berjuang menahan haus dan lapar untuk memeras otak mereka. Belum lagi aku sudah tidak ingat kapan terakhir kali aku mendapat liburan panjang ini. Bukan berarti aku bisa menikmatinya semaksimal mungkin.
Yahh sekitar satu bulan lebih beberapa hari sedikir liburan tahun ini. Dan satu minggu pertama aku merasa puas dengan banyaknya waktu untuk diriku sendiri. Sampai akhirnya saudaraku datang. Satu-satunya saudara kandung yang kumiliki. Dia abangku. Mungkin pernah kusebut namanya sekali di blig ini. Tapi aku tidak ingin menyebutkannya lagi. Kupikir kedatangannya tidak akan berpengaruh padaku. Tapi astaga aku tidak pernah merasa sesalah ini dalam hidupku. Dia tidur di kamarku. Saat kupikir dia akan tidur dengan saudara tiri lain yang juga cowok. Saat itulah aku merasa privasiku sudah dilangkahi.
Bukannya barang bawaannya banyak, dan aku sama sekali tidak keberatan. Tapi sepertinya tidak ada orang dewasa dirumah ini yang punya otak paling tidak untuk menyadari bahwa kamarku sudah kecil dan aku masih harus membaginya. Tempat ini bahkan tidka punya pintu! Bukannya aku tidak suka berbagi tapi aku tidak terlalu bisa melakukannya dengan baik. Aku bukannya suka menyendiri, aku hanya senang menghabiskan waktu dengan diriku sendiri, kadang. Dan aku benci tempat dimana ada banyak orang. Aku tidak bisa berekspresi seperti yang selalu kulakukan saat aku sendiri. Aku bahkan tidak bisa meneruskan dekorasi kamarku yang belum selesai. Kamar yang kutempati ini dulu seperi tempat sampah, atap tempat sampah, dan kau pikir aku akan membiarkannya seperti itu saat aku harus menempatinya tanpa adanya pilihan lain? Jadi aku harus mengubahnya menjadi tempat terbaik di rumah ini. Dan itu tidak bisa kulakukan dengan adanya orang lain yang membatasi jangkauanku di kamarku sendiri.
Gahh, ku pikir aku benar-benar akan gila.
Susah untuk menyambut bulan ramadhan dengan suka cita saat dua hari pertama dilewati dengan menangis berturut-turut. Kenapa? Bukannya tanpa alasan. Hanya ingin mengeluarkan rasa sakit yang membendung dihati dan pikiran.
Kebiasaanku, aku tidak bisa makan jika aku tidak menikmatinya. Kata lain, aku tidak bisa berbuka puasa jika aku tidak menikmatinya. Aku benci orang-orang di rumah ini yang sepertinya tiada sehari tanpa topik untuk diributkan. Tak bisakah aku melewati satu hari dengan tenang dan damai? Dengan musik jazz kalau perlu. Tapi sepertinya, sekali lagi, tidak ada yang berotak selain aku disini.
Itulah sebabnya aku hanya akan menyeruput minumanku dan mencomot beberapa kue sampai menunggu adzan selesai. Lalu mengambil piring yang sudah kuisi dengan makanan pilihanku dan memakannya dengan damai di kamarku. Dengan damai maksudnya menyumpal telingaku dengan headset dan mengabaikan dunia.
Bukannya aku mendorong semua orang keluar dari hidupku. Aku hanya membutuhkan area lebih luas dari kebanyakan orang.
Sudahlah. Anggap saja ini seperti hari-hari berat yang harus kulewati tanpa aku punya pilihan lain. Aku tidak pernah punya pilihan lain. Aku sebenarnya bisa membuat jalan lain tapi sepertinya aku belum cukup berkemampuan untuk melakukannya.
Comments
Post a Comment