Skip to main content

[CERPEN] S P Y


WARNING!
TEKS DI BAWAH INI MENGANDUNG BANYAK KATA-KATA KASAR, ADEGAN KASAR DAN JUGA HAL HAL KASAR LAINNYA! YANG GAK SUKA KASAR/? HARAP JANGAN BERANI MEMBACANYA! SEKIAN.




Sial aku di kepung. Ini baru jam 4 pagi dan aku sudah di kepung puluhan lawan berbadan dua kali lebih besar dariku. di pinggir tebing pula! salah langkah saja orang-orang yang berpakaian seragam konyol berwarna oranye ini akan melenparku ke laut.

Mereka menatapku penuh kemenangan, berasa berhasil menjebakku dan dengan bangganya mengklaime nyawaku yang hanya satu ini ada di tangan mereka. enak saja, aku ini agen kelas tertinggi yang tak terkalahkan tau!

Aku mencengkeram erat pistolku yang entah tinggal berapa menyisakan peluru. amunisiku habis saat tadi aku berusaha kabur dari markas musuh yang aje gile besarnya. dan itu semua cuman demi selembar kertas gila berisi formula rahasia ntah apa.

Menyebalkan!

Aku mengintip dari celah batu tempatku bersembunyi. dan tanpa banyak bacot lagi aku menembaki mereka, ada yang tepat di dada atau kepala. aku berusaha menyisihkan satu peluru untuk setiap orang dan BAM! mereka semua terkapar.

Sambil tersenyum lebar aku keluar dari tempat persembunyianku, dengan memutar-mutar pistolku, aku melangkahi setiap badan yang tergeletak di tanah dengan tak berdaya.

“Time to go home” seruku senang sambil meniup ujung pistolku yang agak berasap.

“Not so fast” brengsek! sebuah pistol di todongkan tepat di belakang kepalaku, reflek aku langsung membeku, “jatuhin senjata lo” sambil agak menggeram aku menurutinya, “balik badan lo pelan-pelan” lanjutnya, dan dengan sangat terpaksa aku menurutinya lagi.

Yang kulihat pertama kali adalah seorang cowok bermasker hitam yang rambutnya di berdirikan seperti landak, bajunya serba hitam---- kaus hitam, jaket kulit hitam, celana hitam yang disekeliling pinggangnya terdapat pistol lain dan pisau, dan juga sepatu dan sarung tangan hitam. pistolnya tepat berada di depanku siap untuk menembak keluar otakku.

“Lo hebat juga untuk seorang cewek” aku memutar bola mataku dengan jengkel, cih dasar cowok! bisanya hanya meremehkan saja!

“Tunggu apa lagi? cepet bunuh gue!” tantangku yang di balasnya dengan tertawa terbahak-bahak. kurang ajar! dia pikir aku sedang melawak apa?

“Sory tapi gue bakal bunuh lo nanti, soalnya gue butuh lo hidup-hidup” argh apa aku harus jadi tawanan lagi?! amunisiku habis bagaimana aku bisa kabur nanti? sekolahku juga akan dimulai dalam waktu dua jam. sial sial sial!

“Ayo jalan” dia mengedikkan kepalanya, sambil mendengus aku mulai berjalan, belum sampai dua langkah aku mencekal kedua tangannya, reflek tangannya yang membawa pistol menekan pelatuk dan mengenai pahaku. aku menendang perutnya dan menyodok kepalanya. ku rebut pistolnya dan balik kuacungkan kedepan mukanya.

Aku menyeringai, “payah banget lo sebagai cowok” sedetik sebelum aku sempat menekan pelatuknya, dia menendang tanganku membuat pistolnya terpental jauh. gila gerakannya cepat sekali!

Lalu dia menerkamku, membuatku jatuh dengan keras ke tanah dengannya diatasku, “you’re such a bad girl” dia mencengkeram kedua tanganku, menahannya di kedua sisi kepalaku, “kayaknya gue gak bakal berhasil bangkep lo kali ini” dia berkata pelan sekali, sampai aku hampir tak mendengar suaranya yang terhalang masker itu.

Tiba-tiba kepalanya mendekat, pandangannya terkunci padaku, dan tau-tau saja dia sudah meciumku. aku bisa merasakan bibirnya di bibirku walaupun terhalang kain tipis bernama masker, “See ya” lalu dia bangkit dan berlari pergi, menghilang, meninggalkanku yang nyaris mati karena shock.

***

Aku melemparkan pakaianku entah kemana dan berganti dengan seragam sekolahku. sebelumnya aku sempat mengeluarkan peluru dari pahaku dan memperbannya lukanya. lalu kukenakan kaus kaki dan sepatuku. ku lepas blonde wig yang kukenakan, dan lagi kulemparkan entah kemana. rambut hitam ku yang lepek agak berantakan, kuputuskan untuk membiarkannya dan keluar dari kursi belakang mobilku, mengambil tasku yang ada di kursi depan, mengunci kembali mobilku, dan sesantai mungkin berjalan menuju kelasku.

Begitu sampai di kelas, ku lemparkan tas ku diatas meja dan membenamkan kepalaku di atasnya.

***

Badan ku rasanya kretek kretek setiap kali ku gerakkan. aku bahkan tidak ingat kapan terakhir aku tidur. kucomot kentang goreng di depanku sambil mengingat apa yang sebenarnya terjadi pagi tadi. aku dicium musuhku. gila yang benar saja! lebih baik di tembaki sampai badanku bolong-bolong daripada dicium begitu. ew.

Keributan dari sisi lain cafeteria membuatku kembali lagi ke bumi. tampak para Kingka dan Queenka yang berjalan memasuki cafeteria di iringi backsound suara kagum para penggemarnya. ugh dasar para remaja berotak kosong! rasanya ingin sekali aku menembaki kepala kosong mereka satu persatu.

Tapi tunggu… aku memperhatikan seorang cowok di tengah-tengah geng anak populer itu. dia sedang tersenyum ceria seakan ia baru saja memenangkan sebuah lotre. dan sorot matanya, astaga! mata cowok yang tadi pagi! aku nyaris menyemburkan minuman soda yang ku minum saat tiba-tiba dia membalas senyumanku. mungkin dia menyadari ada yang memperhatikannya.

Apakah dia… ah tidak mungkin! karena rambut cowok ini berwarna coklat sementara cowok tadi pagi berwarna hitam. atau ku pikir hitam karena saat itu kan sedang gelap.

Nyawaku nyaris melayang saat dia memisahkan diri dari kelompoknya dan berjalan kearahku. dia bahkan sekarang sudah duduk di seberangku. sial apa dia mengenaliku? samaranku hanya mengandalkan wig warna warni karena aku tidak mau repot menutupi mukaku, bikin sesak nafas saja. apa karierku sebagau agen mata-mata berakhir disini?

“Hai” sapanya ceria, “Jenichi kan?” mati aku! bagaimana dia bisa tau namaku?

“Hm panggil Jen aja” jawabku berusaha untuk tidak tersedak kegugupanku sendiri.

“Oke, Jen, gue Armel” dia mengulurkan tangannya. astaga itu tangan yang tadi menembakkan peluru ke pahaku. ragu-ragu aku membalas uluran tangannya.

“Darimana lo tau nama gue?” tanyaku. aku nyaris tidak punya teman di sekolah ini karena well aku memang tidak memerlukannya, dan aku yakin nyaris semua orang tidak memperdulikan keberadaanku. yang menurutku bagus sekali!

“Kita sekelas di beberapa mata pelajaran dan gue emang udah lama pengen kenalan sama lo” oh oke.

Tiba tiba aku merasakan getaran di sakuku, “gue harus pergi” kataku cepat sambil mengelap mulutku. tanpa menunggu jawabannya aku menyambar tasku dan pergi. aku masih mencurigai siapa dirimu Armel, akan kuselidiki kau nanti.

Aku langsung mengungsi ke tempat sepi dan mengangkat telpon ku, “what?”

“Misi dadakan cepat datang ke markas” gelegar suara di seberang sana. tanpa membalasnya aku langsung memutuskan sambungan dan berjalan ke moblku. menuju markas sialan yang ku yakin bakal memberiku misi lain yang tidak akan membuatku tidur.

***

Markas yang dimaksud adalah gedung kaca besar yang sangat menyilaukan. aku menggunakan coat yang cukup panjang selutut untuk menutupi seragam sekolahku. setelah memakirkan mobil aku langsung masuk, ber-high five dengan agen lain yang ku kenal saat berpapasan menuju ruang meeting.

Begitu memasuki ruangan aku menemukan Yoshi---- planner sekaligus semacam otak dari segala rencana juga atasan tertinggi, Boni---- agen setara denganku yang hobi ngakak setelah membunuh lawannya dan Vik---- semacam mentorku atau apalah itu yang super dingin dan hobi bentak bentak. memang semua pengetahuanku yang ku tau sekarang ini kudapat darinya, tapi aku mendapatkannya dengan cara yang tidak enak dan penuh perjuangan. singkat kata aku satu-satunya agen cewek –masi SMA pula—yang turun langsung ke lapangan dan bukan di belakang meja.

Aku melemparkan pantatku ke kursi panjang tempat Yoshi yang sangat nyaman. “Jadi apalagi sekarang? kalian mau mengirimku kemana? gurun? kutub? apa yang harus kulakukan? menyusup masuk ke sarang musuh?” cerocosku sambil menutup mata.

“Gak ada menyusup hanya perlu mengawasi” Vik berkata pelan nyaris berbisik.

Eh?

Yoshi memberiku sebuah folder, begitu kubuka aku menemukan foto-foto Armel yang tampak di ambil secara diam-diam, berikut data dirinya, LENGKP!

“Awasi dia” Yoshi berkata singkat.

“Buat apa?” aku tak sanggup menyembunyikan kebingunganku.

“Dia mungkin akan manmade target” Yoshi menjawab tanpa menoleh.

“Targer apa? maksudnya apa sih??” aku mulai tidak sabar.

Boni menggeram, “dia keponakan professor Leach” oh professor botak menyebalkan yang formula nya kemarin di curi dan membuatku harus membobol sarang musuh dan nyaris mati dini kena serangan jantung karena di cium musuh, “dia satu satunya keluarga professor Leach yang masih tersisa” oh kasian sekali.

“Lalu kenapa?”

“Professor Leach bunuh diri setelah melenyapkan formula nya” brengsek formula sialan yang kurebut dengan mempertaruhkan nyawaku di bawanya mati pula, “kami menduga dia sudah menyuntikkan formula itu pada anak itu sebelum akhirnya dia bunuh diri” dengan tenang Yoshi menjelaskan.

“Jadi kami ingin kau untuk mendekati anak itu dan mengambil sampel darahnya” Vik melanjutkan.

Bukan perkara sulit mengingat kami baru berkenalan tadi, “tapi gue pengen tau formula apa itu sebenernya?”

“Formula anti tua” Boni menjawab dengan girang.

“Heh? payah! formula sampah! kenapa kalian ngebet banget pengen hidup lebih lama di dunia sampah ini” aku mendengus.

“Just do it, will ya!” Vik melotot padaku.

“Okay okay, Geez”

***

Gara gara meeting mendadak yang bikin repot itu aku harus lanjut bolos sekolah seharian. huh. ku ketuk ketuk setir mobilku sambil menunggu lampu merah.

Insting ku memang kuat. merasa ada yang tidak beres aku menoleh ke sebelah kananku dan mendapati sebuah peluru melesat ke arahku. mendadak suasana berubah slow motion, kurang dari satu detik aku hanya bisa bergeser sedikit, membuat peluru itu tidak jadi meledakkan kepalaku dan hanya menggores pipiku. sial kedua sisi kaca jendela mobil ku jadi pecah. aku melotot pada oknum brengsek yang berani mati menyerangku di tempat umum begini. Crap! Dia! dia dengan sok kerennya berlagak hormat padaku sambil menyeringai.

Aku tak mempedulikan lampu merah lagi dan langsung  tancap gas, berusaha melarikan diri dari si brengsek keren bermobil sport warna silver itu. sial dia memang sudah tau identitasku.

Aku menyambar pistol di dalam dasbor mobil ku dan menembaki mobil sport keparat di sampingku. mata di balas mata. ku pecahkan semua kaca jendelanya dan kubuat tidak licin lagi mobilya dengan peluruku.

Sialan dia malah keliatan makin senang ku balas begitu. untuk menghindri peluru nyasar ke penduduk lokal ku giring dia menuju hutan. jalan yang lebih sepi.

Aksi tembak tembakan yang malah mengenai badan mobil dan bukan orangnya terus berlanjut sampai tiba-tiba dia menukik di depanku. membuatku harus mengerem secara mendadak sampai ban mobilku berasap.

“Damn!” dengan geram aku memukul setir mobilku. dia memiringkan moblinya, menutupi jalan yang luar biasa sempit ini.

Aku melihatnya keluar dari mobilnya dan melenggang ke arahku. pakaiannya masih tetap sama seperti yang terakhir aku lihat, serba hitam. dia menunduk dan mengerling di sampingku.

“Told ya we’re gonna meet again” dia membuka pintu mobilku dan menyeretku paksa keluar dengan mencengkeram lenganku. kemudia dia menutupnya kembali dan menyandarkanku di sana, mengunciku antara mobilku yang berubah jadi butut dan dirinya.

“Jadi lo bakal bunuh gue sekarang?” tanyaku sambil menaikkan sebelah alisku. aku tau di balik maskernya dia sedang menyeringai, Nampak dari matanya yang menyipit.

Lagi-lagi dia mendekat. dasar bodoh! apa dia berencana untuk mencium ku lagi? saat mukanya tepat di depan mukaku aku menarik paksa maskernya, gara gara maskernya yang kusentakkan begitu saja dia sekarang menoleh ke samping dan membuatku hanya bisa melihat sisi wajahnya, seluruhnya.

Nafas ku tercekat, “Armel?”

Dia menyeringai dan kembali menatapku, mataku melebar, benar! dia Armel!

“Bukan” katanya pelan, kini hanya menaikkan sebelah sudut bibirnya.

“Apa maksud lo? jelas-jelas lo Armel!” aku nyaris berteriak.

“Udah gue bilang gue buka Armel” katanya sambil  mengusap rambutnya. barulah kusadari rambutnya yang hitam legam dan bukan coklat, “gue kakaknya, Almer” pernyataan itu sukses membuatku melongo, “kita kembar” kini mulutku terbuka lebar saking kagetnya. dia tertawa dan meraih daguku membuatku mengatupkan mulutku secepatnya. dan itu terulang lagi, kali ini tidak ada masker atau penghalang apapun. bibir kami asli bersentuhan.

“Sebenernya lo mau apa sih?” tanyaku jengkel setelah dia menjauh, lagi lagi dia tersenyum.

“Udah gue bilang gue mau nangkep lo” dia menyambar tanganku dan menyeretku ke mobilnya. aku memelintir tangannya, menendang belakang lutunya sehingga membuatnya jatuh berlutut dan ku cekal bahunya dari belakang sambil menempelkan pisau yang kusembunyikan sejak tadi ke lehernya.

“Enak aja lo pikir gue bakal mau mau aja gitu” aku meraskan bahunya terguncang, sial apa dia tertawa?

“Elo emang bodoh” apa? nyawanya ada di tanganku dan dia malah berani mengatai ku begitu, “lo tau gak kalo lo bekerja pada orang yang salah”

Apa? aku tidak tau apa yang terjadi tapi tiba-tiba saja keadaan berbalik, pisauku terlempar jauh dan kini aku terbaring di tanah dengan cowok yang mengaku sebagai kembaran Armel alias Almer ini di atasku.

“Lo pikir kenapa professor Leach bunuh diri setelah melenyapkan formulanya?” karena dia bodoh?, “itu karena dia ingin melindungi penemuan terbesarnya dari orang orang macam kalian”

Aku mendengus, “pfftt.. penemuan besar apanya? itu hanya formula anti tua yang payah”

“Formula anti tua?” tau tau saja Almer sudah tertawa terbahak bahak seperti orang gila, “itu bukan formula anti tua tau! itu formula penahan kekebalan tubuh, formula itu membantumu menahan dan menyembuhkan dari segala serangan sekalipun itu serangan nuklir”

Apa?? apa ini? siapa yang harus ku percaya sekarang? apa yang sebenarnya terjadi? kini aku menyalahkan diriku yang tidak pernah menanyakan apapun soal misi yang diberikan padaku. setiap di beri misi aku hanya mengerjakan apa yang disuruh tanpa menanyakan pertanyaan berunsur 5W + 1 H.

Almer terlihat puas melihat ku yang shock berat, tapi rasa puasnya langsung terbang terbawa angin begitu mendengar apa yang kukatakan, “apa karena itu professor Leach menyuntikkan formulanya pada Armel”

“Apa lo bilang?” kini dia mencengkeram kerah bajuku dengan ekspresi keras menandakan dia sedang marah.

“Lo gak tuli kan?! professor Leach udah menyuntikkan formulanya ke sodara kembar lo! itulah misi gue selanjutnya, nangkep sodara lo” pemilihan kataku sepertinya salah, memang misiku adalah mengambil sampel darah Armel dengan ‘baik’ bukan ‘nangkap’ yang lebih mirip terdengar seperti aku sedang memburunya. saat itulah sepertinya aku tau kalau Almer tidak mengenal motto kebanyakan cowok yang mengatakan ‘aku tidak memukul wanita’ buktinya dia langsung menonjok mukaku sampai kurasakan sudut bibirku mengeluarkan darah.

“Jadi bener professor Leach gak akan begitu saja memusnahkannya” gumamnya geram sambil dengan paksa mengangkatku berdiri masih dengan mencengkeram kerah bajuku, aku sampai terbatuk batuk saat dia menyeretku masuk ke mobilnya, masih dengan pegangan yang sama.

“Kita harus temuin sodara gue” dia masih terlihat marah, sambil menghidupkan mesin mobil tangannya mengepal sampai aku bisa melihat urat urat tangannya.

“Kenapa lo jadi berang banget sih? bukannya bagus adek lo jadi kebal?!”

“Jangan banyak bacot lo! itu berarti Yoshi keparat itu bakal ngincar dia!”
Oke sekarang aku bingung. siapa yang saling incar disini? Yoshi atau Almer? Tahu-tahu saja aku sudah kembali ke sekolahku. “bawa Armel keluar” perintahnya semena-mena, aku mendelik tapi dia malah balik memelototiku, sial ekspresinya seperti mengatakan jika aku tidak menuruti keinginannya dia bakalan meledakkan kepalaku sekaran juga. dengan jengkel aku turun dan berjalan sesantai mungkin menuju kelas yang kuyakin salah satu kelas dimana aku dan Armel akan ada di kelas yang sama. kelas kesenian.

Sambil menutup nutupi sudut bibirku yang terluka dan penampilanku yang ku yakin makin riap-riapan setelah pergulatan tadi aku mengedarkan pandanganku ke isi kelas lewat jendela. guru kesenian sedang menggambar gambar abstrak di papan tulis sementara murid yang lain mengikuti. aku menemukan Armel duduk di bangku paling pojok dan ujung. sial! posisi duduk yang bagus bodoh! bagaimana aku bisa menyeretmu keluar sekarang? tapi tunggu aku bisa saja kabur dari Almer sialan itu. lagipula aku menyimpan pistol di lokerku. iya. lebih baik aku kabur.

Belum sempat berbalik lagi-lagi aku mendapati perasaan familier. reflek aku menunduk, dan sebuah pecahan kaca tau tau saja berjatuhan di atas ku. dengan berang aku berbalik dan menemukan Almer dengan pistolnya. dia baru saja menembak kaca jendela sekolahku!

“Insting lo bagus juga ternyata” seringainya, sial aku bersumpah akan merobek mulutnya jika nanti aku punya kesempatan.

Seluruh isi kelas langsung berhamburan keluar sambil jejeritan. aku mengambil kesempatan ini untuk menyeret keluar Armel. oknum yang ku geret malah terlihat senang saat aku menggeretnya dengan memegang kerah bajunya, gaya yang sama yang digunakan saudara kembarnya padaku tadi.

Begitu kembali ke mobil Almer aku sudah menemukan cowok itu bersandar santai, seakan ia tak ada hubungannya dengan keributan yang dibuatnya di dalam sekolah.

“Almer? ngapain lo?” tanya Armel bingung. sial nama mereka mirip sekali, lidahku sampai hampir keseleo saat menyebutnya.

“Kalian berdua cepet masuk!” suruhnya, dasar bossy! bisanya main perintah saja.

Begitu masuk kami langsung meluncur, dengan singkat Almer menceritakan semuanya yang terjadi pada Armel, singkat nya lagi, Armel tidak tau apa-apa tentang professor Leach yang menyuntiknya saat ia sedang tidur dan saudara kembarnya yang ia kira juga sedang bersekolah di sekolah lain malah main tembak-tembakkan. dan kali ini lawannya adalah cewek. aku!

“Jadi biar gue tebak, elo gak bakal ngasih tau gue ini kalau professor Leach gak nyuntik gue dengan apapun itu, iyakan?” Armel bertanya dengan nada orang yang sedang sakit hati.

Almer mengedikkan bahu, “gue gak pernah mau ngelibatin elo disini”.

“Selalu sok pahlawan” Armel memutar bola matanya jengkel, “trus kenapa dia disini? katanya dia musuh lo?” dia menunjuk ku seakan aku alien yang terdampar.

Kesal aku menepis tangannya, “heh! lo pikir gue mau ada disini?!”

Armel mendengus dramatis, “gue hidup dalam kebohongan, saudara yang gue kira anak baik-baik malah suka bunuh bunuh orang, trus cewek yang gue suka juga punya hobi yang sama”

“Woy emang boleh nyatain cinta di saat kayak gini?!” Almer melotot kesal.

Tunggu, apa katanya? oh tidak!

Aku ikut melotot pada Armle, “lo suka sama gue?!”

“Lo pikir ngapain gue nyamperin lo hari ini?! lo gak tau aja gimana gue nervous nya tadi pagi pas ngomong sama lo!” dengan gaya anak kecil yang lagi ngambek Armel memonyongkan bibirnya sambil melipat tangannya di dada.

“Gue mana merhatiin itu setelah sodara sialan lo ini hampir ngebunuh gue” balasku jengkel, bukan malah tersinggung ku sebut sialan, Almer malah menyeringai. uh menyebalkan.

“Tapi reflek lo bagus kok, dua kali gue nembak lo diam diam dan dua kali juga lo berhasil menghindar” yah itusih bakat dari lahir sepertinya. tunggu… ini kenapa tiba-tiba aku mendapat pujian?

“Sepertinya kalian udah ngalamin banyak hal” celetuk Armel.

“Oh kami emang udah banyak berpetualang” kini Almer mengerling padaku. sial sebenarnya cerita macam apa sih ini? kenapa aku jadi ada di situasi yang aneh begini?

***

Aku tidak tau kenapa Almer membawa kami kesini tapi sekarang dia sudah meenghentikan mobilnya di pinggir jalan tak jauh dari gedung kaca menyilaukan yang selama ini sering ku sambangi.

“Ngapain kita kesini?” sergahku panik jika tau tau saja Almer hendak meledakkan tempat ini dengan basoka tau apapun lah.

“Bawa kami masuk” kata Almer singkat.

“APA?! untuk apa? rencana lo apa sih?” tau tau saja Almer menodongkan pistolnya ke arahkun. ugh kenapa aku tidak terkejut?.

“Al lo ngapain?!” Armel langsung panik.

Aku mendengus jengkel, “tembak gue dan lo gak bakal pernah bisa masuk, lo tau kan gedung macam apa itu, gue yakin lo juga udah nyari info tentang gedung macam apa yang jadi markas kami itu”

Almer menurunkan pistolnya, “denger ya, gue gak mau ngelakuin ini, sebenernya gue mau ngerekrut lo setelah gue jelasin kalo selama ini lo bekerja pada orang yang salah, kemampuan lo hebat dan sama gue kita bisa ngelakuin apa aja” oke itu kedengeran aneh tapi oke, “tapi sekarang udah ngelibatin saudara gue, dan gue gak bisa ngebiarin ini”

“Trus apa yang lo pengen gue lakuin?” tanyaku mulai bosan.

“Bunuh Yoshi”  APA?! “aku yakin hanya dia yang menegetahui kebenaran di balik kematian professor Leach” salah. masih ada Vik dan Boni, aku yakin mereka bertiga lah yang tahu kebenarannya, dan jika Almer ini jujur, mereka bertiga lah yang harus ku bunuh karena sudah berbohong padaku.

“Oke”

***

Dengan mudah aku bisa menyelundupkan cowok kembar ini secara normal. kami langsung menuju kantor Yoshi. disitu kami menemukan Yoshi sedang bersama Vik dan Bona. kantor Yoshi yang sudah mirip apartment itu bisa membuat kami bertiga menyusup masuk dan bersembunyi dengan mudah. kami berpencar, aku bersembunyi di balik dinding yang paling dekat dengan posisi Yoshi-Vik-Boni yang sedang duduk di sofa, sementara Almer bersembunyi di balik lemari besar dan Armel di bawah meja.

“Apa kalian yakin Jen bisa melakukan misi ini?” aku langsung menajamkan telingaku saat mendengar nama ku disebut Vik dengan nada ragu. aneh aku tidak pernah mendengarnya berbicara selain dengan nada dingin dan bentakan.

“Ayolah dia bahkan bisa kita masukkan ke kandang singa selama satu minggu dan begitu kita buka pasti singa itu sudah tinggal tulang belulang karena habis dimakan Jen” sial kenapa Boni menyebutku seakan aku ini liar sekali.

“Tapi ini cukup aneh, saat Jen merebut formula itu dari musuh” musuh yang markasnya ada di dekat tebing itu, “kenapa tidak ada keberadaan dia” kali ini Yoshi yang berbicara.

“Dia? oh agen misterius yang selalu berusaha mencampuri urusan kita itu?” dengan kata lain dia itu Almer. sepertinya ada yang hilang dari data Armel yang diberikan padaku sebelumnya. mereka tidak tau kalau Armel punya saudara kembar.

“Iya” Yoshi mendengus malas, “dasar merepotkan, professor gila itu memang susah di ajak kompromi, formula kekebalan dan kita sebagai agen terkuat bila disatukan kita bisa tidak terkalahkan” sial! ternyata memang benar, Almer---- cowok menyebalkan yang sudah berusaha membunuhku itu ternyata tidak berbohong. orang orang yang selama ini kupercaya lah yang malah berbohong padaku.

“Yah setelah kita mendapat sampel darah anak itu dari Jen kita bisa memusnahkannya dan juga Jen” ini suara Boni, “huh padahal aku menyukai Jen, dia hebat”

Kalap aku keluar dari tempat persembunyianku dan menembak kepala Boni yang langsung terkapar tak bernyawa. Yoshi dan Vik kaget bukan main saat melihatku.

“Jadi ini rencana kalian? HAH?!?!” aku berteriak dengan marah, tak sanggup menahan segala perasaan yang tiba-tiba muncul. aku merasa di khianati.

“Jen…” aku melihat Vik sedang menatapku dengan aneh, tatapan yang selama ini tidak pernah kulihat, tatapannya tidak dingin dan ekspresinya tidak keras seperti saat biasanya dia menatapku.

“APA HAH?!?! PENGHIANAT KALIAN! JADI INI YANG KUDAPATKAN SETELAH APA YANG KU LAKUKAN UNTUK KALIAN?!” BAM! Yoshi menembak pahaku, tepat di dekat luka tembakan yang kudapat dari Almer, aku langsung setengah berlutut.

“YOSHI!” Vik berteriak kaget.

“Jen Jen Jen” ucap Yoshi dramatis sambil berjalan mendekatiku, “kami sangat menyukai mu, kau sangat hebat, kemampuanmu tak ada tandingannya, tapi jika kau malah bersikap seperti ini, aku tidak punya pilihan selain harus melenyapkanmu” setelah dia menekan pelatuknya ke arahku aku menutup mataku, tapi aku tak merasakan apapun, apa aku sudah mati? apa yang terjadi?

“Jen” aku merasakan seseorang memegang lenganku dan membantuku berdiri dengan melilitkan lenganku di bahunya.

“Armel?” yang kutanya malah tersenyum. senyum menguatkan.

Aku melihat Yoshi terkapar di lantai, matanya setengah terbuka, wajahnya terlihat shock saat melihat Almer yang berdiri di atasnya, “sayonara brengsek” Almer langsung menembak kepalanya.

“Lo nggak apa-apa?” dia terlihat khawatir saat berpaling ke arahku.

“Lo pernah nonjok gue dan sekarang lo nanya gue nggap apa-apa?” aku menaikkan sebelah alisku, dia malah tersenyum sambil mengacak-acak rambutku.

“Jen…” Vik. astaga aku nyaris lupa padanya.

“Apa gue perlu bunuh lo juga?” tanya Almer dingin.

“Gak! Jangan!” segahku cepat.

“Maaf” eh? Vik minta maaf? astaga!, “aku tidak pernah setuju dengan rencana ini, harusnya aku lebih pintar dan melindungimu”

“Gak perlu, lo gak liat dia udah punya dua pelindung baru” seru Almer pongah. sial apa maksudnya itu?

“Iya aku sudah lihat” gila! VIK TERSENYUM! demi apa Vik bisa tersenyum!

“Good bye Vik” aku berusaha untuk berpaling dari wajah Vik yang tersenyum walaupun susah sekali.

“Oh iya, gue berhenti” lanjutku.

“Aku tau dan gak usah kawatir, akan ku urus sisanya disini” aku mengangguk dan masih bergelantungan pada Armel kami berjalan keluar.

“Jadi apa itu artinya sekarang kita tim?” tanya Almer masih pongah.

“Tergantung, elo udah berkali-kali nyoba bunuh gue dan juga nyium gue, gue rasa gue perlu imbalan”

“APA?! ALMER NYIUM LO?!” Armel yang berteriak tepat di samping telingaku.

“Dua kali” jawab Almer.

“APAAAAAA?!”

“Udahlah jangan di besar-besarkan” Almer menepuk jahil bahu Armel yang lagi-lagi malah cemberut dengan gaya menggemaskan.

“Jadi masih ada yang mau sampel darah gue gak nih?”

Aku dan Almer berpandangan lalu menyeringai pada Armel, “Tentu dong!”


CUT~




Please Read Me;

Terima kasih jika kamu berhasil mencapai bagian ini.
Aku akan senang jika bisa mengetahui pendapatmu tentang CERPEN SPY. Tinggalkan comment, jejak, apapun di blog ini supaya kamu bisa kembali. Itu akan sangat membantuku dan membuatku bersemangat untuk lebih banyak menulis.
Akan ada cerita baru yang akan ku upload setiap weekend.

Please leave a comment and click here to follow my blog.
Share this to your friends or families.


Bye.


♦♦♦


Cerita fiksi ini milikku, ideku dan imajinasiku! 
Kesamaan nama tokoh, tempat kejadian dan cerita hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. 
Segala bentuk tindakan (copy-paste, mengutip, memperbanyak sebagian atau seluruh tulisan) yang bertujuan untuk menjadikan tulisan ini sebagai milikmu sangat dilarang!  

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Laporan PKL/PRAKERIN PowerPoint Bahasa Inggris Kurikulum 2013

Hai ... Aku termasuk korban kurikulum 2013, angkatan pertama percobaan malah. Aku tau kurikulum 2013 itu ribet banget, jadi jalanin aja yah adek-adek ku muah~ Aku murid SMK N 2 Batam Kelas XI Akuntansi 3 Baru saja menyelesaikan PKL selama 4 bulan (Juli - Oktober) di PT. Unisem Batam Banyak pengalaman yang ku peroleh Salah satu alasan ku memilih SMK adalah kepingin merasakan yang namanya PKL, dan siapa sangka ternyata bener-bener tak terlupakan. Berikut adalah hasil laporan PKL/PRAKERIN punyaku. Karena sepertinya setting di Microsoft PowerPoint 2011 aku beda dari google jadi sepertinya ada beberapa gambar dan tulisan yang melenceng dari tempatnya, mohon di maklumi yah ^^~ Kuharap ini bisa membantumu yang terdampar disini untuk mencari sesuatu, hehe..

Drama Negosiasi 4 orang pemain: Perencanaan Penggusuran

Hello everybody~  \nyanyi Shinee - Everybody\ Ehem.. okay.. so.. gue lagi dapet tugas dari Guru Bahasa Indonesia (Guru yang sama yang ngasih gue tugas buat puisi -_-) disuruh buat Drama dengan tema Negosiasi, dan perkelompok itu sebanyak 4 orang, dan inilah hasil naskah drama ala kadarnya yang gue buat malem2 -uh- >< Kelompok gue belum nampil sih, tapi... aah.. gak tau deh nanti nampilnya bakal kayak mana. Sebenernya gue gak asing lagi sih sama yang namanya "DRAMA" tapi tetep bikin kretek-ktetek :v

Perjalanan Perubahan Warna Rambut

Dulu, kalau aku berani mencoba mewarnai rambutku mungkin aku akan langsung di bakar di perapian. Tapi sekarang beda tahun, beda cerita dan sepertinya beda jaman. Aku pertama kali mewarnai rambutku saat tahun baru 2014. Waktu itu warna yang muncul seharusnya dark blonde , tapi karena rambutku hitam banget, warna itu hanya muncul saat terkena cahaya atau sinar matahari. Karena kurang puas akhirnya aku pergi ke salon lagi. Salon yang selalu ku datangi sebelumnya adalah salon teman mamaku. Tapi, karena lokasinya jauh akhirnya aku memilih salon yang ada di mall terdekat. Aku memilih salon tertutup, seperti salon yang khusus untuk wanita-wanita hijab yang ingin merawat rambut tanpa mengumbar aurat (kira-kira begitu) dan isinya wanita semua. Warna yang ku pilih lagi-lagi blond e. Setelah hampir dua jam waktu ku habiskan di salon itu rambut ku malah berwarna oranye sedikit kekuning-kuningan. Ternyata tadi tanpa aku sadari orang yang mengurusi rambutku menambahkan bleach karena rambu...