Begitu
bel pulang berbunyi secepat kilat aku menyambar pintu tak peduli guru yang
masih berada di dalam kelas melotot padaku dengan bola mota nyaris keluar. yang
ku pikirkan hanyalah aku harus cepat2 keluar dari sini. kabur. shit.. aku jadi merasa
seperti buronan.
Yup.. aku memang buronan sekarang ini.
setelah kejadian saat istirahat tadi tentunya, aku jadi buronan yang sangat,
kuulangi SANGAT di inginkan hidup atau pun setengah hidup (?)
Setelah di pergoki ‘berduaan’ dengan Timmy
di kelas, semua ‘fans’ Timmy seakan ingin menghujam ku dengan ribuan paku.
sementara Timmy masih saja senyum2 yang ku tebak punya beribu arti dan kembali
di kerumuni ‘fans’-nya. aku? aku.. yah.. kalian bisa bayangkan sendiri lah
ditatap sinis seakan tatapan ‘fans’ Timmy dapat membakarku dan ku yakin mereka
sedang menyemburkan berbagai kata2 kotor tentang ku di pikiran mereka. eits..
gak semuanya pakai pikiran lho, ada yang langsung mendorong kasar bahuku
“b*tch!! your dead!!” kemudian dia kembali ‘menguntit’ Timmy.
Sial.. aku belum di jemput. nekat aku
berlari ke pinggir jalanan besar. menyetop sebuah taxi. dan get the hell out
from here. aku yakin hembusan nafas legaku sangat panjang sampai bikin super
taxi nya kebauan dengan bau mulutku. “mau kemana dek?” tanya si super taxi.
“jalan aja dulu pak” jawabku sekenanya. dengan uang saku ku yang lebih dari
cukup aku yakin bisa membayar uang taxi ini. dan juga hey, aku lapar. tapi aku
tak mau pulang, akan sangat membosankan makan dirumah sendiri. yup sendiri. aku
belum bilang kalau ibuku sudah meninggal dan sekarang aku hanya tinggal dengan
ayahku? well… sekarang kalian sudah tau kan.
Mataku menangkap sebuah café bernama
‘Coffee Shop’ entah kenapa aku ingin masuk ke situ. “pak.. stop pak” setelah
membayar ongkos taxi aku berlari menyebrang jalan, masuk ke café itu dan
disambut dengan lantunan musik jazz dari alat musik saxophone yang dimainkan
seorang laki2 berjas di atas panggung kecil di depan café. wow.. lumayan.
suasana tenang, music yang bikin relax. this is perfect.
Seorang waitress cewek menghampiriku di
mejaku yang dekat dengan kaca etalase. menawarkan menu dan kuputuskan memilih
chocolate mousse, chocolate mini cake.
Aku memasang headset, terdengar lantunan
lagu B.A.P – Coffee Shop . damn.. pas banget dengan suasananya. suara lembut
Daehyun membawaku lebih dalam ke perasaan ku sendiri.
Bagaimana aku akan bertahan besok di
sekolah? semua orang terutama cewek, TERUTAMA ‘fans’ Timmy membenciku setengah
mati. hei.. aku sudah cukup mendapat kebencian di dalam hidupku. mereka tidak
perlu menambahkannya. oh well.. apa boleh buat, kebencian seseorang sudah
seperti kutukan yang selalu mengikutiku, tidak peduli apapun yang kulakukan.
aku terus menatap kaca etalase café yang menuju tepat ke luar, jalanan besar.
mataku panas, tanpa kusadari air mataku mengalir turun bersamaan dengan bunyi
bel di pintu café yang menandakan ada orang masuk.
Orang atau tepatnya cowok yang barusan
masuk menatapku lurus, dengan bingung aku balik menatapnya, dia berhenti
ditengah pintu menatapku, tempat dudukku hanya berjarak dua langkah dari
tempatnya berdiri. baru sadar akan air mataku yang masih mengalir, aku cepat2
menghampusnya sambil tertunduk. oke.. apa cowok itu melihatku sambil berpikir
‘cewek aneh itu bisa menangis?’ oke that’s great. aku baru saja menangis
didepan cowok anonymous.
Cowok itu juga seperti baru tersadar akan
sesuatu. ia cepat2 berjalan memasuki café menuju panggung kecil di depan café.
cowok berjas pemain saxophone berhenti, bertosria dengan cowok anonymous itu
dan turun dari panggung. eh?? apa yang akan dia lakukan? tiba2 dia mengambil
mic. tiba2 musik melantun ntah darimana. anonymous itu mulai bernyanyi. lagu
Coffee Shop, lagu B.A.P, lagu Korea, lagu yang sedang kudengarkan lewat headset
sekarang ini, hanya saja cowok anon itu menyanyikan dengan bahasa inggri. what
the hell??
Oke.. this is so freaking weird. ini aku
yang geer atau sepanjang kata.. lyric.. yang anon itu nyanyikan dia melihatku.
lurus. dalam. penuh makna. awkward.
shiet.. anon senyum, tangannya menunjuk kearahku. baru kusadari di meja yang
paling dekat dengan panggung itu dipenuhi cewek2 berseragam sekolah ku yang
tadinya menatap si anon dengan kagum kini menatapku seakan ingin memusnahkan ku
dari muka bumi ini hanya karena si anon menunjukku, aku yang jauh disini.
Tunggu.. senyum itu.. bibir itu.. aku
seperti pernah melihatnya.. siang tadi.. di kantin.. dia teman tim..my. si
bibir tebal yang banyak omong.
Waitress dating membawa pesananku. nafsu
makanku hilang.
Dia
teman timmy.. cewek2 yang menatapku dari meja depan dekat panggung ‘fans’ si
anon yang juga satu sekolah denganku. mereka … shit! shit! shit! its happening
again. rasanya seperti déjà vu. si anon seperti timmy, dan ‘fans’ ceweknya
menghujam kebencian padaku. sesial itukah aku hari ini?? aku mengambil dompet,
merogoh 2 lembar 100.000 dan meletakkannya di atas meja. secepatnya keluar dari
situ. tanpa menyentuh pesananku sama sekali.
Taxi pertama yang ku lihat langsung ku stop
dan kuputuskan untuk lurus pulang. iya. mari kita akhiri keanehan hari ini. dan
kesialan ku juga tentunya. damn!
To Be continuead ~
=================================
Notes!
- cerita ini murni hasil dari otak saya sendiri
- SEMUANYA hanya karangan, tidak ada yang NYATA
- no copas!!
- typo dimana-mana
- Timmy = Zelo a.k.a Choi Junhong (B.A.P)
Stay tuned ya, coment diterima kok^^
Gamsahamnida~
Comments
Post a Comment