Skip to main content

[CERPEN] Angel Of The Death


“Whoever I see they always ended up dead”



Zoe menaikkan resleting jaketnya sampai ke dagu dan menenggelamkan kedua genggaman telapak tangannya di dalam kantong jaket. Udara dingin sisa-sisa dari hujan yang menyerupai badai semalam masih terasa menggeretakkan gigi. Zoe masih ingat betul bagaimana semalam ia terlelap tidur diiringi gemeretak jendela kamarnya yang terkena t

erjangan angin bercampur air dan suara petir yang bersaut-sautan.

Zoe merasa ia tidak menemukan alasan kenapa ia masih harus pergi ke sekolah setelah cuaca buruk semalam. Bahkan sebenarnya Zoe sama sekali tidak pernah menemukan alasan kenapa ia harus selalu pergi ke sekolah setiap hari.


SPLAT! Zoe sudah mengantisipasi fakta bahwa bajunya akan segera dilumuri lumpur cipratan dari mobil yang melaju dengan kencang di jalan licin. Tapi walau matanya sudah memejam rapat ia sama sekali tidak merasakan dinginnya dan kotornya genangan air pinggir jalan. Ajaibnya ia merasakan hangat suhu badan seseorang di sekelilingnya, wangi parfum yang sangat asing dan menyengat, dan diikuti suara tawa renyah yang merdu.

“Ahahahah… Kau tidak apa-apa?” suara asing tapi terdengar familiar. Suhu hangat itu perlahan memudar tapi wangi parfum menyengat masih tertinggal. “dasar pengemudi gila! Seharusnya dia hati-hati!” suara asing yang sebenarnya sangat indah itu terdengar sangat serius mengutuk lalu langsung berubah lembut saat beralih pada Zoe, “kau tidak apa-apa? Apa ada yang sakit?”

Zoe tidak berani mendongak untuk melihat wajah seseorang yang jelas lebih tinggi darinya itu, tanpa sadar sebelah sudut bibirnya terangkat, dengan sinis, “dasar bodoh, apa yang kau lakukan? Kau tidak lihat sekarang betapa kotornya dirimu”

Suara-merdu-bertubuh-tinggi memutar kepalanya sedikit untuk melihat sekilas bagian belakang tubuhnya berlumuran lumpur, aneh tapi nyata ia malah tertawa, “ahahahah, tidak apa-apa inikan hanya air dan pasir”

“Itu lumpur” Zoe memotong dengan tegas.

“Yang terdiri dari air dan pasir” suara merdu itu makin lama semakin terdengar sangat indah dan lembut, ia membungkuk sedikit berniat untuk melihat wajah Zoe dan mencubit hidungnya tapi baru saja terpegang ujung hidungnya, Zoe langsung berpaling dengan kecepatan yang bisa diakui luar biasa.

“Terserah” ucapan dingin Zoe menyelesaikan percakapan singkat dan penuh dengan kesengajaan itu, juga membuat tangan yang sudah terulur untuk meraih Zoe kembali terjatuh ke sisi badan dengan lemas.

Manusia hidup tanpa memiliki tujuan hidup. Itulah yang ada di pikiran Zoe. Kalimat yang tertanam dalam-dalam di dalam pikirannya. Kalimat yang tumbuh dari lubuk hatinya. Manusia hanyalah boneka, mainan, mereka di berikan rasa senang kemudian sakit. Kebanyakan adalah penderitaan. Lalu mati. That’s it.

Koridor sekolah memang ramai tapi Zoe merasa koridor yang penuh dengan canda tawa itu sangat sunyi dan sepi. Lifeless. Ia tidak punya teman, ia tidak boleh punya teman. Karena jika punya teman bukankah teman harus melihat wajah satu sama lain? Sementara Zoe, ia tidak bisa melihat wajah orang lain, ia tidak boleh melihat wajah orang lain. Walupun sulit dipercaya dan sampai kapanpun Zoe tidak akan pernah bisa percaya dan menerima bahwa siapapun orang yang ia lihat wajahnya, akan mati.

Semuanya berawal saat ia berumur 13 tahun. Saat itu mama muncul dengan tiba-tiba, memberinya kejutan dengan kue berbentuk Spongebob Squerpants, Zoe yang sedang terlelap tidur terbangun dengan kaget tapi tidak sekaget mama saat melihat rambut putrinya berubah menjadi warna platinum dan matanya berubah menjadi warna merah menyala. “mama” Zoe tersenyum pada mama dengan senang. Saat Zoe beranjak dari tempat tidur tiba-tiba saja mama terpeleset pada kekosongan dan kepalanya terbentur dengan keras membuatnya langsung tiada saat itu juga. Kue Spongebob Squerpants yang sebesar ukuran boneka nyata milik Zoe terbelah menjadi dua dan berubah warna menjadi warna darah mama.

Kaget, Zoe hanya berdiri mematung sebelum ia memutari genangan darah mama untuk keluar kamar dan berteriak histeris di ujung tangga memanggil papa. Zoe melihat papanya berlari dengan panik dari dapur, papa mendongak pada Zoe yang ada di ujung tangga dengan mata melotot, satu katapun belum sempat terselip dari ujung lidahnya tapi tiba-tiba lampu kristal besar dari ruang tengah terayun dan terjatuh menimpa papa. Papa melihat sosok putrinya sesaat sebelum akhirnya menutup matanya dengan bibir tersenyum.

Sejak saat itu Zoe diasingkan ke rumah besar di atas bukit pinggiran kota. Ia dilarang pergi kemanapun dan dikurung di dalam kamarnya 24/7. Semua pelayan dipaksakan mengenakan topeng. Hingga akhirnya kakeknya datang. Peraturan tidak seketat dulu, hanya saja akhirnya Zoe diperbolehkan keluar rumah sendirian tapi ia harus sudah kembali ke rumah sebelum matahari terbenam.

Tidak ada gunanya masuk ke kelas. Zoe berjalan lurus mendaki setiap anak tangga menuju atap sekolah dengan mata tertuju pada lumpur di ujung sepatunya. Ia menutup pintu dan mendongak dengan senang menatap langit yang suram. “Akhirnyaaaaaaa” ia melihat sekeliling, memastikan ia benar-benar sendiri sebelum mengambil ponsel dari tasnya dan lagu Shinee – Selena 6.23 mengalun. Zoe melempar tasnya sebelum juga melempar ponsel di atas tasnya. Bersandar di pagar pembatas ia mendengar bel masuk berdering di ikuti suara derapan langkah-langkah lalu sunyi. Zoe diam di posisi seperti itu sampai lagu berganti, 4minute – Cold Rain.

Zoe menutup mata dan ikut menyanyikan lirik lagu asing yang sudah sangat di hafalnya itu saat terdengar pintu berderit terbuka dan tertutup dengan debaman. Zoe mematung, ia tidak berani memutar badannya untuk melihat siapa yang ada di belakangnya saat ini. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada orang itu saat Zoe melihat wajahnya di atas atap begini. Mungkin saja ia akan lompat dari atas gedung berlantai 6 ini.

Terdengar suara langkah lalu suara musik berhenti. “Tidak buruk juga seleramu” suara itu, yang tadi pagi. Zoe menggeram dalam hati. Genggamannya pada pagar besi mengerat. “Apa yang kau lakukan disini? Kenapa kau tidak masuk kelas?”

“Kau mau mati?”

“Eeehhh?”

“Kubilang, apa kau mau mati?”

Pertanyaan yang harusnya membuat orang marah atau setidaknya tersinggung itu malah di jawab dengan deretan tawa tanpa ujung yang berlangsung hampir 50 detik. Zoe makin geram, yang ia inginkan hanyalah sendirian tapi kenapa sepertinya itu menjadi sangat sulit setelah sekian tahun ia selalu sendirian.

Zoe menarik nafas dan menghembuskannya pelan-pelan, berusaha untuk tidak lepas kendali dan membuat orang yang diakuinya sangat mengganggu ini berakhir tanpa nyawa setelah dengan keras kepala terus mengikutinya, “kau sudah selesai?”

Dengan susah payah suara tawa itu dihentikkan dan diganti dengan batuk-batuk palsu, “iya aku sudah selesai” suara langkah lagi, kini terdengar semakin dekat menuju arah Zoe berdiri. Sepertinya Zoe perlu diberi penghargaan sebagai analisis pendengaran terbaik karena setelah ia merasakan dua tangan mencengkeram bahunya dan memutarnya hingga punggungya membentur pagar besi yang tadi di pegangnya, “the name is Key” telapak tangan panjang dengan jari-jari elegan terulur di bawah pandangan Zoe. Cara yang sangat bagus untuk mengutarakan nama mu jenius, Zoe berkata di dalam hati dengan sarkatis.

“The name is I don’t care” Zoe menepis tangan Key dan berjalan melewatinya. Key meniup poninya dengan gemas sebelum lagi-lagi menangkap lengan Zoe sementara tangannya yang satu lagi mencakup dagu cewek itu. Zoe sempat kaget tapi reflek nya cepat ia langsung menutup matanya walau pada akhirnya ia berhasil melihat setengah wajah Key, bentuk dagu, ukiran bibir, dan runcing hidung. Hanya itu, tidak apa-apa, dia akan baik-baik saja, Zoe berusaha meyakinkan diri sendiri dan mengatupkan matanya lebih erat karena ia merasa yakin kini wajahnya berada satu level dengan wajah Key.

“Kau benar-benar ingin mati ya?” bisik Zoe, merasa takut, gugup dan sedikit kesal. Ia berusaha melepaskan diri, mengalihkan pandangan, tapi Key tidak memperbolehkannya.

“Sekali saja, lihatlah aku” suara Key mengalun lembut di telinga Zoe, dan Zoe bisa merasakan nafas hangat Key menabrak wajahnya.

“Tidak” suaranya meninggi, “kau akan—“

“Aku tidak akan mati, percayalah” Key berusaha meyakinkan, di ikuti senyum setelahnya.

“Maaf, tapi aku tidak mempercayai siapapun” Zoe tetap kukuh.

“Kalau begitu,” menarik nafas singkat, semoga keputusannya tidak salah, ia memjamkan matanya, “akulah yang minta maaf” kehangatan dan kelembutan bibir Key di puncah bibir Zoe membuatnya kaget setengah mati, sontak Zoe membuka matannya. Gawat.

Rambut platinum sama sepertinya, dahi tertutup poni acak-acakan, lekukan kelopak mata yang tertutup. Zoe nyaris merasa lega karena ia tidak melihat seluruh wajahnya, matanya, Zoe belum melihat matanya, matanya masih terpejam. Tapi batu terbesik pikiran itu Key membuka matanya dengan cepat dan nampaklah mata merah menyala yang sangat familiar.

“Kau… kenapa rambut dan matamu…” Zoe tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk menyelesaikan pertanyaannya. Lidahnya kelu penuh dengan rasa kaget.

“Kita sama” Key menggenggam tangannya, “jangan selalu berpikir bahwa kau hanya sendiri, apa ini cukup untuk membuatmu percaya padaku?”

Zoe masih kehilangan kata-kata. Ia benar-benar tidak tau apakah ini benar-benar terjadi atau hanya bayangannya saja. Bagaimana bisa ada orang lain yang sama sepertinya? Dan bagaimana Key menemukan Zoe? Apa ini disengaja? Apa ini sebuah lelucon? Ada apa sebenarnya?

“A-aku percaya padamu” Zoe membalsa genggaman tangan Key. Ada orang yang sama seperti dirinya, ia tidak sendiri. Zoe tidak sendiri. Ia tidak pernah sendiri. Zoe hanya harus membuang kesendirian itu dengan menemukan kebersamaan. “Aku percaya padamu!”

“Baiklah” Key tersenyum. Dan untuk pertama kalinya Zoe tersenyum, tanpa sedikit pun kesinisan.



Seorang kakek tua berdiri dengan penuh rasa puas dan senang di teras depan sebuah rumah besar. Dari rumah yang ada di atas bukit ini seakan ia bisa melihat apa saja. “Kerja bagus anak bodoh, kupikir kau tidak akan berhasil. Yahh aku memang salah sudah meremehkanmu padahal aku yang mememukanmu”

Seorang pelayan dengan topeng yang menggangtung di leher mendekati kakek tua itu, “tuan, matahari sudah hampir terbenam, apa perlu mengirim orang untuk menjemput nona?”

Kakek tua itu tersenyum lebar dan melambai dengan ringan, “tidak perlu, ia aman”

“Apa anda yakin?”

“Aku tidak pernah seyakin ini dalam seratus tahun hidupku”


It's the end, or is it the end?
Zoe still have long way to go to start accept her ability
Would you want to see?
Comment yes if you do.



Please Read Me;

Terima kasih jika kamu berhasil mencapai bagian ini.
Aku akan senang jika bisa mengetahui pendapatmu tentang CERPEN Angel of The Death. Tinggalkan comment, jejak, apapun di blog ini supaya kamu bisa kembali. Itu akan sangat membantuku dan membuatku bersemangat untuk lebih banyak menulis.
Akan ada cerita baru yang akan ku upload setiap weekend.

Please leave a comment and click here to follow my blog.
Share this to your friends or families.

Bye.


♦♦♦


Cerita fiksi ini milikku, ideku dan imajinasiku! 
Kesamaan nama tokoh, tempat kejadian dan cerita hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. 
Segala bentuk tindakan (copy-paste, mengutip, memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan) yang bertujuan untuk menjadikan tulisan ini sebagai milikmu sangat dilarang!  

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Laporan PKL/PRAKERIN PowerPoint Bahasa Inggris Kurikulum 2013

Hai ... Aku termasuk korban kurikulum 2013, angkatan pertama percobaan malah. Aku tau kurikulum 2013 itu ribet banget, jadi jalanin aja yah adek-adek ku muah~ Aku murid SMK N 2 Batam Kelas XI Akuntansi 3 Baru saja menyelesaikan PKL selama 4 bulan (Juli - Oktober) di PT. Unisem Batam Banyak pengalaman yang ku peroleh Salah satu alasan ku memilih SMK adalah kepingin merasakan yang namanya PKL, dan siapa sangka ternyata bener-bener tak terlupakan. Berikut adalah hasil laporan PKL/PRAKERIN punyaku. Karena sepertinya setting di Microsoft PowerPoint 2011 aku beda dari google jadi sepertinya ada beberapa gambar dan tulisan yang melenceng dari tempatnya, mohon di maklumi yah ^^~ Kuharap ini bisa membantumu yang terdampar disini untuk mencari sesuatu, hehe..

Drama Negosiasi 4 orang pemain: Perencanaan Penggusuran

Hello everybody~  \nyanyi Shinee - Everybody\ Ehem.. okay.. so.. gue lagi dapet tugas dari Guru Bahasa Indonesia (Guru yang sama yang ngasih gue tugas buat puisi -_-) disuruh buat Drama dengan tema Negosiasi, dan perkelompok itu sebanyak 4 orang, dan inilah hasil naskah drama ala kadarnya yang gue buat malem2 -uh- >< Kelompok gue belum nampil sih, tapi... aah.. gak tau deh nanti nampilnya bakal kayak mana. Sebenernya gue gak asing lagi sih sama yang namanya "DRAMA" tapi tetep bikin kretek-ktetek :v

[Kill Me Heal Me OST] Jang Jae In (Feat. Na Show) - Auditory Hallucination Lyrics | English & Romanized