Postingan ini penuh duka. Aku sangat menyadarinya.
Tapi draft ku banyak berisi curhatan-curhatan receh seperti ini yang entah kenapa kali ini ku putuskan untuk ku publish. Padahal rencana awal tadi aku hanya hendak menulis curhatan receh lain di draft. Tapi, yasudahlah, toh, hal ini tidak akan membunuh siapapun dan tidak akan membunuhku untuk kedua kalinya.
*
Panti asuhan.
Ini kunjungan ketiga ku ke panti asuhan dengan maksud untuk berbagi sebagian keberuntungan yang diberikan padaku.
Pertama kali sepertinya saat ulang tahun ku dan aku juga membuat postingan tentang hal itu di blog ini. Yang kedua, sekitar setahun yang lalu. Dan aku sangat bersyukur bisa kembali melakukan hal ini untuk yang ketiga kalinya. Aku juga ingin bisa lebih melakukan hal ini lagi kedepannya.
Tentu saja hal ini bisa terwujud karena aku berada diantara orang orang hebat dan keren. Aku tidak mengatakan ini secara langsung pada mereka, tapi aku sangat berterima kasih bisa berada diantara mereka.
Jadi, sebenarnya, ini bukanlah tentang apa yang kami lakukan saat berada disana atau tentang tempat itu sendiri.
Melainkan bagaimana perasaanku terkait dengan tempat itu.
Mengapa terkesan egois? Well, blog ini memang ku akui berisi sebagian besar keegoisanku yang tidak terkemukakan.
Mari kita mulai.
Walaupun tidak terlihat, rasanya aku ingin menangis saat melihat anak-anak kecil itu disana.
Aku seakan tau perasaan tersembunyi mereka, keinginan mereka, pertanyaan mereka. Karena aku juga lupa atau bahkan tidak tau bagaimana rasanya memiliki orang tua.
Aku terdengar jahat tapi aku hanya menyatakan fakta yang ku rasakan. Karena dengan kehilangan salah satu orang tuaku, secara tidak langsung aku juga telah kehilangan keduanya. Setidaknya itulah yang ku rasakan.
Aku tau, penuh dengan kontroversi, huh?
Aku terdengar jahat tapi aku hanya menyatakan fakta yang ku rasakan. Karena dengan kehilangan salah satu orang tuaku, secara tidak langsung aku juga telah kehilangan keduanya. Setidaknya itulah yang ku rasakan.
Aku tau, penuh dengan kontroversi, huh?
Aku mungkin seumuran dengan mereka dihari aku kehilangan salah satu orang tuaku. Dan aku tau persis bagaimana rasanya diperlakukan menjadi anak yatim.
Memang itu bukan hal buruk. Memang hal normal bagi sesama manusia untuk bersimpati.
Tapi, bagi seorang bocah berumur 7 tahun, aku benar-benar tidak menyukai tatapan kasihan setiap orang yang diarahkan padaku. Bagaimana mereka mengusap kepalaku seakan juga meminta berkah Allah Swt bahwa mereka telah memelihara anak yatim.
Aku memang bodoh. Egois. Gila. Tidak waras lagi.
Aku bersyukur atas setiap rupiah yang diberikan padaku karena itu sangat membantu duka keluargaku.
Lalu apa masalahnya?
Entahlah. Keegoisan menguasaiku. Perasaan fana ini menghancurkanku. Menelan kemortalanku bulat-bulat.
Perasaan buruk itu membimbingku sampai sekarang. Dan hasil buruk ini baru kusadari karena hal ini benar-benar merugikanku. Sulit untuk menghilangkannya karena akarnya yang sudah terulur rapat melilitku.
Sebelum aku mulai melantur terlalu jauh dan mulai tidak nyambung.
Akan ku hentikan sampai dsini. Postingan ini maksudnya. Bukan hidupku.
Comments
Post a Comment