Skip to main content

Menyikapi Perubahan

Aku suka perubahan, sesekali.

Merubah posisi tidur, dimana kepala ku biasanya menghadap selatan kini menghadap utara.
Merubah posisi perabotan di dalam kamar.
Merubah penampilan, yang kini kulakukan dengan menambahkan warna terang supaya pakaian yang ku kenakan tidak terkesan suram-suram amat.

Merubah kehidupan.

Kehidupan selalu penuh perubahan. Menuju arah yang berlawanan. Menuju sisi lain. Menjadi lebih baik. Bahkan terjerumus ke dalam kegelapan pekat yang menyesatkan.

Tidak terlalu tergambar bagaimana depresi nya aku dua bulan lalu. Namun, kini itu membuatku bertanya-tanya, mungkinkah kehidupanku saat itu lebih baik?
Kini, dengan kembali ke rumah orang tua sekali lagi rasanya "asing". Beberapa sikap yang kupertanyakan apakah aku benar-benar diterima disini. Sesosok keraguan tumbuh semakin besar kian hari. Ia duduk di atas kepalaku, menggelantungi pundakku, mengikuti langkahku, menghimpit tidurku setiap malam, semakin besar dan besar.

Sudah hampir setahun aku "hidup" sendiri. Memutuskan segala hal sendiri. Mungkin beberapa kali menanyakan pendapat tapi tetap saja keputusan ada pada diriku. Kepindahan yang kulakukan. Pekerjaan yang kupilih. Bergantinya teman hangout. Rutinitas yang membelenggu. Itu semua pilihanku. Tidak ada yang bisa ku salahkan apabila diantara hal diatas menuai kerugian. Memberi dampak yang tidak kecil. Hingga membuatku nyaman sendiri. Karena pada akhirnya, aku semakin sadar tidak akan ada yang bisa menolongku selain diriku sendiri.

Aku terlalu terbiasa pulang dengan langsung menelanjangi diri, membiarkan peralatan makan kotor menumpuk hingga aku kehabisan barulah dicuci, bersih-bersih hanya apabila aku tidak sengaja menumpahkan sesuatu. Itulah zona amanku selama setahun terakhir.

Lalu kenapa aku kembali?
Aku ingin pulang. Demi siapa? Demi dia? Demi mereka? Atau demi diriku sendiri? Aku egois, jadi kuputuskan untuk diriku sendiri. Liat 'kan? Semuanya kembali pada diri sendiri.

Inilah kesalahan yang kembali ku ulang. Kebahagian yang dicari pada orang lain tidak akan pernah terwujud, aku terlalu bodoh dan terlena untuk kembali melakukannya. Dan disinilah aku.

Tak ada seorang 'pun yang harus merasa bertanggung jawab untukku. Aku terbiasa sendiri. Tak usah bertanya berulang-ulang apa rencanaku, aku tak nyaman, itu juga membuktikan betapa tidak konsistennya cerita yang ku utarakan. Tak usah berbasa-basi, itu sangat tidak penting dan membuang waktu, aku tak nyaman. Jangan meributkan kendaraan apa yang akan mengantarku ke tempat-tempat, dua tahun di perantauan tanpa kendaraan membuatku bisa memikirkan sesuatu, aku risih.

Terlalu lama melakukan segalanya sendiri membuatku kembali linglung saat kembali harus berbagi. Perdebatan demi perdebatan, hanya kecil tapi lumayan menyebalkan. Mulai dari air keran kamar mandi yang tidak dimatikan, siapa yang bertanggung jawab memasak nasi, siklus pencucian baju, hingga lampu kamar yang tidak dimatikan.

Aku tidak melakukan apaapa. Menunggu panggilan pekerjaan membuatku masuk ke dalam rutinitas seorang penjaga rumah. Akupun merasa bertanggung jawab. Dan kembali menjadi beban.

Ah, mungkin segala hal ini tidak terlalu masuk akal.

Mungkin aku kembali karena aku mulai jenuh sendiri. Menginginkan ruang untuk sesekali bernaung tanpa menjadi beban. Namun rasanya malah seperti kebalikan.
Atau apakah mungkin aku menyesal?
Seandainya aku tidak kembali, aku pasti akan tetap bebas. Tidak akan ada yang terus menanyakan keberadaanku. Melakukan pekerjaan rumah tangga saat aku ingin tanpa ada tuntutan dari siapapun, toh aku tinggal sendirian. Tetap bertukar kabar dengan hangat pada orang-orang jauh seperti biasa tanpa harus merasa berkewajiban. Berkomute menggunakan bis kota setiap akhir pekan. Mungkin juga bisa kembali mengunjungi kota-kota orang dengan paksaan.

Yasudahlah. Aku sendiri sudah lupa dengan apa yang ingin kusampaikan. Aku mulai tersesat dalam tulisan dari pargraf kedua. Berhujung pada sambungan kata-kata menjadi kalimat dan beberapa paragraf yang bahkan aku sendiri tak tau apa maksudnya.

HA! Aku memang tak tau apaapa.

Katanya, nasi sudah jadi bubur. Ngomong-ngomong bubur, bubur disini tidak seenak disana. Salah satu hal yang ku sesalkan. Biarlah orang-orang kembali dalam ruitinitasnya. Biarlah bubur disini tidak menyamai disana. Biarlah aku tidak perlu dipaksakan mengikuti kehidupan orang disini.

Aku akan mencari rutinitasku sendiri. Mencari buburku sendiri. Mencari kehidupanku sendiri, menatanya, menenggelamkan diri disana hingga tidak ada yang sadar bahwa aku sudah lama hilang.

Lagipula, hidupku tidak akan berhenti hanya karena hidupmu berhenti. Begitu pula sebaliknya.








Comments

Popular posts from this blog

Contoh Laporan PKL/PRAKERIN PowerPoint Bahasa Inggris Kurikulum 2013

Hai ... Aku termasuk korban kurikulum 2013, angkatan pertama percobaan malah. Aku tau kurikulum 2013 itu ribet banget, jadi jalanin aja yah adek-adek ku muah~ Aku murid SMK N 2 Batam Kelas XI Akuntansi 3 Baru saja menyelesaikan PKL selama 4 bulan (Juli - Oktober) di PT. Unisem Batam Banyak pengalaman yang ku peroleh Salah satu alasan ku memilih SMK adalah kepingin merasakan yang namanya PKL, dan siapa sangka ternyata bener-bener tak terlupakan. Berikut adalah hasil laporan PKL/PRAKERIN punyaku. Karena sepertinya setting di Microsoft PowerPoint 2011 aku beda dari google jadi sepertinya ada beberapa gambar dan tulisan yang melenceng dari tempatnya, mohon di maklumi yah ^^~ Kuharap ini bisa membantumu yang terdampar disini untuk mencari sesuatu, hehe..

Drama Negosiasi 4 orang pemain: Perencanaan Penggusuran

Hello everybody~  \nyanyi Shinee - Everybody\ Ehem.. okay.. so.. gue lagi dapet tugas dari Guru Bahasa Indonesia (Guru yang sama yang ngasih gue tugas buat puisi -_-) disuruh buat Drama dengan tema Negosiasi, dan perkelompok itu sebanyak 4 orang, dan inilah hasil naskah drama ala kadarnya yang gue buat malem2 -uh- >< Kelompok gue belum nampil sih, tapi... aah.. gak tau deh nanti nampilnya bakal kayak mana. Sebenernya gue gak asing lagi sih sama yang namanya "DRAMA" tapi tetep bikin kretek-ktetek :v

[Kill Me Heal Me OST] Jang Jae In (Feat. Na Show) - Auditory Hallucination Lyrics | English & Romanized