WARNING!
TEKS DI BAWAH INI MENGANDUNG BANYAK KATA-KATA KASAR, ADEGAN KASAR DAN JUGA HAL HAL KASAR LAINNYA! YANG GAK SUKA KASAR/? HARAP JANGAN BERANI MEMBACANYA! SEKIAN.
Sial aku di kepung. Ini
baru jam 4 pagi dan aku sudah di kepung puluhan lawan berbadan dua kali lebih
besar dariku. di pinggir tebing pula! salah langkah saja orang-orang yang
berpakaian seragam konyol berwarna oranye ini akan melenparku ke laut.
Mereka menatapku penuh
kemenangan, berasa berhasil menjebakku dan dengan bangganya mengklaime nyawaku
yang hanya satu ini ada di tangan mereka. enak saja, aku ini agen kelas
tertinggi yang tak terkalahkan tau!
Aku mencengkeram erat
pistolku yang entah tinggal berapa menyisakan peluru. amunisiku habis saat tadi
aku berusaha kabur dari markas musuh yang aje gile besarnya. dan itu semua
cuman demi selembar kertas gila berisi formula rahasia ntah apa.
Menyebalkan!
Aku mengintip dari celah
batu tempatku bersembunyi. dan tanpa banyak bacot lagi aku menembaki mereka,
ada yang tepat di dada atau kepala. aku berusaha menyisihkan satu peluru untuk
setiap orang dan BAM! mereka semua terkapar.
Sambil tersenyum lebar aku
keluar dari tempat persembunyianku, dengan memutar-mutar pistolku, aku
melangkahi setiap badan yang tergeletak di tanah dengan tak berdaya.
“Time to go home” seruku
senang sambil meniup ujung pistolku yang agak berasap.
“Not so fast” brengsek!
sebuah pistol di todongkan tepat di belakang kepalaku, reflek aku langsung
membeku, “jatuhin senjata lo” sambil agak menggeram aku menurutinya, “balik
badan lo pelan-pelan” lanjutnya, dan dengan sangat terpaksa aku menurutinya
lagi.
Yang kulihat pertama kali
adalah seorang cowok bermasker hitam yang rambutnya di berdirikan seperti
landak, bajunya serba hitam---- kaus hitam, jaket kulit hitam, celana hitam
yang disekeliling pinggangnya terdapat pistol lain dan pisau, dan juga sepatu
dan sarung tangan hitam. pistolnya tepat berada di depanku siap untuk menembak keluar
otakku.
“Lo hebat juga untuk
seorang cewek” aku memutar bola mataku dengan jengkel, cih dasar cowok! bisanya
hanya meremehkan saja!
“Tunggu apa lagi? cepet
bunuh gue!” tantangku yang di balasnya dengan tertawa terbahak-bahak. kurang
ajar! dia pikir aku sedang melawak apa?
“Sory tapi gue bakal bunuh
lo nanti, soalnya gue butuh lo hidup-hidup” argh
apa aku harus jadi tawanan lagi?! amunisiku habis bagaimana aku bisa kabur
nanti? sekolahku juga akan dimulai dalam waktu dua jam. sial sial sial!
“Ayo jalan” dia mengedikkan
kepalanya, sambil mendengus aku mulai berjalan, belum sampai dua langkah aku
mencekal kedua tangannya, reflek tangannya yang membawa pistol menekan pelatuk
dan mengenai pahaku. aku menendang perutnya dan menyodok kepalanya. ku rebut pistolnya
dan balik kuacungkan kedepan mukanya.
Aku menyeringai, “payah
banget lo sebagai cowok” sedetik sebelum aku sempat menekan pelatuknya, dia
menendang tanganku membuat pistolnya terpental jauh. gila gerakannya cepat
sekali!
Lalu dia menerkamku, membuatku
jatuh dengan keras ke tanah dengannya diatasku, “you’re such a bad girl” dia
mencengkeram kedua tanganku, menahannya di kedua sisi kepalaku, “kayaknya gue
gak bakal berhasil bangkep lo kali ini” dia berkata pelan sekali, sampai aku
hampir tak mendengar suaranya yang terhalang masker itu.
Tiba-tiba kepalanya
mendekat, pandangannya terkunci padaku, dan tau-tau saja dia sudah meciumku.
aku bisa merasakan bibirnya di bibirku walaupun terhalang kain tipis bernama
masker, “See ya” lalu dia bangkit dan berlari pergi, menghilang, meninggalkanku
yang nyaris mati karena shock.
***
Aku melemparkan pakaianku
entah kemana dan berganti dengan seragam sekolahku. sebelumnya aku sempat
mengeluarkan peluru dari pahaku dan memperbannya lukanya. lalu kukenakan kaus
kaki dan sepatuku. ku lepas blonde wig yang
kukenakan, dan lagi kulemparkan entah kemana. rambut hitam ku yang lepek agak
berantakan, kuputuskan untuk membiarkannya dan keluar dari kursi belakang
mobilku, mengambil tasku yang ada di kursi depan, mengunci kembali mobilku, dan
sesantai mungkin berjalan menuju kelasku.
Begitu sampai di kelas, ku
lemparkan tas ku diatas meja dan membenamkan kepalaku di atasnya.
***
Badan ku rasanya kretek
kretek setiap kali ku gerakkan. aku bahkan tidak ingat kapan terakhir aku
tidur. kucomot kentang goreng di depanku sambil mengingat apa yang sebenarnya
terjadi pagi tadi. aku dicium musuhku. gila yang benar saja! lebih baik di
tembaki sampai badanku bolong-bolong daripada dicium begitu. ew.
Keributan dari sisi lain
cafeteria membuatku kembali lagi ke bumi. tampak para Kingka dan Queenka yang
berjalan memasuki cafeteria di iringi backsound suara kagum para penggemarnya. ugh dasar para remaja berotak kosong!
rasanya ingin sekali aku menembaki kepala kosong mereka satu persatu.
Tapi tunggu… aku
memperhatikan seorang cowok di tengah-tengah geng anak populer itu. dia sedang
tersenyum ceria seakan ia baru saja memenangkan sebuah lotre. dan sorot
matanya, astaga! mata cowok yang tadi pagi! aku nyaris menyemburkan minuman
soda yang ku minum saat tiba-tiba dia membalas senyumanku. mungkin dia
menyadari ada yang memperhatikannya.
Apakah dia… ah tidak
mungkin! karena rambut cowok ini berwarna coklat sementara cowok tadi pagi
berwarna hitam. atau ku pikir hitam karena saat itu kan sedang gelap.
Nyawaku nyaris melayang
saat dia memisahkan diri dari kelompoknya dan berjalan kearahku. dia bahkan
sekarang sudah duduk di seberangku. sial apa dia mengenaliku? samaranku hanya
mengandalkan wig warna warni karena aku tidak mau repot menutupi mukaku, bikin
sesak nafas saja. apa karierku sebagau agen mata-mata berakhir disini?
“Hai” sapanya ceria,
“Jenichi kan?” mati aku! bagaimana dia bisa tau namaku?
“Hm panggil Jen aja”
jawabku berusaha untuk tidak tersedak kegugupanku sendiri.
“Oke, Jen, gue Armel” dia
mengulurkan tangannya. astaga itu tangan yang tadi menembakkan peluru ke
pahaku. ragu-ragu aku membalas uluran tangannya.
“Darimana lo tau nama gue?”
tanyaku. aku nyaris tidak punya teman di sekolah ini karena well aku memang
tidak memerlukannya, dan aku yakin nyaris semua orang tidak memperdulikan
keberadaanku. yang menurutku bagus sekali!
“Kita sekelas di beberapa
mata pelajaran dan gue emang udah lama pengen kenalan sama lo” oh oke.
Tiba tiba aku merasakan
getaran di sakuku, “gue harus pergi” kataku cepat sambil mengelap mulutku.
tanpa menunggu jawabannya aku menyambar tasku dan pergi. aku masih mencurigai
siapa dirimu Armel, akan kuselidiki kau nanti.
Aku langsung mengungsi ke
tempat sepi dan mengangkat telpon ku, “what?”
“Misi dadakan cepat datang
ke markas” gelegar suara di seberang sana. tanpa membalasnya aku langsung
memutuskan sambungan dan berjalan ke moblku. menuju markas sialan yang ku yakin
bakal memberiku misi lain yang tidak akan membuatku tidur.
***
Markas yang dimaksud adalah
gedung kaca besar yang sangat menyilaukan. aku menggunakan coat yang cukup panjang selutut untuk menutupi seragam sekolahku.
setelah memakirkan mobil aku langsung masuk, ber-high five dengan agen lain yang ku kenal saat berpapasan menuju
ruang meeting.
Begitu memasuki ruangan aku
menemukan Yoshi---- planner sekaligus
semacam otak dari segala rencana juga atasan tertinggi, Boni---- agen setara
denganku yang hobi ngakak setelah membunuh lawannya dan Vik---- semacam
mentorku atau apalah itu yang super dingin dan hobi bentak bentak. memang semua
pengetahuanku yang ku tau sekarang ini kudapat darinya, tapi aku mendapatkannya
dengan cara yang tidak enak dan penuh perjuangan. singkat kata aku satu-satunya
agen cewek –masi SMA pula—yang turun langsung ke lapangan dan bukan di belakang
meja.
Aku melemparkan pantatku ke
kursi panjang tempat Yoshi yang sangat nyaman. “Jadi apalagi sekarang? kalian
mau mengirimku kemana? gurun? kutub? apa yang harus kulakukan? menyusup masuk
ke sarang musuh?” cerocosku sambil menutup mata.
“Gak ada menyusup hanya
perlu mengawasi” Vik berkata pelan nyaris berbisik.
Eh?
Yoshi memberiku sebuah
folder, begitu kubuka aku menemukan foto-foto Armel yang tampak di ambil secara
diam-diam, berikut data dirinya, LENGKP!
“Awasi dia” Yoshi berkata
singkat.
“Buat apa?” aku tak sanggup
menyembunyikan kebingunganku.
“Dia mungkin akan manmade
target” Yoshi menjawab tanpa menoleh.
“Targer apa? maksudnya apa
sih??” aku mulai tidak sabar.
Boni menggeram, “dia
keponakan professor Leach” oh professor botak menyebalkan yang formula nya
kemarin di curi dan membuatku harus membobol sarang musuh dan nyaris mati dini
kena serangan jantung karena di cium musuh, “dia satu satunya keluarga
professor Leach yang masih tersisa” oh kasian sekali.
“Lalu kenapa?”
“Professor Leach bunuh diri
setelah melenyapkan formula nya” brengsek formula sialan yang kurebut dengan
mempertaruhkan nyawaku di bawanya mati pula, “kami menduga dia sudah
menyuntikkan formula itu pada anak itu sebelum akhirnya dia bunuh diri” dengan
tenang Yoshi menjelaskan.
“Jadi kami ingin kau untuk
mendekati anak itu dan mengambil sampel darahnya” Vik melanjutkan.
Bukan perkara sulit
mengingat kami baru berkenalan tadi, “tapi gue pengen tau formula apa itu
sebenernya?”
“Formula anti tua” Boni
menjawab dengan girang.
“Heh? payah! formula
sampah! kenapa kalian ngebet banget pengen hidup lebih lama di dunia sampah
ini” aku mendengus.
“Just do it, will ya!” Vik
melotot padaku.
“Okay okay, Geez”
***
Gara gara meeting mendadak yang bikin repot itu aku
harus lanjut bolos sekolah seharian. huh.
ku ketuk ketuk setir mobilku sambil menunggu lampu merah.
Insting ku memang kuat.
merasa ada yang tidak beres aku menoleh ke sebelah kananku dan mendapati sebuah
peluru melesat ke arahku. mendadak suasana berubah slow motion, kurang dari satu detik aku hanya bisa bergeser
sedikit, membuat peluru itu tidak jadi meledakkan kepalaku dan hanya menggores
pipiku. sial kedua sisi kaca jendela mobil ku jadi pecah. aku melotot pada
oknum brengsek yang berani mati menyerangku di tempat umum begini. Crap! Dia! dia dengan sok kerennya berlagak
hormat padaku sambil menyeringai.
Aku tak mempedulikan lampu
merah lagi dan langsung tancap gas,
berusaha melarikan diri dari si brengsek keren bermobil sport warna silver itu.
sial dia memang sudah tau identitasku.
Aku menyambar pistol di
dalam dasbor mobil ku dan menembaki mobil sport keparat di sampingku. mata di
balas mata. ku pecahkan semua kaca jendelanya dan kubuat tidak licin lagi
mobilya dengan peluruku.
Sialan dia malah keliatan
makin senang ku balas begitu. untuk menghindri peluru nyasar ke penduduk lokal
ku giring dia menuju hutan. jalan yang lebih sepi.
Aksi tembak tembakan yang
malah mengenai badan mobil dan bukan orangnya terus berlanjut sampai tiba-tiba
dia menukik di depanku. membuatku harus mengerem secara mendadak sampai ban
mobilku berasap.
“Damn!” dengan geram aku
memukul setir mobilku. dia memiringkan moblinya, menutupi jalan yang luar biasa
sempit ini.
Aku melihatnya keluar dari
mobilnya dan melenggang ke arahku. pakaiannya masih tetap sama seperti yang
terakhir aku lihat, serba hitam. dia menunduk dan mengerling di sampingku.
“Told ya we’re gonna meet
again” dia membuka pintu mobilku dan menyeretku paksa keluar dengan
mencengkeram lenganku. kemudia dia menutupnya kembali dan menyandarkanku di
sana, mengunciku antara mobilku yang berubah jadi butut dan dirinya.
“Jadi lo bakal bunuh gue
sekarang?” tanyaku sambil menaikkan sebelah alisku. aku tau di balik maskernya
dia sedang menyeringai, Nampak dari matanya yang menyipit.
Lagi-lagi dia mendekat.
dasar bodoh! apa dia berencana untuk mencium ku lagi? saat mukanya tepat di
depan mukaku aku menarik paksa maskernya, gara gara maskernya yang kusentakkan
begitu saja dia sekarang menoleh ke samping dan membuatku hanya bisa melihat
sisi wajahnya, seluruhnya.
Nafas ku tercekat, “Armel?”
Dia menyeringai dan kembali
menatapku, mataku melebar, benar! dia Armel!
“Bukan” katanya pelan, kini
hanya menaikkan sebelah sudut bibirnya.
“Apa maksud lo? jelas-jelas
lo Armel!” aku nyaris berteriak.
“Udah gue bilang gue buka
Armel” katanya sambil mengusap
rambutnya. barulah kusadari rambutnya yang hitam legam dan bukan coklat, “gue
kakaknya, Almer” pernyataan itu sukses membuatku melongo, “kita kembar” kini
mulutku terbuka lebar saking kagetnya. dia tertawa dan meraih daguku membuatku
mengatupkan mulutku secepatnya. dan itu terulang lagi, kali ini tidak ada
masker atau penghalang apapun. bibir kami asli bersentuhan.
“Sebenernya lo mau apa
sih?” tanyaku jengkel setelah dia menjauh, lagi lagi dia tersenyum.
“Udah gue bilang gue mau
nangkep lo” dia menyambar tanganku dan menyeretku ke mobilnya. aku memelintir
tangannya, menendang belakang lutunya sehingga membuatnya jatuh berlutut dan ku
cekal bahunya dari belakang sambil menempelkan pisau yang kusembunyikan sejak
tadi ke lehernya.
“Enak aja lo pikir gue
bakal mau mau aja gitu” aku meraskan bahunya terguncang, sial apa dia tertawa?
“Elo emang bodoh” apa?
nyawanya ada di tanganku dan dia malah berani mengatai ku begitu, “lo tau gak
kalo lo bekerja pada orang yang salah”
Apa? aku tidak tau apa yang
terjadi tapi tiba-tiba saja keadaan berbalik, pisauku terlempar jauh dan kini
aku terbaring di tanah dengan cowok yang mengaku sebagai kembaran Armel alias
Almer ini di atasku.
“Lo pikir kenapa professor
Leach bunuh diri setelah melenyapkan formulanya?” karena dia bodoh?, “itu karena dia ingin melindungi penemuan
terbesarnya dari orang orang macam kalian”
Aku mendengus, “pfftt..
penemuan besar apanya? itu hanya formula anti tua yang payah”
“Formula anti tua?” tau tau
saja Almer sudah tertawa terbahak bahak seperti orang gila, “itu bukan formula
anti tua tau! itu formula penahan kekebalan tubuh, formula itu membantumu
menahan dan menyembuhkan dari segala serangan sekalipun itu serangan nuklir”
Apa?? apa ini? siapa yang
harus ku percaya sekarang? apa yang sebenarnya terjadi? kini aku menyalahkan
diriku yang tidak pernah menanyakan apapun soal misi yang diberikan padaku.
setiap di beri misi aku hanya mengerjakan apa yang disuruh tanpa menanyakan
pertanyaan berunsur 5W + 1 H.
Almer terlihat puas melihat
ku yang shock berat, tapi rasa puasnya langsung terbang terbawa angin begitu
mendengar apa yang kukatakan, “apa karena itu professor Leach menyuntikkan
formulanya pada Armel”
“Apa lo bilang?” kini dia
mencengkeram kerah bajuku dengan ekspresi keras menandakan dia sedang marah.
“Lo gak tuli kan?!
professor Leach udah menyuntikkan formulanya ke sodara kembar lo! itulah misi
gue selanjutnya, nangkep sodara lo” pemilihan kataku sepertinya salah, memang
misiku adalah mengambil sampel darah Armel dengan ‘baik’ bukan ‘nangkap’ yang
lebih mirip terdengar seperti aku sedang memburunya. saat itulah sepertinya aku
tau kalau Almer tidak mengenal motto kebanyakan cowok yang mengatakan ‘aku
tidak memukul wanita’ buktinya dia langsung menonjok mukaku sampai kurasakan
sudut bibirku mengeluarkan darah.
“Jadi bener professor Leach
gak akan begitu saja memusnahkannya” gumamnya geram sambil dengan paksa
mengangkatku berdiri masih dengan mencengkeram kerah bajuku, aku sampai
terbatuk batuk saat dia menyeretku masuk ke mobilnya, masih dengan pegangan
yang sama.
“Kita harus temuin sodara
gue” dia masih terlihat marah, sambil menghidupkan mesin mobil tangannya
mengepal sampai aku bisa melihat urat urat tangannya.
“Kenapa lo jadi berang
banget sih? bukannya bagus adek lo jadi kebal?!”
“Jangan banyak bacot lo!
itu berarti Yoshi keparat itu bakal ngincar dia!”
Oke sekarang aku bingung.
siapa yang saling incar disini? Yoshi atau Almer? Tahu-tahu saja aku sudah
kembali ke sekolahku. “bawa Armel keluar” perintahnya semena-mena, aku mendelik
tapi dia malah balik memelototiku, sial ekspresinya seperti mengatakan jika aku
tidak menuruti keinginannya dia bakalan meledakkan kepalaku sekaran juga.
dengan jengkel aku turun dan berjalan sesantai mungkin menuju kelas yang
kuyakin salah satu kelas dimana aku dan Armel akan ada di kelas yang sama.
kelas kesenian.
Sambil menutup nutupi sudut
bibirku yang terluka dan penampilanku yang ku yakin makin riap-riapan setelah
pergulatan tadi aku mengedarkan pandanganku ke isi kelas lewat jendela. guru
kesenian sedang menggambar gambar abstrak di papan tulis sementara murid yang
lain mengikuti. aku menemukan Armel duduk di bangku paling pojok dan ujung.
sial! posisi duduk yang bagus bodoh! bagaimana aku bisa menyeretmu keluar
sekarang? tapi tunggu aku bisa saja kabur dari Almer sialan itu. lagipula aku
menyimpan pistol di lokerku. iya. lebih baik aku kabur.
Belum sempat berbalik
lagi-lagi aku mendapati perasaan familier. reflek aku menunduk, dan sebuah
pecahan kaca tau tau saja berjatuhan di atas ku. dengan berang aku berbalik dan
menemukan Almer dengan pistolnya. dia baru saja menembak kaca jendela
sekolahku!
“Insting lo bagus juga
ternyata” seringainya, sial aku bersumpah akan merobek mulutnya jika nanti aku
punya kesempatan.
Seluruh isi kelas langsung
berhamburan keluar sambil jejeritan. aku mengambil kesempatan ini untuk
menyeret keluar Armel. oknum yang ku geret malah terlihat senang saat aku
menggeretnya dengan memegang kerah bajunya, gaya yang sama yang digunakan
saudara kembarnya padaku tadi.
Begitu kembali ke mobil
Almer aku sudah menemukan cowok itu bersandar santai, seakan ia tak ada
hubungannya dengan keributan yang dibuatnya di dalam sekolah.
“Almer? ngapain lo?” tanya
Armel bingung. sial nama mereka mirip sekali, lidahku sampai hampir keseleo
saat menyebutnya.
“Kalian berdua cepet
masuk!” suruhnya, dasar bossy!
bisanya main perintah saja.
Begitu masuk kami langsung
meluncur, dengan singkat Almer menceritakan semuanya yang terjadi pada Armel,
singkat nya lagi, Armel tidak tau apa-apa tentang professor Leach yang
menyuntiknya saat ia sedang tidur dan saudara kembarnya yang ia kira juga
sedang bersekolah di sekolah lain malah main tembak-tembakkan. dan kali ini
lawannya adalah cewek. aku!
“Jadi biar gue tebak, elo
gak bakal ngasih tau gue ini kalau professor Leach gak nyuntik gue dengan
apapun itu, iyakan?” Armel bertanya dengan nada orang yang sedang sakit hati.
Almer mengedikkan bahu,
“gue gak pernah mau ngelibatin elo disini”.
“Selalu sok pahlawan” Armel
memutar bola matanya jengkel, “trus kenapa dia disini? katanya dia musuh lo?”
dia menunjuk ku seakan aku alien yang terdampar.
Kesal aku menepis
tangannya, “heh! lo pikir gue mau ada disini?!”
Armel mendengus dramatis,
“gue hidup dalam kebohongan, saudara yang gue kira anak baik-baik malah suka
bunuh bunuh orang, trus cewek yang gue suka juga punya hobi yang sama”
“Woy emang boleh nyatain
cinta di saat kayak gini?!” Almer melotot kesal.
Tunggu, apa katanya? oh
tidak!
Aku ikut melotot pada
Armle, “lo suka sama gue?!”
“Lo pikir ngapain gue
nyamperin lo hari ini?! lo gak tau aja gimana gue nervous nya tadi pagi pas
ngomong sama lo!” dengan gaya anak kecil yang lagi ngambek Armel memonyongkan
bibirnya sambil melipat tangannya di dada.
“Gue mana merhatiin itu
setelah sodara sialan lo ini hampir ngebunuh gue” balasku jengkel, bukan malah
tersinggung ku sebut sialan, Almer malah menyeringai. uh menyebalkan.
“Tapi reflek lo bagus kok,
dua kali gue nembak lo diam diam dan dua kali juga lo berhasil menghindar” yah
itusih bakat dari lahir sepertinya. tunggu… ini kenapa tiba-tiba aku mendapat
pujian?
“Sepertinya kalian udah
ngalamin banyak hal” celetuk Armel.
“Oh kami emang udah banyak
berpetualang” kini Almer mengerling padaku. sial sebenarnya cerita macam apa
sih ini? kenapa aku jadi ada di situasi yang aneh begini?
***
Aku tidak tau kenapa Almer
membawa kami kesini tapi sekarang dia sudah meenghentikan mobilnya di pinggir
jalan tak jauh dari gedung kaca menyilaukan yang selama ini sering ku sambangi.
“Ngapain kita kesini?”
sergahku panik jika tau tau saja Almer hendak meledakkan tempat ini dengan
basoka tau apapun lah.
“Bawa kami masuk” kata
Almer singkat.
“APA?! untuk apa? rencana
lo apa sih?” tau tau saja Almer menodongkan pistolnya ke arahkun. ugh kenapa aku tidak terkejut?.
“Al lo ngapain?!” Armel
langsung panik.
Aku mendengus jengkel,
“tembak gue dan lo gak bakal pernah bisa masuk, lo tau kan gedung macam apa
itu, gue yakin lo juga udah nyari info tentang gedung macam apa yang jadi
markas kami itu”
Almer menurunkan pistolnya,
“denger ya, gue gak mau ngelakuin ini, sebenernya gue mau ngerekrut lo setelah
gue jelasin kalo selama ini lo bekerja pada orang yang salah, kemampuan lo
hebat dan sama gue kita bisa ngelakuin apa aja” oke itu kedengeran aneh tapi
oke, “tapi sekarang udah ngelibatin saudara gue, dan gue gak bisa ngebiarin
ini”
“Trus apa yang lo pengen
gue lakuin?” tanyaku mulai bosan.
“Bunuh Yoshi” APA?! “aku yakin hanya dia yang menegetahui
kebenaran di balik kematian professor Leach” salah. masih ada Vik dan Boni, aku
yakin mereka bertiga lah yang tahu kebenarannya, dan jika Almer ini jujur,
mereka bertiga lah yang harus ku bunuh karena sudah berbohong padaku.
“Oke”
***
Dengan mudah aku bisa
menyelundupkan cowok kembar ini secara normal. kami langsung menuju kantor
Yoshi. disitu kami menemukan Yoshi sedang bersama Vik dan Bona. kantor Yoshi
yang sudah mirip apartment itu bisa membuat kami bertiga menyusup masuk dan
bersembunyi dengan mudah. kami berpencar, aku bersembunyi di balik dinding yang
paling dekat dengan posisi Yoshi-Vik-Boni yang sedang duduk di sofa, sementara
Almer bersembunyi di balik lemari besar dan Armel di bawah meja.
“Apa kalian yakin Jen bisa
melakukan misi ini?” aku langsung menajamkan telingaku saat mendengar nama ku
disebut Vik dengan nada ragu. aneh aku tidak pernah mendengarnya berbicara
selain dengan nada dingin dan bentakan.
“Ayolah dia bahkan bisa
kita masukkan ke kandang singa selama satu minggu dan begitu kita buka pasti
singa itu sudah tinggal tulang belulang karena habis dimakan Jen” sial kenapa
Boni menyebutku seakan aku ini liar sekali.
“Tapi ini cukup aneh, saat
Jen merebut formula itu dari musuh” musuh yang markasnya ada di dekat tebing
itu, “kenapa tidak ada keberadaan dia” kali ini Yoshi yang berbicara.
“Dia? oh agen misterius
yang selalu berusaha mencampuri urusan kita itu?” dengan kata lain dia itu
Almer. sepertinya ada yang hilang dari data Armel yang diberikan padaku
sebelumnya. mereka tidak tau kalau Armel punya saudara kembar.
“Iya” Yoshi mendengus
malas, “dasar merepotkan, professor gila itu memang susah di ajak kompromi,
formula kekebalan dan kita sebagai agen terkuat bila disatukan kita bisa tidak
terkalahkan” sial! ternyata memang benar, Almer---- cowok menyebalkan yang
sudah berusaha membunuhku itu ternyata tidak berbohong. orang orang yang selama
ini kupercaya lah yang malah berbohong padaku.
“Yah setelah kita mendapat
sampel darah anak itu dari Jen kita bisa memusnahkannya dan juga Jen” ini suara
Boni, “huh padahal aku menyukai Jen, dia hebat”
Kalap aku keluar dari
tempat persembunyianku dan menembak kepala Boni yang langsung terkapar tak
bernyawa. Yoshi dan Vik kaget bukan main saat melihatku.
“Jadi ini rencana kalian?
HAH?!?!” aku berteriak dengan marah, tak sanggup menahan segala perasaan yang
tiba-tiba muncul. aku merasa di khianati.
“Jen…” aku melihat Vik
sedang menatapku dengan aneh, tatapan yang selama ini tidak pernah kulihat,
tatapannya tidak dingin dan ekspresinya tidak keras seperti saat biasanya dia
menatapku.
“APA HAH?!?! PENGHIANAT
KALIAN! JADI INI YANG KUDAPATKAN SETELAH APA YANG KU LAKUKAN UNTUK KALIAN?!”
BAM! Yoshi menembak pahaku, tepat di dekat luka tembakan yang kudapat dari
Almer, aku langsung setengah berlutut.
“YOSHI!” Vik berteriak
kaget.
“Jen Jen Jen” ucap Yoshi
dramatis sambil berjalan mendekatiku, “kami sangat menyukai mu, kau sangat
hebat, kemampuanmu tak ada tandingannya, tapi jika kau malah bersikap seperti
ini, aku tidak punya pilihan selain harus melenyapkanmu” setelah dia menekan pelatuknya
ke arahku aku menutup mataku, tapi aku tak merasakan apapun, apa aku sudah
mati? apa yang terjadi?
“Jen” aku merasakan
seseorang memegang lenganku dan membantuku berdiri dengan melilitkan lenganku
di bahunya.
“Armel?” yang kutanya malah
tersenyum. senyum menguatkan.
Aku melihat Yoshi terkapar
di lantai, matanya setengah terbuka, wajahnya terlihat shock saat melihat Almer
yang berdiri di atasnya, “sayonara brengsek”
Almer langsung menembak kepalanya.
“Lo nggak apa-apa?” dia
terlihat khawatir saat berpaling ke arahku.
“Lo pernah nonjok gue dan
sekarang lo nanya gue nggap apa-apa?” aku menaikkan sebelah alisku, dia malah
tersenyum sambil mengacak-acak rambutku.
“Jen…” Vik. astaga aku
nyaris lupa padanya.
“Apa gue perlu bunuh lo
juga?” tanya Almer dingin.
“Gak! Jangan!” segahku
cepat.
“Maaf” eh? Vik minta maaf?
astaga!, “aku tidak pernah setuju dengan rencana ini, harusnya aku lebih pintar
dan melindungimu”
“Gak perlu, lo gak liat dia
udah punya dua pelindung baru” seru Almer pongah. sial apa maksudnya itu?
“Iya aku sudah lihat” gila!
VIK TERSENYUM! demi apa Vik bisa tersenyum!
“Good bye Vik” aku berusaha
untuk berpaling dari wajah Vik yang tersenyum walaupun susah sekali.
“Oh iya, gue berhenti” lanjutku.
“Aku tau dan gak usah
kawatir, akan ku urus sisanya disini” aku mengangguk dan masih bergelantungan
pada Armel kami berjalan keluar.
“Jadi apa itu artinya
sekarang kita tim?” tanya Almer masih pongah.
“Tergantung, elo udah
berkali-kali nyoba bunuh gue dan juga nyium gue, gue rasa gue perlu imbalan”
“APA?! ALMER NYIUM LO?!”
Armel yang berteriak tepat di samping telingaku.
“Dua kali” jawab Almer.
“APAAAAAA?!”
“Udahlah jangan di
besar-besarkan” Almer menepuk jahil bahu Armel yang lagi-lagi malah cemberut
dengan gaya menggemaskan.
“Jadi masih ada yang mau
sampel darah gue gak nih?”
Aku dan Almer berpandangan
lalu menyeringai pada Armel, “Tentu dong!”
CUT~
Please Read Me;
Terima kasih jika kamu berhasil mencapai bagian ini.
Aku akan senang jika bisa mengetahui pendapatmu tentang CERPEN SPY. Tinggalkan comment, jejak, apapun di blog ini supaya kamu bisa kembali. Itu akan sangat membantuku dan membuatku bersemangat untuk lebih banyak menulis.
Akan ada cerita baru yang akan ku upload setiap weekend.
Please leave a comment and click here to follow my blog.
Share this to your friends or families.
Bye.
♦♦♦
Cerita fiksi ini milikku, ideku dan imajinasiku!
Kesamaan nama tokoh, tempat kejadian dan cerita hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Segala bentuk tindakan (copy-paste, mengutip, memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan) yang bertujuan untuk menjadikan tulisan ini sebagai milikmu sangat dilarang!
Comments
Post a Comment